1.3. Password

530 82 6
                                    

!WARNING!❌
Bagi yg membaca di siang hari, dimohon untuk membacanya saat malam nanti saja sehabis berbuka bagi yg berpuasa :")

















Happy Reading--

Yeonjun mengunci pintu kamarnya dengan tergesa-gesa. Setelah itu, Yeonjun membalikkaan badannya dan menempelkan punggungnya di pintu.

Ia menatap Ruru tajam namun dalam. Ia lalu menghampiri Ruru dan seketika saja langsung memeluknya.

Ruru terkejut dan hendak melepas pelukan tersebut, namun Yeonjun malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Biarkan aku memelukmu sebentar saja"

"......"

Ia hanya diam. Ruru sempat ingin membalas pelukan Yeonjun, tapi ia ragu dan akhirnya ia tidak membalasnya.

"Kau sudah memiliki tunangan.  Aku mohon jaga sikapmu." ucap Ruru dengan sedikit terisak

Ruru mengatur napasnya, tangisnya akan meledak jika terus di peluk oleh Yeonjun begini.

"Biarkan, 3 hari yang lalu di sungai Hangang aku tidak bisa memelukmu untuk yang terakhir kali karena dia(soobin) datang."

"Yeonjun, lepaskan."

"Tidak" Lagi-lagi Yeonjun menolaknya

Ia menggeleng sambil menenggelamkan wajahnya di leher Ruru. Ruru semakin tidak bisa menahan air matanya.

"Yeonjun... Aku mohon Hiks.."

Air mata Ruru lolos begitu saja dari matanya itu. Ia sudah tidak kuasa untuk menahan perlakuan Yeonjun kepadanya saat ini.

Ia membencinya. Benci karena ia menyadari bahwa sekarang dia bukanlah siapa-siapanya lagi Yeonjun, dan kenyataan bahwa Yeonjun akan bertunangan dengan sahabatnya dulu.

Ruru sangat membencinya.

Mengapa? Mengapa Ruru begitu mencintai lelaki di depannya ini.

"K...kau hikss... kau-..."

Yeonjun yang baru saja melepas pelukannya dan langsung menempelkan bibirnya dengan bibir Ruru. Kedua tangan Yeonjun memegang leher Ruru untuk menstabilkan.

Ruru terkejut akan perilaku Yeonjun yang tiba-tiba seperti ini. Ia semakin menangis, ia tak membalas ciuman yang dilakukan oleh Yeonjun tersebut.

Ia menutup matanya dengan air mata yang terus berjatuhan. Sementara itu Yeonjun semakin menautkan bibirnya, karena tak ingin terus-terusan begini, Ruru mencoba mendorong Yeonjun untuk menjauh darinya.

Setelah beberapa kali mendorong Yeonjun, akhirnya Yeonjun menyerah dan menyudahi kegiatan yang tidak diinginkan oleh Ruru.

Keduanya mencoba mengatur napasnya masing-masing yang tak beraturan karena tadi hampir tidak mendapatkan napas.

"Hiks..." Ruru menangis

Ia menundukkan kepalanya, Ruru mengepalkan tangannya. Apa yang sudah diperbuat Yeonjun barusan? Apakah dia sudah tidak waras?!

Yeonjun mengusap wajahnya sedikit kasar lalu mengibaskan rambutnya kebelakang dengan tangannya. Ia bertolak pinggang menatap Ruru yang tengah menangis.

Saat Yeonjun hendak meraih Ruru, refleks Ruru menjauh dan berlari keluar. Ketika Ruru akan membuka pintu, pintunya sulit dibuka.

Ia baru saja ingat bahwa Yeonjun mengunci pintu kamarnya. Bukan hal yang sulit bagi Ruru untuk membuka pintu yang terkunci, tetapi ini menggunakan kata sandi untuk membukanya.

20 CM || YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang