10. PERASAAN LEBIH

358 104 151
                                    


Hari ini Alesha bangun pagi-pagi sekali, entah mengapa ia jadi sangat bersemangat untuk berangkat sekolah. Kini ia sedang menunggu orang yang akan menjemputnya pergi ke sekolah, entah itu Rio ataupun Andra. Sampai sekarang Andra sama sekali belum mengabari Alesha apakah turnamen basketnya sudah selesai atau belum.

Setelah berapa menit menunggu, mobil sport hitam pun tiba-tiba berhenti tepat di depanya, lalu sang pemilik pun turun dari mobilnya. Itu adalah Andra.

"Kak Andra? Turnamennya udah selesai?" tanya Alesha.

"Udah selesai, ayo berangkat."

Alesha menekuk bibirnya melihat bagaimana respon dan cara Andra berbicara dengannya sangat dingin. Kakak sepupunya itu sepertinya masih marah karena kejadian di rooftop rumah sakit waktu itu.

Saat di perjalanan menuju sekolah keduanya sama-sama hening. Alesha pun mencoba mengajak Andra berbicara untuk memecahkan keheningan diantara mereka, "Gimana turnamennya kak?"

"Biasa aja." Andra menjawab pertanyaan Alesha dengan singkat dan terdengar sangat dingin.

Alesha pun jadi kesal lalu memutar kedua bola matanya saat mendapatkan perlakuan dingin dari kakak sepupunya itu. Ia memilih diam dan menyibukan diri dengan memainkam kuku-kuku jarinya.

Sesampainya di sekolah Andra meninggalkan Alesha begitu saja di mobil, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia langsung pergi dengan terburu-buru dengan raut wajah yang tampak marah.

Saat diperjalanan tadi, Alesha sudah menyadari Andra tampak berusaha menahan emosinya.

"Kak Andra kenapa sih? Esha salah apa coba?" kesalnya lalu menutup pintu mobil dengan kencang.

Alesha berjalan menuju koridor berniat untuk segera masuk ke kelasnya, namun tiba-tiba retina matanya tertuju pada kerumunan murid-murid yang sedang menyaksikan sesuatu. Entah apa yang mereka saksikan, tapi sepertinya telah terjadi hal yang menghebohkan dan menarik perhatian banyak orang. Murid-murid bergerombolan turun dari tangga, mereka berniat untuk ikut menonton juga.

Kehebohan itu pun mulai menarik perhatian dan rasa penasaran Alesha, ia pun menghentikan salah satu murid yang juga ingin pergi ke sana.

"Itu ada apa sih?" tanyanya.

"Nggak tau, gue mah ikut-ikut aja lari-larian, gue juga penasaran pengen nonton," jawab murid laki-laki yang Alesha tanya itu, lalu lanjut berlari seperti orang yang takut kehabisan takjil gratis.

Karena tidak mendapatkan jawaban yang pasti, rasa penasaran Alesha semakin meronta-ronta, ia memutuskan untuk melihatnya lebih dekat.

"PUKUL! PUKUL!!"

"AYO!"

"LAWAN!"

Semakin Alesha mendekat semakin jelas suara sorakan murid-murid yang berkerumunan di sana. Dan ya, kerumunan itu ternyata sedang menonton perkelahian, entah siapa yang sedang berkelahi.

"Siapa sih, pagi-pagi udah berantem," gumam Alesha.

Alesha semakin penasaran, tungkai kakinya semakin ia arahkan lebih dekat pada kerumunan orang-orang itu.

"DULU AGNES! DAN SEKARANG LO MAU ADIK GUE JUGA?! HUH?!"

Alesha langsung menghentikan langkahnya saat mendengar teriakkan itu. Dirinya seberusaha mungkin menyangkal dan menghilangkan pikiran buruk yang langsung menghantam kepalanya saat mendengar suara teriakkan itu, tapi ia tau jelas dan sangat mengenali suara teriakkan itu.

Dengan langkah pelan tubuh Alesha membelah kerumunan, dan sesampainya ia di sana, kaki Alesha langsung lemas seketika saat melihat siapa yang sedang berkelahi dan yang sedang jadi tontonan banyak orang itu.

DANDELION [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang