16. TERSADAR DARI MASA LALU

288 57 186
                                    


Andra berlari sampai langkah kakinya membawanya ke pinggir danau, yang hanya ada satu lampu penerangan tergantung di pohon tepi danau itu. Suasana di sana sangat sepi, semua orang masih berada di lapangan stage.

Andra berteriak frustrasi dan mengeluarkan semua amarahnya. Beberapa saat kemudian ia menjatuhkan kedua lututnya lemah ke dasar rumput, dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. 

Andra mencengkram kuat rambutnya frustrasi. “Agnes ...” lirihnya lemah. 

“Maafin gue, Nes ...” 

“Seharusnya gue ada buat lo waktu itu. Maafin gue ...”

Hanya kata maaf yang bisa Andra ucapkan. Menyesal pun sudah terlambat, Agnes sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. 

Kedua tangan Andra menutupi wajahnya frustrasi, ia membungkuk menangis dan terisak dalam diam. Sampau isakan tangisnya pun ia hentikan saat merasakan seseorang tengah menyender di bahunya. 

“Andra ...”

Andra langsung menegakkan kepalanya saat mendengar suara yang paling ia kenali itu. Ia menoleh, dalam diam ia terkejut melihat Agnes kini tengah bersandar di bahunya. Andra yang tak percaya, dengan pelan tangannya menyentuh lalu mengelus kepala Agnes. Napas Andra langsung tercekat saat ia benar-benar bisa menyentuh sosok Agnes. “Agnes ...” lirihnya tak percaya. Ia terus mengira bahwa ini adalah mimpi, tapi Agnes terlihat begitu nyata.

“Aku disini Andra ...” ucap Agnes lalu menegakkan kepalanya dan menatap mata Andra dengan senyuman tulusnya. 

Andra menggeleng lemah tampak tak percaya kini Agnes benar-benar ada di hadapannya, dan tengah menatapnya dengan senyuman. Senyuman yang amat ia rindukan. Senyuman yang sudah lama tak pernah ia lihat. “Ini aku, Agnes ...” 

Beberapa kali Andra bertanya dengan dirinya sendiri, apakah ini mimpi atau bukan, Tapi Agnes tersenyum dan menggenggam tangannya, ia bisa merasakan tangan Agnes yang hangat menyentuh pipinya dengan lembut. Air mata Andra langsung menetes, rasa bahagia dan tak percaya menyelimuti hatinya. Langsung ia peluk erat wanitanya itu. Memeluknya sangat erat, tak ingin ia lepaskan dan ia tak ingin kehilangannya lagi. 

Andra menangis sejadi-jadinya. Ia meluapkan semua kerinduan yang selama ini terkubur di dalam hatinya. Ia tak ingin melepaskan pelukannya, ia benar-benar takut kehilangan Agnes lagi.

“Hey ... kenapa kamu nangis?”

Suara lembut Agnes yang selama ini ia rindukan, terdengar sangat jelas di telinganya. 

Benarkah ini nyata? Jika ini mimpi, Andra sangat memohon kepada Tuhan, tolong jangan bangunkan ia dari mimpinya.

Andra memeluk Agnes semakin erat. “Jangan tinggalin gue, Nes ... Jangan tinggalin gue lagi ...” lirihnya disela isak tangisnya.

“Aku nggak pernah ninggalin kamu Andra. Aku selalu ada disamping kamu ...”

Di satu sisi, Andra sangat bahagia atas adanya Agnes di dalam pelukannya saat ini, tapi di sisi lain, Andra sangat takut, takut jika ini hanya mimpi, dan ia akan tersadar dalam keadaan Agnes yang telah pergi meninggalkannya.

Agnes mengelus kepala Andra lembut. “Andra ... kamu kenapa jadi kayak gini? Kamu yang sekarang, bukan Andra yang aku kenal dulu ...” 

Andra semakin terisak memeluk Agnes. Isakan tangis Andra terdengar sangat menyakitkan.

“Andra yang Agnes kenal dulu itu baik, bukan Andra yang angkuh dan penuh dengan rasa amarah,” ucap Agnes. “Arka nggak salah apa-apa, Andra. Semua ini salah aku yang udah bikin dia jadi ikut terlibat sama masalah hubungan kita. Maafin aku ... Aku yang salah.” 

DANDELION [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang