29. PENANGKAPAN

206 56 204
                                    

Arka dan keluarganya baru saja kembali dari rumah rekan kerja ayahnya. Lebih tepatnya rumah perempuan yang akan menjadi calon tunangannya, perempuan yang dijodohkan ayahnya untuknya.

Sesampainya Arka di rumahnya, ia langsung pergi menaiki tangga menuju ke kamarnya tanpa mengucapkan satu kata pun dengan kedua orang tuanya, begitupun saat di jalan pulang tadi. Saat ia berjalan menaiki anak tangga, ia kembali harus mendengar kedua orang tuanya yang bertengkar, beradu cekcok tentang dirinya dan perjodohannya itu.

"Ayah, Arka itu anak kita! Dia berhak memilih keputusannya! Ayah keterlaluan! Apa Ayah tidak mau melihat anak kita bahagia dengan pilihannya sendiri?!"

"Tutup mulutmu Kanya! Kau berbicara seperti itu, karena perempuan yang Arka pilih itu adalah anak dari pria itu kan?!!" bentak Ayahnya Arka. Dan itu langsung membuat Ibunya Arka tersentak lalu mengerutkan alisnya tak mengerti.

Dan Arka, langsung menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan ayahnya itu.

"Apa yang Ayah bicarakan?" tanya Kanya bingung.

Ardikara tertawa kesal. "Tidak usah pura-pura tidak tau."

"Apa maksud Ayah?! Anak perempuan siapa?!"

"Anak perempuan yang pernah Arka bawa ke rumah ini! Dia adalah anak dari Albert Gratadikara!! Dia anak dari pria yang tak bisa kau lupakan itu!!" murkanya, dan langsung membuat istrinya itu tersentak terkejut dan tak percaya.

Arka langsung terdiam di tempatnya.

"Kau pikir aku tidak tau?!" Ardikara memajukan dirinya jadi berhadapan dengan Kanya.

"Walaupun aku berada di Singapura, tapi aku telah mencari tau semua apa yang terjadi di sini, termasuk mencari tau latar belakang anak perempuan itu. Ternyata dia dari keluarga itu."

"Tidak usah pura-pura terkejut, sebenarnya kau sudah tau, kan? Sampai kau sangat menginginkan anakmu bersama dengan anak pria itu." Ardikara mengucapkannya dengan penuh penekanan, tepat di depan wajah istrinya. "Camkan ini. Aku tidak akan pernah membiarkan seorang pun dari keluarga itu masuk ke keluargaku. Jika itu sampai terjadi, kau sendiri tau akibatnya. Aku tau sampai detik ini kau bahkan masih belum bisa melupakan pria yang bahkan sudah mati itu."

"AYAH!!"

PLAKK!!!

Ardikara tanpa ragu langsung menampar pipi Kanya saat Kanya berteriak membentaknya. Kanya sampai terjatuh di lantai. Arka yang melihatnya langsung cepat turun dari tangga dengan emosi yang memuncak. Ia langsung membantu ibunya untuk berdiri. Lalu dengan tatapan penuh emosi ia mendekat ke arah ayahnya, dan mereka menjadi saling berhadapan.

Selama ini Arka tau jika ayahnya itu berselisih dengan ayahnya Andra, karena itu pula ayahnya tidak pernah suka jika Arka berteman dengan Andra. Dan selama ini ia tak tau apa alasan dibalik kebencian ayahnya kepada ayah Andra, ia hanya menduga perselisihan itu diakibatkan karena bisnis. Dan saat mendengar perdebatan kedua orang tuanya tadi, barulah ia mengerti akar permasalahannya. Bukan hanya ayahnya Andra, tapi juga bahkan ayahnya Alesha. Arka sampai tak bisa berkata-kata apa-apa lagi. Ternyata itu alasan kenapa ayahnya sangat menentang hubungannya dengan Alesha.

Arka maju satu langkah lebih dekat. "Arka selama ini udah cukup sabar dan selalu menuruti semua perkataan dan kemauan Ayah. Bahkan sampai Arka ngorbanin semua cita-cita dan keinginan Arka sendiri. Tapi kenapa Ayah ngelakuin ini ke Bunda? Kenapa Ayah tega nampar Bunda!!!"

DANDELION [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang