Dhion tak bisa tidur lagi setelahnya meskipun kepalanya terasa berat. Ia benar-benar tak mengerti mengapa harus bermimpi seperti itu. Seingatnya, ia tak pernah 'mengusik' apapun selama tinggal di kosan ini. Ia hanya penasaran dengan penghuni Kamar 1 dan malah dihantui bahkan lewat mimpi.
Tok! Tok!
Suara ketukan di daun pintu itu membuat Dhion terlonjak kaget. Siapa yang iseng mengetok pintu pada jam tiga subuh seperti ini? Dhion tak menghiraukan ketokan itu. Ia berusaha memejamkan matanya kembali.
Tok! Tok!
"Siapa sih? Ganggu aja!"
Dengan uring-uringan Dhion bangkit berdiri dan membuka pintu. Tidak ada siapa-siapa di hadapannya. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Koridor lantai tiga sepi. Mendadak bulu kuduknya meremang. Cepat-cepat ia masuk kembali dan mengunci pintu kamar rapat-rapat.
🎛🎛🎛
"Guys, bantuin gue pindahan ya hari ini," pinta Dhion tanpa basa-basi begitu sampai di Markaja siang ini.
"Hah? Mepet amat, Yon?" tanya Brian agak kaget.
"Iya, gue gak betah lagi tinggal di kosan itu," jawab Dhion sambil mengedikkan bahunya.
"Kenapa? Lo digangguin mulu ya?" tanya Stevano prihatin.
"Iya, Stev. Gak tahan gue. Ampe dihantuin lewat mimpi loh! Bisa gila gue lama-lama!" Dhion mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Elo kepikiran mulu sih! Kan udah gue bilang, hal-hal kayak gitu tuh gak ada, hanya berasal dari ketakutan kita sendiri!" sanggah Jaevan.
"Lo belum pernah digangguin sama hantu ya? Kalo lo ngerasain apa yang gue alami, lo gak akan pernah bilang kayak gitu, Jae!" Dhion menatap Jaevan marah. Jaevan yang menyadari kemarahan Dhion balas menatapnya sinis. Mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu, tapi segera dicegah Stevano.
"Udah, udah! Jangan berantem cuma gara-gara ini doang! Mending kita bantu Dhion pindahan. Ayok!" Stevano segera menyambar jaket hitamnya, lalu melangkahkan kaki keluar dari Markaja.
"Gue suka ama sikap altruis Stevano. Memang gak salah dia jadi leader kita," puji Phillip kagum sambil mengamati sosok Stevano dari belakang.
"Altruis apaan ya? Kok kayak nama rasi bintang?" tanya Brian bingung.
"Cek KBBI deh," jawab Phillip ogah-ogahan.
"KBBI apaan lagi?"
"Gak lulus bahasa Indonesia nih anak jangan-jangan! KBBI aja gak tau! Ckckckckck!" Phillip menepuk jidatnya, lalu melenggang pergi meninggalkan Brian yang terbengong-bengong di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side - #31DWC
FanfictionDi atas panggung mereka berlima dikenal sebagai anggota band indie yang tampan, penuh talenta dan berkharisma. Tapi begitu di luar panggung, semuanya sama sekali berbeda. Ini adalah kisah Stevano, Jaevan, Brian, Phillip dan Dhion di luar panggung ya...