CHAPTER 30

416 22 4
                                    

          “Steve, jangan banyak bergerak nanti lukanya terbuka,” ujar Lila. Gadis itu segera bangkit dari duduknya untuk membantu Steve yang terlihat ingin bangun dari bankarnya.

          “Ck…kenapa kamu bandel sekali sih--,” ujar Lila sewot sambil memegang bahu Steve dan membantu lelaki itu mengubah posisinya menjadi duduk.

          Sementara Steve tanpa diduga melingkarkan sebelah tangannya pada pinggang Lila dan menarik gadis itu untuk duduk di bankarnya. Lila melebarkan matanya menatap Steve. Jarak tubuh mereka begitu dekat.

          “Kalau tidak begitu, kau tidak akan mau datang menghampiriku,” ujar Steve santai masih sambil memeluk pinggang Lila.

          Lila memutar kedua bola matanya malas “Seharusnya kau tidur lebih lama, sifatmu jadi lebih menjengkelkan ketika kau sudah sadar,” sarkas Lila. Gadis itu jelas tidak bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Sudah satu minggu Steve sadar dari tidurnya, ia masih harus menjalani perawatan lebih lanjut sebelum akhirnya dinyatakan benar-benar pulih.

          Steve hanya mengangkat kedua bahunya terkesan tidak peduli “Sayang sekali karena sepertinya aku tidak akan sanggup meninggalkan gadis yang mengancam akan membahayakan dirinya sendiri hanya agar aku dapat segera bangun dari tidurku.”

          Lila seketika bungkam. Ia menatap Steve dengan tatapan jengkelnya “Aku tidak pernah mengatakan hal sekonyol itu,” ujar Lila.

          Steve mendekatkan wajahnya hingga keningnya dan kening Lila bersentuhan, menatap gadis di hadapannya dengan tatapan yang dalam, membuat jantug Lila seakan berhenti berdetak. “Kau berencana mengingkari janjimu,” ujar Steve lirih.

          Lila mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan kalimat Steve barusan. “Janji apa?” tanya Lila.

          “Kau bahkan melupakannya,” lirih Steve.

          Lila bertambah bingung. Ia menatap Steve dengan ekspresi bertanya-tanya, membuat Steve menjauhkan keningnya dan menghela napas sesaat. Steve lalu mendorong kening Lila dengan jempolnya “Stempel perjanjian.”

          Mata Lila membulat sempurna. Bagaimana mungkin lelaki itu masih mengingat janji anak TK tersebut. Lila benar-benar lupa akan janji itu. Janji yang dibuat di pulau terpencil, salah satu usaha yang ia lakukan agar dapat segera berbaikkan dengan Steve. Janji agar dirinya  lebih berhati-hati dimasa yang akan datang.

          “Kau benar-benar melupakannya. Pantas saja kau bisa mengatakan hal sekonyol itu,” ujar Steve pelan membuat Lila merasa tidak enak.

          “Kalau tidak seperti itu kau tidak akan bangun,” ujar Lila mencoba membenarkan diri.

          Bibir Steve tertarik keatas menatap Lila “Kau baru saja mengakuinya, kau mengancam hanya agar aku segera bangun dari tidurku,” ujar Steve yang sukses membuat Lila melongo. Dalam keadaan belum sehat total Steve masih mampu memenangkan perdebatan dengan Lila.

          Pintu kamar pasien tiba-tiba terbuka, memunculkan sosok orangtua Steve. Lila segera bangkit dari duduknya, namun pergerakkannya ditahan oleh kedua lengan Steve yang melingkar di pinggangnya. Lila menatap tajam pada Steve sekaligus panik. Apa pria ini gila? Apa yang akan dipikirkan orangtuanya melihat mereka berdua dalam posisi tersebut?

La Douler Exquise (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang