"Kamu harus tanggung jawab, Mas! Aku gak mau anak ini lahir tanpa bapak!"
Dhion yang hendak membuka pintu utama lantai satu kostnya mendadak menghentikan langkahnya. Ia tahu tak sengaja menguping pembicaraan orang lain itu merupakan perbuatan tercela, tapi kali ini dirinya lebih dikuasai rasa penasaran. Ia pun menyandarkan punggungnya di dinding Kamar 1 dan memasang telinga.
"Sudah kubilang gugurkan saja! Aku tidak mau menikah dalam waktu dekat!" Suara bariton seorang lelaki dewasa terdengar tegas dan nyaring.
"Tapi aku gak mau menggugurkan kandungan ini! Aku menginginkan bayi ini! Bukan seperti Mas yang hanya mau bikinnya saja tanpa mau bertanggung jawab sama sekali! Itu bukan prestise yang patut dibanggakan, Mas!"
Plaaakk!
"Aaaww!"
Suara keras tamparan yang diiringi dengan suara kesakitan seorang wanita tersebut membuat Dhion hendak membuka paksa pintu Kamar 1. Tapi ia segera menghentikan aksinya ketika mendengar suara gemerincing anak kunci dan pintu yang akhirnya terbuka.
Kedua pasangan itu keluar tanpa melihat ke arah Dhion yang berdiri di belakang mereka. Dhion hendak menegur lelaki kasar itu, tapi suaranya kalah cepat dengan langkah kaki si lelaki.
Lelaki itu mencengkeram rambut panjang hitam si wanita dengan paksa sembari menyeretnya naik ke lantai dua. Dhion mengikuti mereka secara perlahan tanpa menimbulkan bunyi.
Rupanya lelaki itu masih menarik paksa si wanita naik ke lantai tiga. Dhion terus mengikuti lelaki itu hingga sampai ke depan WC 2. Rasa penasaran membuat Dhion memberanikan diri berdiri dan mengintip dari depan WC 3.
Lelaki itu memaksa masuk si wanita lalu mendorongnya keras hingga terjatuh dengan bunyi 'gedebuk'.
"Darah! Aduh, perutku!" jerit si wanita.
"Kalau kau tak mau menggugurkan janin pembawa sial itu, biar aku saja yang melakukannya!"
Lelaki itu merobek bagian atas dress putih si wanita. Si wanita yang bersimbah air mata itu mati-matian menahan tangan kekar si lelaki. Dhion yang sudah hilang kesabaran akhirnya memberanikan diri melangkah maju. Sialnya, kakinya tiba-tiba terasa berat dan tak bisa digerakkan seperti tertancap ke dalam tanah. Ia berusaha mengangkat kakinya, tapi tidak bisa.
Sementara itu di dalam WC 2 masih terdengar tamparan-tamparan yang cukup keras. Kepala wanita itu dijedotkan keras-keras ke tembok. Lalu, seperti belum puas menyiksa si wanita, lelaki kasar itu membuka ikat pinggang yang ia kenakan. Diayunkannya ikat pinggang itu kuat-kuat ke arah perut si wanita.
"Terkutuuuukk kaaauuu Maaasss!!" jerit wanita itu kuat-kuat seiring dengan ayunan ikat pinggang yang semakin menjadi.
"Dasar jalang gila tak tahu diri!"
Sebagai sentuhan akhir, lelaki itu menendang perut si wanita yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai kamar mandi yang basah itu berkali-kali.
"HAAAHH!"
Dhion terbangun dari mimpi buruknya. Badannya bersimbah pelu. Kaos yang ia kenakan lengket di badan. Ia buru-buru membuka sebotol air mineral yang masih segel, lalu meneguk isinya hingga abis. Dadanya masih naik turun ketika mimpi yang terasa nyata tadi kembali membayangi pikirannya.
Apa maksud mimpi tadi? Batinnya takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side - #31DWC
FanficDi atas panggung mereka berlima dikenal sebagai anggota band indie yang tampan, penuh talenta dan berkharisma. Tapi begitu di luar panggung, semuanya sama sekali berbeda. Ini adalah kisah Stevano, Jaevan, Brian, Phillip dan Dhion di luar panggung ya...