Halo, Assalamu’alaykum readers...
Ada yang bobo cantik siang ini?
💉💉💉
Tepat setelah rapat diakhiri oleh kepala rumah sakit, Adit segera berdiri dari kursinya. Berdehem singkat dan memasang senyum sopan untuk para seniornya.
“Kalian pasti sudah dapat kertas berisi nama yang akan ikut dalam misi ini. Jadi yang namanya tidak tercantum silahkan keluar dan kembali bertugas, dan nama-nama yang ada dalam kertas harap tidak keluar ruangan dahulu.” Ucapnya seraya dibarengi dengan senyuman. Beberapa dari manusia yang ada di dalam ruangan rapat ber-AC itu keluar. Menyisakan mereka yang namanya tertera di kertas print out yang tadi dibagikan sewaktu rapat. Hanya ada beberapa kursi yang terisi, sisanya banyak yang kosong. Bahkan jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang termasuk dirinya. Berarti banyak yang dapat shift pagi atau malam jadi hanya segelintir saja yang menduduki kursi di ruang rapat yang sepi itu.
Menghela napas, Adit memulai briefingnya mengenai misi yang mereka dapat untuk kasus covid-19 ini. Sengaja ia lakukan sekarang agar nanti ia bisa mengurusi hal lainnya yang perlu untuk segera dia lakukan.
“Saya mulai, Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh, selamat siang.” Terdengar balasan salam yang ia lontarkan dari beberapa dokter, sebab setau Adit mereka memang ada yang non-muslim. Mereka serempak menggumamkan siang.
“Saya persingkat. Virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Jadi pastikan kalian dalam kondisi yang sehat dan imunitas yang baik. Virus ini menyerang paru-paru dan saluran napas jadi kalian harus memakai masker dan APD yang nanti akan disediakan oleh pemerintah. Bawa cukup pakaian, dan barang-barang yang sekiranya penting dan sangat dibutuhkan, kita tengah menjalankan misi kesehatan bukan pergi piknik.” Dengan dingin dan tegas dia berbicara. Begitulah Adit jika sedang bekerja. Dia terkenal dengan sifatnya yang dingin dan kaku. Tipe-tipe yang sulit untuk didekati. Tapi jika sudah kenal dan dekat dengan dia pasti dia akan sebaik dan sehangat melebihi apa yang menjadi ekspektasi kita.
Semua mendengarkan dengan seksama. Begitupun dengan Zara. Dia cukup sedikit terintimidasi dengan tatapan Adit yang tajam belum lagi nada bicaranya yang datar dan dingin seperti jalan tol. Cukup membuat Zara menunduk dan tak berani menoleh pada Adit didepan sana. Aura laki-laki itu cukup menyeramkan bagi Zara. Mungkin kalau ini dunia komik, mungkin sudah ada awan hitam yang menyelimuti tubuh Adit saat pria itu bicara. Sedingin dan sekaku itu nada bicara Adit. Dia jadi membayangkan saat Adit mengajar koas, pria itu bisa jadi pedes dan nyelekit kalo bicara. Kata-katanya akan penuh dengan kesinisan dan sarkasme yang cukup jleb di hati.
“Saya kira cukup. Selanjutnya bagi kalian dokter koas, saya ada penelitian tentang dampak virus ini, yang berminat harap temui saya untuk konfirmasi dan lain hal yang perlu dibahas.” Katanya. “Sekian terima kasih, wassalaamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.” Tutupnya. Ruangan bergema dengan sahutan salam yang Adit sampaikan.
“Zara,” panggilnya saat melihat gadis itu hendak keluar ruangan.
“Iya, dok?” sahut Zara setelah langkahnya terhenti seraya berbalik badan menghadap pada Adit yang masih berdiri di tempat. Laki-laki itu rupanya masih belum beranjak dari tempatnya, bahkan buku kecilnya pun masih tergeletak di atas mejanya. Dibiarkan terbuka begitu saja.
“Bisa bicara sebentar?” pinta Adit sembari menatap mata Zara lekat, sayangnya yang ditatap segera memutus kontak meski ia juga sedikit tenggelam dalam sorot hitam mata Adit. Terlalu takut akan tenggelam dalam pesona yang dokter muda itu keluarkan.
Disampingnya, Widya mengernyitkan dahi melihat interaksi dari dua manusia lawan jenis didepannya. Satunya berusaha mendapat perhatian, satunya berusaha bersikap acuh dan cuek. Yang satu menunduk menghindari kontak mata, yang lain gencar memberikan sorot dalam yang misterius. Persis seperti pasangan yang tengah bertengkar. Sang istri tengah merajuk sedang sang suami berusaha melakukan apapun agar mendapat maaf sang istri. Widya yakin ada sesuatu diantara mereka berdua. Namun entah apa itu Widya enggan menebak-nebak. Biarlah menjadi urusan mereka berdua. Toh, kalau Zara mau cerita dia pasti akan cerita sendiri padanya tanpa perlu didesak atau di paksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter!!!
RandomRufah paling nggak bisa bikin sinopsis. Jadi kalau kalian berminat, Rufah berterima kasih sekali sudah mau membaca. Jangan plagiat ya :) Ini murni ide Rufah sendiri. Jadi kalau ada kesamaan nama, judul, plot, dsb. itu murni karena ketidak-sengajaan...