Phillip's Stories : 1

722 52 42
                                    

Tepuk tangan meriah mengakhiri berakhirnya penampilan band Other Side di atas panggung. Satu per satu anggota band tersebut turun dan berjalan ke belakang panggung. Terlihat jelas dari depan maupun belakang kalau kaos yang mereka pakai basah kuyup oleh keringat. Manggung di siang hari yang terik seperti ini memang bukan ide bagus, karena bisa menyebabkan bau ketiak kalau lupa pakai deodorant. Tapi mereka menikmati itu semua. Senyum selalu terkembang tatkala mereka melihat antusiame ibu-ibu yang rela berdiri berdesak-desakan sambil berpayungan berdua bersama anak-anaknya. Lapangan bola yang semula terlihat luas ini tiba-tiba terasa mengecil.

"Emak gue nelpon barusan, ada haru biru di rumah! Duluan ya Bro!" Phillip buru-buru mengambil tas ranselnya yang terletak paling pojok.

"Lah, gak jadi nongki dong kita!" seru Brian.

"Sorry, lo pada aja! Gue pankapan!"

Sesampainya di depan pagar bercat cokelat, Phillip melihat depan rumahnya sudah ramai. Tiba-tiba feelingnya jadi tidak enak. Ia buru-buru masuk ke dalam.

"Eh Mas, Mas!" teriak driver ojek online yang ditumpangi Phillip tadi. Yang dipanggil langsung balik badan dengan muka masam.

"Kenapa lagi, Pak? Gak liat apa saya buru-buru gini!"

"Iya saya tau Mas buru-buru. Tapi ya jangan lupa bayar dulu dong! Mas gak pake Ovo nih soalnya. Kes Mas, kes!" Driver yang terlihat lebih tua dari Phillip itu sengaja menekankan kata 'Kes'.

Phillip menepuk jidat. Ia terbiasa bertransaksi menggunakan Ovo jika naik ojek online. Tapi tadi sebelum berangkat ke lapangan bola, ia lupa mengisi ulang saldo Ovonya. Ia pun membuka tas ransel bagian depan. Ada pecahan sepuluh ribu Rupiah dua lembar di sana. Ia menyerahkan uang itu kepada sang driver.

"Ambil buat Bapak aja kembaliannya."

"Oalaahh! Makasih banyak ya Mas!"

Phillip tak membalas ucapan driver itu. Ia segera masuk kembali menuju rumah dan mencari mamanya tanpa menghiraukan salam sapa dari tetangganya yang sudah berada di situ duluan.

"Ma, ada apa? Kok rame-rame gini?"

Suji, mamanya Phillip, segera membawa anak keduanya itu menuju salah satu kamar tidur di lantai dua. Begitu sampai di depan pintu, Suji berkata pelan kepada anak keduanya itu.

"Kakakmu udah pulang, Dek."

Satu kalimat itu berhasil membuat kedua bola mata Phillip melebar. "Terus, kenapa tetangga kita pada datang, Ma?"

Tiba-tiba sekujur tubuhnya menegang. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya. Suji segera menggenggam kedua tangan Phillip untuk menenangkan.

"Jangan takut. Ada mama di sini. Ayo, kita masuk."

Phillip hanya membalas ajakan mamanya dengan anggukan samar. Jantungnya jumpalitan tak keruan.

To be continued...

Other Side - #31DWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang