"Makanya, jadi orang jangan gandrung! Mau ena-ena doang tapi gak mau tanggung jawab pas bibitnya udah numbuh!" seloroh Brian sambil makan keripik kentang balado yang ia peroleh dari salah satu kardus Dhion.
Saat ini Dhion, Brian, Stevano, Phillip dan Jaevan sedang lesehan di lantai keramik kosan Dhion yang baru sambil menikmati cemilan dan minuman dingin. Mereka baru saja selesai memindahkan kardus-kardus dari mobil pick-up ke lantai dua kamar kosan Dhion. Ruangan berukuran tiga kali tiga meter itu terlihat penuh sesak dengan kardus-kardus besar maupun kecil.
"Mudah-mudahan lo aman di sini, Yon. Eh, lo mesti tabur garam tuh di depan pintu kamar," saran Stevano yang dibalas dengan tatapan bingung Dhion dan yang lainnya.
"Buat apaan? Gue gak ada garam juga lagian," tanya Dhion bingung.
"Buat jaga-jaga aja. Siapa tau itu hantu ngikutin lo ampe sini," jawab Stevano kalem.
"Amit-amit dah! Gak mau lagi gue berurusan sama yang begituan!" Dhion mengelus-ngelus kedua lengannya cepat-cepat.
"Makanya taburin garam aja! Gue beliin deh buat lo. Tadi pas masuk gang gue liat ada warung di depan situ. Bentar ya, gue turun dulu." Stevano segera bangkit berdiri dan berjalan turun ke bawah.
"Heran deh sama tuh anak, percaya aja ama yang begituan!" sinis Jaevan.
"Udah, biarin aja Jae. Dia cuma niat bantuin Dhion kok," timpal Phillip.
Tak lama kemudian Stevano balik dengan membawa sebungkus garam. Ia menyerahkan kepada Dhion, lalu menginstruksikan kepada rekan sebandnya itu untuk menaburi garam di sudut L luar kamarnya. Dhion yang tidak mengerti hanya bisa mengikuti instruksi Stevano dengan patuh.
"Thanks banget, Stev! Thanks juga Bri, Jae dan Phillip! Gue gak tau apa jadinya gue tanpa kalian," Dhion mengucapkan kalimat itu dengan mata berkaca-kaca. Kedua telinganya tiba-tiba memerah. Salah satu kebiasaan atau tanda jika ia sedang merasa malu.
Anggota Other Side pamit pulang ketika senja nyaris digantikan pekatnya malam. Jaevan yang nebeng mobil Brian nyaris terantuk jendela kaca mobil ketika mereka keluar ke jalan raya dari gangnya kosan Dhion.
"Ngapain tuh cewek berdiri diam gitu di pinggir jalan? Minta ditabrak atau apa tuh?" komentar Jaevan.
"Hah? Mana cewek?" kepo Brian sambil mengikuti arah pandang Jaevan ke sebelah kiri jalan sambil memelankan laju mobilnya.
"Tuh, di Bus Stop tadi. Udah gitu lecek lagi tampilannya."
"Gak ada siapa-siapa di Bus Stop tadi. Lo laper ya makanya salah liat? Tumben," tanya Brian bingung.
"Lo yang salah liat! Jelas-jelas ada cewek rambut panjang acak-acakan, pake gaun putih tapi kayak abis disobek-sobek gitu."
Keduanya sama-sama terdiam mendengar penuturan dari Jaevan.
"Jae, kok ciri-ciri yang lo sebutin..."
"Gue juga baru ngeh. Ah, mungkin cuma kebetulan aja," kata Jaevan berusaha santai. Padahal dalam hatinya mulai tak karuan.
"Udah gitu cuma lo doang yang liat, loh."
"Shut up, Brian! Mending lo fokus nyetir aja!" bentak Jaevan.
🎛 Dhion's Stories End 🎛
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side - #31DWC
FanfictionDi atas panggung mereka berlima dikenal sebagai anggota band indie yang tampan, penuh talenta dan berkharisma. Tapi begitu di luar panggung, semuanya sama sekali berbeda. Ini adalah kisah Stevano, Jaevan, Brian, Phillip dan Dhion di luar panggung ya...