7. WONDERING

382 130 164
                                    

Setelah selesai mengisi perut di kantin, Alesha, Adele, Ayuna, dan Neta langsung kembali lagi ke kelas.

Deon melihat Alesha yang semenjak kembali dari kantin jadi diam saja dan tampak termenung entah melamunkan apa. "Sha," panggil Deon lalu mengahampiri Alesha.

"Iya? Deon?" sahut Alesha sedikit terkejut.

"Temenin gue yuk, ke perpus, gue mau nyari sesuatu di perpus," ajak Deon.

Alesha tampak berfikir sejenak, lalu tersenyum mengangguk, "Em ... yuk!"

Di perpustakaan, Alesha duduk di salah satu bangku yang bersebelahan dengan jendela kaca. Retinanya terus melihat pergerakan Deon yang kesana-kemari mencari buku, entah buku apa yang dicari.

Deon berdehem membersihkan kerongkongannya lalu duduk di kursi depan Alesha yang kosong dengan membawa satu buku di tangannya.

Alesha memiringkan kepalanya, melihat sekilas judul buku yang ada di tangan Deon. Ternyata buku Fisika. Membayangkan isinya saja sudah membuat Alesha mual. Baginya fisika itu terlalu sulit, dia heran bagaimana Deon bisa menyukai pelajaran Fisika?

Alesha menidurkan kepalanya di tumpukan lengannya, Ia menoleh melihat langit dari jendela kaca di sampingnya.

"Sha, lo ada masalah?" tanya Deon.

Alesha tak merespon tapi ia masih mendengarkan perkataan Deon.

"Kalo lo ada masalah gak usah sungkan sama gue, lo cerita aja, gue pendegar yang baik plus bisa jaga rahasia lo rapat-rapat," ucap Deon pelan.

Alesha tampak berfikir, ia menegakan kepalanya melihat Deon di depanya. Memang niat Alesha ingin ikut Deon ke perpustakaan adalah untuk menanyakan sesuatu pada Deon. Terutama ia ingin menanyakan apa yang terjadi saat ia tak sadarkan diri di acara hiking sewaktu itu.

"Gue tau, pasti lo penasaran sama apa yang terjadi waktu lo gak sadarkan diri pas hiking," tebak Deon.

Alis Alesha langsung terangkat. "Woah ... kamu peramal yah, Deon?"

Deon langsung merapikan rambutnya dengan sombong, membuat Alesha langsung mencebik.

"Emangnya belum ada yang cerita ke lo soal waktu itu?" tanya Deon, dan Alesha langsung menggeleng pelan.

"Gue kira lo udah tau, tapi pas tadi di kelas liat muka lo yang semrawut kayak banyak pikiran gitu, kayaknya lo belum tau, makanya gue ajak ke sini buat mastiin itu, dan sesuai ramalan gue ternyata beneran," ucap Deon.

"Lo mau tanya apa? Gue bakal jawab apa yang gue tau," imbuh Deon.

"Sebenarnya Esha heran Yon, sama kak Andra," ungkap Alesha.

Deon mengangguk, tapi ia masih melemparkan pertanyaan, "heran kenapa Sha?"

"Esha heran, kenapa setiap kak Andra lihat Esha deket sama kak Arka, kak Andra keliatan kayak gak suka. Bahkan kak Andra gak ragu sekalipun mukulin kak Arka, di depan mata kepala Esha sendiri, dan itu gak cuma sekali, Yon," tutur Alesha.

Deon masih setia mendengarkan penuturan Alesha.

"Padahal kak Arka itu udah baik dan udah banyak nolongin Esha, terutama selama hiking," tambahnya. "Dan bahkan sampai sekarang Esha belum sempat sampaiin rasa terima kasih Esha ke kak Arka." Wajah Alesha langsung diselimuti ekspresi rasa bersalah.

Deon tampak menghela napas pelan. "Kak Andra yang gue tau ... orangnya pendiam dan tertutup, tapi ... kalau buat emosi dan amarahnya itu, emang kadang suka out of control, sih Sha. Dan itu sering gue lihat waktu dia latihan taekwondo."

DANDELION [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang