23. GOALRUSH

185 43 175
                                    

Alesha dan Arka, kini sedang dalam perjalanan pulang, setelah mereka menghabiskan waktu di rumah pohon Alesha.

"Oh iya, Kak Arka udah tau? Kalau lusa nanti Kak Andra udah mau berangkat ke AS?"

Arka langsung mengangguk.. "Iya, tadi malam dia ngasih tau gue, Rio, Yudha, lewat telpon, kalau dia mau lanjut ke Harvard. I'm so proud of him. Tapi itu emang beneran keputusan dia sendiri? Soalnya dia nggak pernah cerita sebelumnya kalau ngincar Harvard," ujarnya, dan menoleh melihat Alesha sekilas.

"Iya, itu keputusan Kak Andra sendiri. Waktu itu Mama kasih masukan dan pilihan ke Kak Andra, untuk nerusin ngelola bisnis dan Yayasan GMS yang udah Om Dragasa diriin, atau nerusin profesi Tante Andria, jadi dokter. Terus, Kak Andra pilih untuk nerusin ngelola bisnis dan Yayasan GMS, karena dia pewaris satu-satunya yang tersisa di keluarganya. Dan ... kayaknya dia udah mikirin dan mempertimbangkan pilihannya itu dari lama, sampai dia udah siapin diri dia dari jauh hari juga buat lanjut kuliah di Harvard, ngambil business," jelas Alesha.

"Sebenarnya Mama agak berat dan khawatir buat ngelepasin Kak Andra yang nantinya hidup sendiri di negara orang asing. Esha juga sama khawatirnya kayak Mama. Tapi Kak Andra ngeyakinin kita dan bilang, kalau udah saatnya dia juga ikut bantuin ngurusin bisnis papanya, dia nggak mau liat Mama yang terus kerepotan dan kelelahan karena ngurus dua bisnis keluarga sekaligus, ditambah lagi ngurusin Rumah Sakit Yayasan GMS."

Arka mengangguk mengerti mendengar penuturan Alesha. "Andra udah ngambil keputusan yang baik, sebagai cowok dia juga pasti nggak tega liat Mama kamu yang jadi tulang punggung keluarga, ngurus semua bisnis keluarga kamu dan bisnis keluarga dia. Aku yakin apapun keputusan dia, dia udah mikirin dan mempertimbangkan pilihan dia dengan baik. Andra cuma punya Mama kamu dan kamu, sebagai keluarganya, Sayang. Dan dia nggak mau dua perempuan yang dia sayang nantinya sibuk sama pekerjaan, bisnis keluarga, dan jadi nggak bisa nikmatin hidupnya. Kali ini, dia mungkin mau bertanggung jawab dan balas budi sama Mama dan juga kamu," ujar Arka. Dan tanpa sadar Alesha sudah meneteskan air matanya saat mendengar ucapan Arka.

Satu tangan Arka langsung meraih tangan Alesha lalu menggenggamnya. "Aku yakin, alasan lain kenapa Andra milih keluar dari zona nyamannya, dan milih keluar dari kota ini, itu karena dia juga mau berusaha nerusin hidup dia tanpa terus dihantui bayang-bayang kenangan dia sama Agnes di kota ini. Dia juga mau hidup bahagia kayak apa yang Agnes mau. Dan mungkin AS tempatnya. Percaya sama Andra, dia tau apa yang terbaik untuk diri dia sendiri," lanjut Arka seraya mengusap lembut punggung tangan Alesha. Alesha hanya bisa mengangguk dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Tak lama kemudian mereka sampai di depan gerbang rumah Alesha.

"Nggak mau masuk dulu?" tawar Alesha.

"Mama udah pulang?" tanya Arka dan langsung diangguki Alesha. "Titip salam aja ke Mama. Habis dari sini aku mau langsung ke rumah Andra, tadi malam dia ngajakin ngumpul bareng sama yang di rumah dia. Maaf, yaa."

"Nggak papa kan, Sayang?" tanyanya seolah meminta izin. Padahal walaupun tidak meminta izin pun Alesha sudah pasti tidak akan melarangnya.

Alesha tersenyum lalu mengangguk. "Nggak papa banget. Mungkin aja Kak Andra mau ngucapin sesuatu ke kalian sebelum dia pergi lusa besok." Arka langsung mengangguk membenarkan ucapan Alesha.

"Oh iya, kalian nggak sampai malam kan? Soalnya Kak Andra udah janji ke Esha, bakalan ngajakin jalan nanti malam.

"Kayaknya nggak sampai malam," kata Arka.

"Bagus deh. Nggak papa kan Esha pergi sama Kak Andra nanti malam?" tanya Alesha iseng, ikut meminta izin seperti yang dilakukan Arka kepadanya tadi.

"Berdua?" Percayalah Arka itu orangnya sedikit posesif. Tapi apa ia berhak cemburu dengan Andra yang notabenenya adalah kakak sepupu Alesha? Oh, tentu saja tidak bisa.

DANDELION [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang