Part 11

3K 162 5
                                    

Assalamu'alaykum Readers,
Assalamu'alaykum 2020...
Happy New Year
🎉🎉🎉

Sudah bikin pengharapan dan do'a?

Malam ini rufah mau up untuk menemani kalian yang tengah menikmati kembang api, atau kumpul bareng keluarga, teman, atau mungkin 'the special one'. Tapi udah halal ya...

Sudah lama sekali rasanya nggak up. Biasalah drama anak sekolah, kuota krisis wifi miris. Ditambah males yang nggak ampun-ampunan bikin males ngetik.

Coba aja ada fitur yang kek google voice gitu atau kek voice note yang ada di whatsapp. Jadi rufah tinggal ngomong doang ampe berbusa terus tau-tau udah jadi draft yang udah jadi bentuk ketikan tinggal ngedit tanda baca doang.

Huh... tapi terkadang hidup nggak melulu tentang apa yang kita mau, right? Jadi rufah mencoba ikhlas dan menikmati proses, meski kadang menggerutu dan nggak kehitung udah berapa kali juga mendengus sebel. (Ampe rufah sendiri kadang bingung, rufah ini manusia apa banteng? Kerjaannya mendengus mulu dua jam terakhir.)

Rufah minta maaf ya untuk keterlambatan up. Rencananya part ini mau di up waktu hari ibu 22 Des kemarin tapi sayang kuota udah habis duluan tanpa peringatan dan aba-aba.

Anyway, jangan lupa tinggalkan jejak dan comment ya. Kalo ada typo, comment aja

🐾🐾🐾

Part ini khusus untuk kalian para readers yang menyempatkan tekan bintang dan leave comments selama cerita ini hadir.

🎆 Happy reading 🎆

🍁🍁🍁

Zahra mengernyit tidak nyaman. Kerutan-kerutan samar didahinya menandakan bahwa ia berada di tempat yang asing. Tempat yang kemudian dirasakannya berguncang-guncang pelan. Suara guntur dan hujan yang deras menyapa telinganya kemudian. Disusul suara derum kendaraan yang saling sahut menyahut serta beberapa klakson kencang membuatnya membuka mata secara perlahan.

Kernyitan didahinya makin kentara jelas dan dalam. Dia berada di kursi sebuah mobil yang tengah melaju kencang menembus hujan lebat dengan guntur yang menyalak keras. Beberapa kilat petir terlihat di kejauhan, membuat Zahra segera mengucap Asma Allah dalam hatinya sebab tiba-tiba saja tubuhnya bergetar karena takut.

Dia mengedarkan pandangannya. Terakhir kali dia ingat, dia berada di mobil Dokter Adit. Dokter yang membimbingnya selama koas beberapa waktu ke depan. Lalu kenapa dia berada di mobil ini? Mobil siapa ini?

Interior mobilnya terlihat usang, bahkan jok kursi penumpang yang ia duduki terasa keras dan tipis. Sangat tidak nyaman untuk diduduki, apalagi dengan kecepatan mobil yang kencang membuat tubuh Zahra terloncat-loncat. Kaca mobilnya gelap, ditambah langit yang terus memuntahkan air hujan dengan lebat membuat Zahra kehilangan orientasi waktu sebab nampaknya hari mulai gelap. Di kursi kemudi duduk seorang laki-laki yang mengenakan jaket hitam tengah berbicara lewat telepon. Sebuah rokok menyala terselip diantara bibirnya yang menggumam menyahuti lawan bicaranya di telepon, menghasilkan asap putih yang kemudian hilang di langit-langit mobil namun tetap menyisakan bau rokok yang menyengat.

Kemudian dia mengedarkan pandangannya kembali, menelusuri mobil yang lengang ini hingga matanya membelalak menyadari bukan hanya Zahra saja yang merasa ketakutan. Melainkan sosok kecil yang tengah duduk disampingnya dengan memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya yang terisak di lipatan tangannya yang melingkari lututnya juga ketakutan. Tubuh gadis kecil itu gemetar kedinginan, barangkali juga gemetar karena ketakutan. Baju, tubuh, dan rambut gadis itu basah kuyup. Tetesan air mengalir pelan dari ujung baju dan rambut gadis itu yang tengah menangis sesenggukan menyebabkan genangan yang kemudian kembali meresap pada celana yang dipakai gadis itu. Tiba-tiba saja Zahra merasakan sengatan rasa dingin yang begitu menusuk menerpa dirinya, membuat ia tanpa sadar memeluk dirinya sendiri. Mencoba untuk menghilangkan hawa dingin yang terus saja melingkupinya.

Dokter!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang