Brian's Stories : 2

80 8 6
                                    

Tanah pekuburan itu sudah lama mengering. Ilalang dan rumput-rumputan setinggi betis terlihat menghiasi bagian atas makam. Brian mengusap batu nisan saudara kembarnya sambil berbicara lirih. "Brion, gue datang. Kali ini gue gak sendiri. Gue bareng teman lo, Jaevan."

Jaevan yang sedari tadi berdiri di samping Brian sekarang ikut berjongkok. "Bri, long time no see. Gue datang ke sini bukan untuk cari masalah sama lo. Gue cuma mampir sebentar sebelum berkunjung ke makamnya Yuwa. Gue berdoa semoga lo selalu tenang di sana, Bri."

Brian dan Jaevan sama-sama memejamkan mata, berdoa. Setelah itu Jaevan pamit menuju makam Yuwa yang terletak tiga makam jauhnya dari makan Brion.

"Jadi di sini lo istirahat sekarang, Yu." Jaevan mengusap-usap batu nisan milik Yuwa setelah ia meletakkan sebuket bunga mawar putih kesukaan Yuwa di depan pusara.

"Gue kangen tawa lo, Yu. Gue pengen liat lesung pipi lo kalo lagi senyum. Gue kangen ngeledekin lo. Gue kangen semua hal yang berhubungan sama lo, Yuwa." Jaevan menunduk, membiarkan air matanya luruh, namun cepat-cepat pula ia hapus dengan punggung tangan. Angin sepoi-sepoi bertiup lambat, membawa kesejukan di sekitar Jaevan.

"Gue tau gue terlambat banget buat ngungkapin ke lo. Tapi gue mau lo tau, gue suka sama lo sejak pertama kali kita ketemu di depan kelas gue. Gue terpana ngeliat lesung pipi lo waktu itu, Yu. Sejak saat itu, gue selalu berusaha mencari cara agar bisa dekat sama lo. Tapi ternyata hal itu gak semudah yang gue bayangkan. Selalu ada Brion di sisi lo.

"Yah, gue tau kalian saudara angkat dan saling suka. Gue sadar gue gaj akan bisa masuk di antara kalian, tapi gue tetap mencoba. Sampai akhirnya, maut yang memberitahukan kalau kita emang gak bisa bersama.

"Gue ikhlas sekarang. Gue udah relain lo pergi. Yang tenang di sana ya, Yu. Semoga kita kembali bertemu di kehidupan yang akan datang."

Tepukan pelan di pundak Jaevan membuat lelaki kurus itu mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Ia segera bangkit berdiri dan menyusul langkah Brian yang berada di depannya.

"Gue mau merem bentar. Kepala gue lengar rasanya. Ntar kalo udah mau sampe bangunin gue ya," pinta Jaevan kepada Brian yang langsung diiyakan oleh lelaki berhidung mancung itu.

Honda Brio berwarna kuning itu pun segera meninggalkan parkiran kompleks perkuburan tersebut, diiringi dengan sinar mentari yang semakin terik.

Other Side - #31DWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang