Another Hieroglyph

49 3 0
                                    

Nadia pov

Setelah kami semua selesai makan malam, Bu Annisa meminta kami semua untuk berkumpul di depan hotel.
Bu Annisa:"semuanya dengar, malam ini kita akan mengadakan acara tes keberanian"
Bu Annisa:"para penduduk setempat mengatakan kalau di dekat sini ada sebuah goa yang katanya angker"
Aku menyadari kalau Adzima terlihat sedikit ketakutan. Aku sedikit tertawa saat melihat dia. Di sisi lain, Fadli malah terlihat sangat mengantuk, dia bahkan sampai menguap beberapa kali.
Bu Annisa:"baiklah, mari kita pergi ke goa tersebut"
Kami semua pergi ke goa tersebut, dan Adzima terus saja memegangi tangannya Ina karena ketakutan. Aku lalu menyadari kalau Fadli tidak ada.

Aku memutuskan untuk kembali ke hotel dan mencari dia. Saat aku menemukan dia, ternyata dia malah tertidur di depan hotel tempat kami berkumpul tadi.
Nadia:'hebat juga dia bisa tidur sambil berdiri'
Nadia:"Fadli bangun"
Fadli:"huh? Ah? Eeh? Hi Nad"
Aku sempat tertawa melihat reaksinya.
Fadli:"yang lain pada kemana?"
Nadia:"mereka semua udah pada pergi ke goa yang di ceritakan ama bu Annisa, kamu malah tidur disini"
Fadli:"benarkah?"
Nadia:"iya, tapi kita masih bisa mengejar mereka kalau kita pergi sekarang"
Aku langsung menarik tanggannya, dan kami lalu mengejar teman teman yang lain.

Tapi sayangnya kami ternyata tersesat.
Fadli:"kenapa kita berhenti?"
Nadia:"maaf Fadli, sepertinya kita tersesat"
Dia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Fadli lalu bertanya kepada orang yang lewat tentang lokasi dari goa itu. Sekitar 5 menit kemudian, kami pun sampai dan melihat teman teman yang lainnya.
Bu Annisa:"darimana saja kalian berdua?"
Fadli:"maaf bu, tadi kami sedikit tersesat"
Aku lalu melihat Adzima dan Ina keluar dari dalam goa sambil membawa sebuah kertas. Adzima terlihat sangat ketakutan.
Bu Annisa:"baiklah kalau begitu, sekarang giliran kalian untuk masuk ke dalam goa itu, semua teman teman kalian sudah menyelesaikan tugas mereka kecuali kalian"

Fadli:"tugasnya apa bu?"
Bu Annisa:"kalian berdua masuk ke dalam goa, sampai ke ujung goa, lalu kalian mengambil kertas yang ada di meja batu di ujung goa"
Bu Annisa lalu memberi kami satu buah senter.
Bu Annisa:"ini senter kalian"
Aku dan Fadli lalu masuk ke dalam goa yang ternyata cukup menyeramkan itu. Saat berada di dalam goa, suasananya sangatlah sunyi, bahkan kami tidak bisa mendengar suara apapun dari luar goa. Aku mencoba untuk berbicara kepada Fadli supaya aku tidak ketakutan.
Nadia:"Fad"
Fadli:"hmm?"
Nadia:"kamu enggak takut?"
Fadli:"enggak, kamu takut?"
Nadia:"sedikit sih"

Fadli:"tenang saja, di goa ini tidak ada apa apa"
Fadli:"meskipun ada, para iblis yang telah kita lawan sebelumnya lebih menakutkan"
Nadia:"kamu bisa melihat hal paranormal juga?"
Fadli:"kadang"
Tidak lama kemudian, kami berdua sampai di ujung goa, dan kami mengambil kertas yang ada di atas meja batu. Setelah aku mengambil kertas itu, aku melihat ada tulisan yang tidak bisa aku baca, terukir di meja batu tersebut.
Nadia:"Fadli, lihat"
Fadli:"owh, ini bahasa Sansekerta kuno"
Nadia:"kamu bisa membacanya?"
Fadli:"sebentar"
Aku lalu melihat Fadli membaca tulisan itu sambil menggaruk telingannya.
Fadli:"kebangkitan dari Pangeran Kegelapan tidak akan bisa dicegah, seluruh dunia akan berada dalam kesengsaraan yang tiada tara, semuanya akan tunduk di hadapan dia"
Fadli:"namun, ada satu cara untuk membunuh Pangeran Kegelapan, yaitu dengan menggunakan Pedang Pembangkang"
Fadli:"siapapun yang memiliki Pedang Pembangkang, telah di takdirkan untuk membunuh Pangeran Kegelapan"

Setelah Fadli membaca itu, awalnya aku agak bingung untuk memahami semuanya.
Nadia:"Pangeran Kegelapan? Pedang Pembangkang?"
Fadli lalu memotret meja batu itu dan menjawabku.
Fadli:"aku juga tidak terlalu paham, tapi Falco mungkin tau"
Nadia:"Falco?"
Fadli:"iya, aku akan mengirim ini ke Falco"
Nadia:"kamu bisa menghubungi Falco?"
Fadli:"iya, kenapa memangnya?"
Nadia:"waw"

Setelah itu, kami berdua lalu berjalan keluar goa.
Nadia:"seingatku aku pernah mendengar tentang Pedang Pembangkang di suatu tempat"
Fadli:"Pedang Pembangkang adalah pedang milik Falco yang dia gunakan untuk melawan Zalgo"
Nadia:"ah iya benar, bukankah itu berarti dia telah di takdirkan untuk melawan Pangeran Kegelapan itu?"
Fadli:"iya, dan mereka sudah tau tentang itu"
Fadli:"dulu saat di mansion, aku pernah mendengar mereka saling membahas tentang sebuah ramalan"
Setelah kami berdua keluar dari goa itu, kami menyerahkan kertas itu kepada bu Annisa, lalu kami semua kembali ke hotel untuk beristirahat.

Adzima pov

Ketika Fadli berada di dalam goa bersama Nadia, dia mengaktifkan miphonnya, sehingga kami bisa mendengar tentang ramalan yang mereka temukan. Fadli juga mengirim foto tentang meja batu itu ke grup Destinies, dan kami semua memutuskan untuk membahas ramalan itu saat kami kembali dari study tour. Saat ini, aku dan Fadli sedang berada di kamar dan bersiap untuk tidur.
Adzima:"apa kamu yakin membahas hal seperti tadi dengan Nadia?"
Fadli:"aku melakukan itu untuk memancingnya"
Fadli:"tapi dia sama sekali tidak memakan umpanku, sepertinya dia benar benar berada di pihak kita"
Adzima:"bukankah aku sudah bilang begitu"
Fadli:"iya, maaf telah meragukanmu"
Aku lalu tertawa pelan.
Adzima:"enggak mau aku maafkan"

Fadli:"loh kok gitu sih"
Adzima:"biarin"
Aku lalu menjulurkan lidahku kearahnya.
Fadli:"maafin gak?"
Adzima:"enggak mau"
Fadli lalu menggelitikiku.
Fadli:"maafin atau aku gelitiki terus nih"
Adzima:"hahaha, aku hahahaha gaakan hahaha kalah"
Fadli lalu menggelitikiku dengan semakin cepat, dan aku tertawa terbahak bahak.
Adzima:"ok ok hahaha aku hahaha nyerah hahaha, kamu aku maafin"
Fadli:"nah gitu dong"
Dia lalu berhenti menggelitiku, kemudian kami sadar dengan posisi kami. Aku terbaring diatas tempat tidur, dan dia menahanku dari atasku. Kami saling melihat wajah satu sama lain, lalu secara insting kami berdua menutup mata kami, dan mulai mendekatkan kedua wajah kami secara perlahan.

Namun kami kemudian berhenti saat kami mendengar suara tertawaan. Kami berdua melihat kearah pintu, dan kami melihat semua teman kami yang ada di kelas, bahkan bu Annisa sedang berada di sana dan melihat kami sambil tersenyum dan muka mereka memerah. Fadli langsung pindah dari atasku, kemudian aku langsung berdiri. Muka kami berdua sangat merah karena malu.
Adzima:"kalian, sejak kapan kalian disana?"
Mereka semua langsung tertawa saat melihat reaksi kami.
Tetron:"sejak tadi, kalian kalau mau melakukan sesuatu, jangan lupa untuk mengunci pintu dong"
Adzima:"kami enggak melakukan apapun kok, percayalah"
Mereka semua langsung tertawa lagi.

Ina:"gausah bohong deh Dzim, penampilan kalian berdua aja udah acak acakan, terus tadi kalian juga akan berciuman bukan?"
Mukaku berubah menjadi semakin merah, kemudian aku langsung merapikan penampilanku.
Adzima:"enggak kok, kami enggak akan berciuman, itu tadi Fadli hanya membantuku meniup debu yang masuk ke dalam mataku"
Nadia:"meniup debu kok posisinya mesra banget, di atas tempat tidur juga"
Nadia:"lagipula mata kamu tadi tertutup"
Fadli:"kami tidak melakukan apapun, dan juga kenapa kalian masuk ke dalam kamar orang tanpa izin, bu Annisa kenapa juga ikut ikutan"
Adzima:"nah iya bener tuh"
Tetron:"jangan marah dong karena kami mengganggu momen berharga kalian, maaf deh"

Nauval:"kami semua berniat untuk melakukan permainan bersama sama, dan kami ingin bertanya apakah kalian akan ikut atau tidak"
Ithung:"kami tidak tau kalau kalian sedang melakukan sesuatu, lagipula pintunya juga enggak di kunci, maaf ya"
Adzima:"kalian enggak lelah?"
Adzima:"dan juga, kami enggak melakukan apapun"
Aida:"iya iya kami percaya kok Dzim"
Aida:"permainannya buat besok kok, kami semua juga kelelahan"
Adzima:"ok baiklah"
Mereka lalu keluar dari kamar kami.
Tetron:"yasudah itu saja yang ingin kami bicarakan, kalian boleh melanjutkan permainan kalian tadi"
Nadia:"maaf sudah mengganggu kalian, jangan lupa untuk mengunci pintunya"

Aku langsung mengunci pintu saat mereka semua keluar dari kamar. Aku mendengar suara mereka dari balik pintu.
Tetron:"wah beneran langsung dikunci dong"
Firyawan:"wah wah wah"
Aku tidak memperdulikan mereka dan langsung kembali ke tempat tidurku, aku lalu melihat kearah Fadli yang duduk di sofa. Aku lalu melebarkan kedua tanganku dan menunggunya.
Adzima:"sudah Fad, ayo kita lanjutin"
Fadli:"apanya? Dan kenapa tanganmu seperti itu?"
Aku lalu sadar dengan apa yang aku lakukan, aku kemudian langsung menurunkan kedua tanganku dan mukaku langsung memerah.
Adzima:"enggak, enggak jadi lupakan saja, aku mau tidur"
Adzima:"kamu juga tidur sini, kamu kelihatan sangat kelelahan, ini masih baru hari pertama loh"
Aku menepuk nepuk tempat kosong di sebelahku.

Fadli:"kamu yakin? Aku bisa tidur di sofa loh"
Adzima:"aku yakin, lagipula kita udah pernah tidur bersama, dan juga aku enggak akan ngebiarin kamu tidur di sofa"
Fadli:"baiklah"
Fadli lalu berbaring di tempat tidur disisiku. Kami meletakan guling untuk membatasi antara aku dengan dia. Namun suasananya terasa sangat canggung.
Adzima:"Fad"
Fadli:"aku tau, rasanya kaya ada yang salah"
Aku lalu membuang guling yang membatasi kami, kemudian aku langsung memeluk Fadli dan membenamkan mukaku di dada dia. Dia lalu membalas pelukanku, dan memberi ciuman di keningku.
Adzima:"ini baru terasa benar"
Adzima:"selamat malam Fadli"
Fadli:"selamat malam Adzima"

Destinies: Prince of Darkness Awakening Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang