"Kenapa lo, Yon? Diem aja dari tadi," tanya Brian.
"Kalo ada masalah cerita aja," bujuk Stevano.
Dhion menghela napas dan memerhatikan teman sebandnya satu per satu.
Brian si tukang makan yang kadang bertingkah bego. Stevano sang leader yang mau mendengarkan dan memberi nasehat. Phillip yang terkadang kekanakan. Jaevan si tukang ngomel serta rajanya sinis dan ketus.
Pertanyaannya, apakah mereka akan percaya dengan cerita hantu yang dialami Dhion?
"Lo kenapa sih ngeliatin kita kayak gitu?" sinis Jaevan. Ia jelas-jelas menunjukkan kalau ia tak senang diperhatikan seperti itu.
"Eh, sorry. Gue cuma... ragu kalian mau percaya dengan cerita gue," ujar Dhion pelan.
"Ya gimana kita tau kita percaya atau nggak kalo lo aja belum cerita," sinis Jaevan lagi.
Dhion menunduk. Jemarinya tiba-tiba gemetaran. "Se.. semalem.. gue ketindihan," lirihnya.
"Ketindihan apaan? Kardus? Bukannya lemari lo jauh ya dari kasur?" Kelemotan Brian lagi-lagi kumat.
"Bukan ketindihan barang, bego!" Jaevan menjelaskan sambil menjitak kepala Brian. Ia geregetan dengan kebegoan Brian yang sering tidak pada tempatnya itu.
"Terus, gimana caranya lo bangun?" tanya Phillip.
"Gue teriak terus, sama nyoba maksain gerakin badan. Tau-tau udah bangun aja," jelas Dhion.
"Mungkin karena lo kecapekan kali, Yon. Terus pas mau bangun otak lo udah sadar duluan, tapi badannya belum. Kan ada tuh penjelasan ilmiahnya," papar Stevano.
"Hm, bisa jadi sih. Tapi ada satu kejadian nyeremin lagi."
"Apa?" tanya Brian.
"Abis bangun, gue kan mau mandi. Di kamar mandi nomor dua, gue ngeliat cewek, mukanya pucet, pelipisnya berdarah. Rambutnya acak-acakan gitu. Dia pake baju putih, tapi kotor dan kayak abis dicabik-cabik."
"Teman sekosan lo kali," sanggah Jaevan.
"Bukan, Jae. Ngapain temen sekosan berdiri gelap-gelapan dalam kamar mandi kayak gitu. Terus gue kenal seluruh penghuni kosan. Kecuali.. penghuni Kamar 1." Dhion terdiam mendengar kalimat yang keluar dari bibirnya sendiri. Entah mengapa bulu kuduknya tiba-tiba meremang memikirkan hal itu.
"Nah, siapa tau dia abis merumbu sama cowoknya, terus karena cowoknya gak puas, mereka main cakar-cakaran ampe berdarah," timpal Brian.
"Mana ada orang pacaran ampe berantem kayak gitu! Lo kira lagi syuting film porno!" bantah Jaevan.
"Dhion, lo udah pernah ngalamin hal kayak gini sebelumnya?" tanya Stevano serius.
Dhion menggeleng. "Ketindihan sama ngeliat hantu, baru kali ini sih."
"Bisa jadi karena kecapekan, lo jadi salah liat, Yon. Hal-hal kayak gitu gak usah dianggap nyata," timpal Jaevan datar.
"Iya kali ya, mungkin guenya aja yang kecapekan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side - #31DWC
ФанфикDi atas panggung mereka berlima dikenal sebagai anggota band indie yang tampan, penuh talenta dan berkharisma. Tapi begitu di luar panggung, semuanya sama sekali berbeda. Ini adalah kisah Stevano, Jaevan, Brian, Phillip dan Dhion di luar panggung ya...