The World Strongest Girl

42 4 0
                                    

Nadia pov

Hari ini seperti biasanya, kami berada di kelas dan menunggu bu Annisa untuk masuk ke kelas. Aku melihat Fadli bersandar di kursinya sambil menutup matanya, sepertinya dia sedang tidur. Tidak lama kemudian Bu Annisa masuk kedalam kelas, dan walaupun Bu Annisa melihat Fadli yang masih saja tidur, beliau membiarkan dia, karena beliau tau kalau Fadli pasti bisa menjawab pertanyaan walaupun dia sedang tidur.
Bu Annisa:"anak anak, hari ini kita kedatangan murid baru lagi"
Anak anak cowok terlihat bosan dan sama sekali tidak tertarik.
Qori:"cowok atau cewek bu?"
Bu Annisa:"Cewek"
Setelah mendengar itu para cowok langsung bersemangat dan bersorak.

Fadli yang tadi sedang tidur terkejut dan terbangun gara gara sorakan mereka, aku melihat Adzima sedikit terkekeh pelan ketika dia melihat Fadli terbangun. Bu Annisa mempersilahkan murid baru itu untuk masuk.
Bu Annisa:"silahkan masuk, dan perkenalkan diri kamu"
Murid baru itu masuk, dan semua yang ada di kelas langsung terdiam, kecuali Fadli yang masih setengah tidur, dan Bu Annisa. Karena murid baru itu sangatlah cantik, walaupun kelihatan sedikit tomboi.
All:"woah"
Dia lalu melihat kearah Fadli yang masih setengah tidur, kemudian tersenyum.
Zahwa:"hi semua, namaku Arhamiz Zakiya Raihan Zahwa, kalian bisa memanggilku Zahwa"
Nadia:'wah namanya panjang banget'

Kemudian, Fadli yang tadi masih setengah tidur tiba tiba berdiri dan melihat kearah Zahwa.
Ina:"wah, bahkan Fadli juga terpesona dengan dia"
Fadli:"apa yang kamu lakukan disini Mika?"
Nadia:"huh? Mika?"
Zahwa:"tentu saja aku ingin bertemu denganmu Aiden"
Adzima:"Aiden?"
Fadli:"aku sudah pernah bilang, berhentilah memanggilku Aiden"
Zahwa:"kamu sendiri masih memanggilku Mika"
Bu Annisa:"kalian sudah saling kenal?"
Zahwa:"tentu saja, karena saya itu adalah tunangannya Fadli"
Semua orang didalam kelas langsung terkejut.
All:"HA!!??"
Aku mendengar suara Adzima lah yang paling keras diantara yang lainnya. Setelah melihat reaksi kami, Zahwa langsung tertawa.

Fadli:"jangan percaya dengannya, kami hanya teman lama"
Fadli lalu berjalan kearah Zahwa dan menariknya keluar kelas.
Fadli:"ikut aku"
Zahwa:"tunggu, paling tidak biarkan aku menaruh tasku dulu"
Fadli:"di belakangnya Nadia kan?"
Fadli lalu mengambil tasnya Zahwa kemudian melemparnya ke meja di belakangku.
Fadli:"kami permisi bentar bu"
Bu Annisa:"um, iya silahkan"
Setelah mereka keluar kelas, kami semua langsung mengintip mereka dari jendela, dan sela sela pintu. Kami semua, selain Adzima dan para Komandan.
Lucifer:"aku sarankan lebih baik kalian jangan mengintip mereka"
Nadia:"kamu mengenal wanita itu Lucifer?"
Lucifer:"kami pernah bertemu dengannya beberapa kali"

Adzima:"teman teman, kembali ke kursi kalian, kita sedang dalam pelajaran"
Aidah:"tapi Dzim, Bu Annisa aja penasaran, masa kamu enggak?"
Aidah menunjuk kearah Bu Annisa yang mengintip di sebelahnya.
Adzima:"Bu Annisa!"
Bu Annisa:"hehe!"
Pada akhirnya Adzima juga ikut mengintip bersama kami. Di luar kelas, kami melihat Fadli mendorong Zahwa ke tembok dengan wajah serius. Zahwa kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Fadli dengan ekspresi yang sangat tulus.
Etha:"awh, apakah mereka akan berciuman?"
Kami melihat kalau Fadli menyadari kami, kemudian dia membekukan jendela dan pintu. Azazel kemudian berjalan kearah kami.
Azazel:"sudah kami bilang jangan mengintip mereka"
Azazel mencairkan es itu, namun Fadli dan Zahwa sudah berjalan kembali ke kelas.

Fadli pov

Aku membawa Zahwa keluar kelas, untuk bicara dengannya.
Fadli:"sekarang katakan padaku apa tujuanmu datang kesini"
Zahwa kemudian tersenyum manja dan menggodaku.
Zahwa:"bukankah aku sudah bilang kalau aku ingin bertemu denganmu"
Aku kemudian mendorongnya ke arah dinding karena sedikit kesal dengan jawabannya.
Fadli:"jawab aku dengan serius"
Aku melihat Zahwa mendekatkan wajahnya kearahku dengan ekspresi yang sangat tulus.
Zahwa:"aku serius kok, saat aku dengar kalau dia akan datang cepat atau lambat untuk menemuimu aku sangat mengkhawatirkanmu"
Fadli:"lagi lagi dia, siapa sebenarnya dia itu?"
Zahwa:"kamu sudah mengingatku, tapi kamu tidak mengingatnya?"

Fadli:"pintunya masih tertutup rapat jika kamu paham maksudku"
Zahwa:"aku paham kok"
Fadli:"kalau begitu kamu pasti tau kalau kamu tidak ada hubungannya dengan hal ini, ini adalah masalahku, kamu tidak perlu ikut campur, bukankah aku sudah memintamu untuk pergi dan menjalani hidup dengan normal?"
Zahwa:"normal huh? Apakah menurutmu setelah apa yang kita lakukan, kita masih di izinkan untuk menjalani hidup dengan normal?"
Zahwa:"kita sudah tidak lagi bisa menjalani hidup dengan normal, justru hidup dengan mempertaruhkan nyawa adalah hal yang normal bagi kita"

Zahwa:"aku tidak ada hubungannya dengan ini katamu? Aku tidak perlu ikut campur katamu? Jangan bercanda"
Zahwa:"kita sudah bersama sama dalam waktu yang sangat lama, dan sekarang hanya tinggal kita berdua saja yang tersisa, aku tidak bisa membiarkan kamu melawan semua ini sendirian"
Aku menyadari kalau teman teman yang lain mengintip dari jendela dan sela sela pintu kelas. Aku langsung membekukan jendela dan pintu itu. Saat aku sedang membekukan pintu dan jendela itu, tidak kusangka kalau Zahwa langsung memelukku sambil menangis.
Zahwa:"kita sudah kehilangan banyak orang orang yang sangat berharga bagi kita, dan aku tidak mau kehilangan kamu juga"
Tanpa aku sadari tiba tiba air mataku mengalir, tapi aku tidak tau apa alasannya.
Zahwa:"karena itulah suka atau tidak, aku akan tetap berada bersamamu, dan membantumu"
Setelah itu dia melepas pelukannya, dan mengusap air matanya, dan kami kemudian kembali ke kelas.

Nadia pov

Kami semua berada di mansion, dan Zahwa juga ada di sini.
Tetron:"kenapa Zahwa juga ada disini?"
Fadli:"bukankah aku sudah bilang kalau dia itu adalah teman lamaku, teman yang aku maksud adalah teman di timku yang sebelumnya, dan sekarang dia ingin membantu Destinies"
Adzima:"kamu punya tim sebelum Destinies?"
Fadli:"iya, tapi itu sudah lama sekali"
Fian:"berdua saja?"
Zahwa:"sebenarnya ada 4 orang, Falco atau Fadli, Volpina atau aku, Leo, dan Orca"

Ekspresi Zahwa langsung berubah menjadi murung saat menyebutkan dua anggota mereka yang lainnya.
Zahwa:"tapi sekarang hanya tinggal kami berdua saja yang tersisa"
Nadia:"apa yang terjadi dengan dua orang lainnya"
Mereka langsung terdiam, kemudian Fadli mengalihkan pembicaraan.
Fadli:"jadi, apakah kalian mau menerima dia di dalam tim?"
Anjas:"tidak masalah, tapi apakah boleh kami melihat kemampuannya dulu?"
Fadli melihat kearah Zahwa, dan Zahwa mengangguk.
Zahwa:"tidak masalah"
Anjas:"kalau begitu lawan aku"
Fadli:"itu ide yang buruk"
Zahwa:"satu orang saja? Kalian bisa menyerangku secara bersamaan kalau kalian mau"
Kami semua selain Fadli mengangguk , dan kami semua pergi ke ruangan latihan untuk melawan Zahwa.

Fadli:"Zahwa jangan terlalu keras kepada mereka"
Zahwa:"tenang saja"
Adit:"kapten, apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu kepada kami? "
Fadli:"jangan meremehkan Zahwa"
Kami semua mengangguk, dan pertarungan latihan pun di mulai. Tidak perlu waktu lama, kami semua dapat dengan mudah di kalahkan oeh Zahwa.
Fadli:"sudah kubilang jangan meremehkan Zahwa"
Fadli:"dia mendapat julukan sebagai gadis terkuat di dunia, dan belum ada yang bisa merebut julukan itu darinya"
Nadia:"harusnya kamu bilang itu daritadi, siapa yang menyangka untuk perempuan secantik itu, dia ternyata sangatlah kuat"

Destinies: Prince of Darkness Awakening Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang