CHAPTER 21

72 13 2
                                    

          “Ya Bu, pengirim email anonim itu adalah orang yang saat ini memiliki ponsel Ibu.”

          Lila membeku. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Lila bahkan tidak merespon suara Maya yang memanggil namanya berkali-kali. Sekelebat ingatan mendadak muncul di dalam kepalanya. Cerita mengenai ia yang ditemukan tergeletak tidak sadarkan diri di depan pintu cottage Brian bukankah terdengar cukup aneh? Kenapa selama ini ia tidak menyadarinya? Tidak menaruh rasa curiga sedikitpun? Kenyataannya ia tidak ditemukan di depan pintu cottage Brian, karena Brianlah yang menemukannya saat ia tersesat. Jadi yang menariknya keluar dari lubang di pulau terpencil waktu itu adalah Brian.

          Dan sekarang, Lila dihadapakan pada kenyataan bahwa Brianlah pengirim email tersebut. Ia yang meneror Lila. Tapi kenapa? Bagaimana bisa? Detik berikutnya Lila langsung mengetahui jawabannya. Ia ingat detik-detik sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya di pulau terpencil. Lengannya ditarik dan badannya diangkat, perlakuan yang sama persis ia dapatkan dulu saat kecelakaan maut  menjemput kedua orangtuannya. Jadi Brian orang yang menarik tubuhnya saat kecelakaan mobil keluarganya terjadi. Brian yang mengambil foto-foto tersebut dan sekarang mengirimkannya pada Lila.

          Suara pintu diketuk membuat Lila tersadar dari pikirannya. Ia segera mengambil ponselnya yang terletak di rak Brian buru-buru memasukkannya ke dalam saku, berlari dan duduk kembali ke sofa. Brian masuk dan melihat Lila sedang duduk di sofa. “Kau tidak tidur?” Tanya Brian.

          Lila memasang senyum dengan ekspresi setenang mungkin “Tidak bisa tidur.”

          Brian mengamati Lila sambil mengerutkan keningnya, berjalan kearah sofa dan mengambil tempat duduk di sebelah Lila. Lila refleks mengeser posisi duduknya sedikit menjauh dari Brian. Lila mengepalkan kedua tangannya hingga memutih berusaha menyembunyikan rasa takutnya.

          Brian menaikan sebelah alisnya memperhatikan reaksi Lila. “Lila, ada apa? Kau merasa tidak enak badan?” Tanya Brian sambil menggeser posisi duduknya mendekati Lila.

          “Ya, kepalaku sedikit sakit dan aku ingin segera pulang,” jawab Lila cepat.

          Brian masih memperhatikan Lila, membuat gadis itu bertambah gugup. Lila akhirnya menatap Brian dan memberikan seulas senyum terbaiknya. “Aku baik-baik saja Brian, hanya sakit kepala. Aku ingin segera pulang dan tidur di kasurku.”

          Brian membalas senyum Lila dan mengusap kepala gadis itu, “Tunggu sebentar aku akan mengambil kunci mobil dan  mengantarmu pulang.”

          “Tidak perlu, aku sudah memanggil taxi online tadi,” jawab Lila. Sebenarnya ia belum memanggil taxi online, ia terpaksa berbohong karena tidak ingin lebih lama lagi berada di dekat Brian. Ia menyadari pria di hadapannya adalah orang yang berbahaya. Entah apa sebenarnya tujuan Brian, yang pasti pria tersebut sudah menerornya.

          Brian kembali mengerutkan keningnya memperhatikan Lila “Kenapa kau memanggil taxi online? Bukankah sudah kukatakan aku akan mengantarmu pulang Lila?”

          Lila kembali menatap Brian dengan ekspresi tenangnya “Tidak usah Brian, kau kelihatan sangat sibuk sekali. Aku bisa pulang sendiri.”

          “Lila--”

          “Taxiku sudah sampai, aku akan keluar. Tidak perlu diantar, aku akan segera menghubungimu begitu aku tiba di apartemenku,” ucap Lila memotong kalimat Steve dan langsung bangkit berdiri.

          Lila baru saja akan melangkah melewati pintu ruangan Brian, ia berhenti sejenak kemudian berbalik menghadap Brian. Pria itu masih duduk di sofa memperhatikannya dengan ekspresi bingung. Lila menatap Brian lekat “Brian, bagaimana kau bisa tahu aku sedang ada di daerah pemakaman tadi?”

La Douler Exquise (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang