17. MEMBAIK

292 58 138
                                    

Cuaca pagi hari yang dingin sampai rasanya menusuk tulang, membuat ketiga laki-laki yang tidur di satu tenda menyeduh kopi untuk menghangatkan kerongkongan mereka. Mereka duduk di beanbag kursi bantal di depan tenda. Sambil menyeruput kopi, mereka membicarakan apa yang telah terjadi pada Andra semalam.

"Gue pergi nyari Andra, karena dia ngilang gitu aja semenjak gue udah ceritain tentang apa yang sebenarnya udah terjadi sama Agnes dulu," ujar Rio. "Dan gue nemuin dia udah pingsan di pinggir danau."

"Tadi malam, di posko, waktu dia sadar dari pingsannya, dia langsung nanya ke gue kenapa dia bisa ada di posko. Gue bilang, kalau dia habis pingsan. Dan setelahnya, Andra nangis sampai sesenggukan," ungkap Arka. "Dia bahkan nangis tanpa menghiraukan gue, dan baru kali itu gue liat Andra nangis sampai kayak gitu."

Rio menghela napasnya berat. "Gue nggak kepikiran kalau Andra bakalan tambah sehancur ini setelah gue ceritain semua apa yang udah terjadi sama Agnes dulu."

"Tapi lo nggak sepenuhnya salah, dan gue rasa lo udah ngambil keputusan yang tepat, Yo." Yudha ikut membuka suara.

"Dengan lo kasih tau kebenarannya ke Andra, seenggaknya dia perlahan-lahan mulai sadar, dan nerima kenyataan. Kalau kita diam-diam aja, kita nggak bakalan tau," Yudha mengedikkan bahu lalu melanjutkan ucapannya, "mungkin bahkan jadi lebih kacau lagi kalau kita diam terus dan nutup-nutupin kebenaran."

Yudha menghela napas pelan. "Yah . . . gue harap dia nggak nutup mata dan telinga tentang kebenaran yang udah dia tau itu."

Rio dan Arka mengangguk pelan dan mengharapkan hal yang sama dengan apa yang Yudha harapkan.

Yudha meletakkan secangkir kopinya di meja lipat depan mereka, lalu semakin mengeratkan selimut yang membungkus dirinya. "Hufhh! Dingin banget anjir. Gue mau lanjut tidur," ucapnya sembari bangkit dari duduknya.

"Andra?"

Seketika Yudha langsung menghentikan langkahnya yang tadinya ingin masuk ke dalam tenda saat mendengar Rio menyebut nama Andra.

Ketiga laki-laki itu langsung dikejutkan dengan kedatangan Andra yang menghampiri mereka secara tiba-tiba. Rio dan Arka langsung meletakkan cangkir kopinya lalu berdiri.

Andra menatap Arka dingin. "Lo, ikut gue. Gue mau ngomong sama lo." Setelah mengucapkan itu, Andra berbalik dan berjalan meninggalkan ketiga laki-laki itu.

"Apa perlu kita ikut? Gue takut dia pukulin-"

"Nggak perlu. Kali ini gue harus selesaiin sendiri masalah gue sama Andra." Arka langsung memotong cepat ucapan Yudha. "Lo berdua tenang aja, gue percaya sama Andra," lanjutnya lagi. Rio pun mengangguki ucapan Arka, dan saat itu juga Arka pun pergi mengikuti Andra.

𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧

Andra dan Arka kini telah duduk bersebelahan di kursi panjang pinggiran danau. Di sana hanya ada mereka berdua. Andra hanya diam duduk bersandar seraya melihat air danau yang tenang, membuat Arka juga ikut diam dan menunggu Andra membuka suara.

Andra tiba-tiba turun dan berlutut di dasar tanah tepat di depan Arka duduk. Membuat Arka terkejut, dan langsung bangkit dari duduknya, segera menyuruh Andra berdiri, tapi Andra enggan. "Ndra berdiri sekarang. Nggak seharusnya lo sampai kayak gini."

"Gue udah salah selama ini, Ka," ucap Andra seraya menunduk merasa bersalah.

"Gue mau minta maaf sama lo. Gue egois, dan nggak pernah mau dengerin penjelasan dari lo." Ucapan Andra langsung membuat Arka terdiam. Andra mengucapkan kalimatnya sambil meneteskan air mata penuh penyesalannya.

DANDELION [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang