CHAPTER 10

127 14 3
                                    

          Lila memutuskan untuk menghabiskan sisa sore dengan berjalan-jalan sebentar mengelilingi pulau. Sementara Brian kembali ke salah satu cottage untuk beristirahat memulihkan kondisi tubuhnya. Setelah bertanya pada penjaga resort, tempat untuk melihat sunset dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih empat puluh lima menit. Cuaca tidak terlalu panas saat itu, Lila mulai berjalan menapaki tangga kecil menuju tempat untuk memandangi sunset. Lila masuk lebih dalam, melewati hutan dan jalan setapak yang mulai terlihat tidak jelas. Suasana sepi yang terdengar hanya kicauan burung dan suara-suara binatang lainnya. Sesekali ia berpapasan dengan satu atau dua orang pengunjung lain yang berjalan turun kembali ke resort. Salah satu diantaranya bahkan menggenakan topi dan hoodie. Lila melanjutkan perjalanannya, kadang-kadang  ia berhenti sejenak untuk mengambil beberapa foto dengan kamera mirrorless yang ia bawa.

          Akhirnya ia sampai ditempat tujuan. Mengambil posisi duduk di salah satu gundukkan. Pemandangan lautan luas dengan langit jingga terhampar di hadapannya. Sang surya tampak mulai terbenam di hamparan samudra raya. Lila kembali mengangkat kameranya mengabadikan momen langka tersebut. Setelah puas dengan beberapa hasil jepretannya, ia kembali meletakkan kamera di pangkuannya. Memandangi sunset dalam keheningan ternyata dapat memunculkan kenangan akan kedua orangtuanya. Pemandangan yang begitu indah namun terasa begitu menyedihkan. Rasa sepi seakan menyeruak dari dalam dada. Ia begitu merindukan sosok kedua orangtuanya. Kematian tragis kedua orang tuanya terasa begitu menyakitkan seakan meninggalkan luka menganga yang tak akan pernah kering, dan kesempatan hidup yang ia dapatkan terasa seperti sebuah kesalahan.

          Lila hanya dapat tertawa miris begitu melihat kembali takdirnya, semua penderitaan yang ia hadapi akibat kepergian kedua orangtuanya terasa lebih menyakitkan daripada kematian. Lila ingat di tahun-tahun pertama setelah kepergian kedua orangtuanya, bagaimana ia tidak dapat menerima kenyataan yang terpampang di hadapannya, dan bagaimana usahanya untuk dapat menyusul kedua orangtuanya. Namun, sepertinya semesta berkehendak lain, Lila selalu gagal dari segala usaha untuk merenggut nyawanya sendiri.

          Sampai pada akhirnya Lila memutuskan untuk berhenti dari segala usaha untuk mencabut nyawanya sendiri, mencoba untuk kembali bangkit dan tetap bernafas hanya dengan satu tujuan. Mencari dan menemukan pengendara mobil yang sudah mengakibatkan kematian dari kedua orangtuanya. Entah siapa pelakunya, karena begitu Lila tersadar, ia sudah berada di rumah sakit dengan sanak saudara yang menungguinya. Mungkin si penabrak merupakan orang yang sama dengan orang yang sudah menarik tubuhnya menjauh dari ledakan mobil kedua orangtuanya. Jika benar, maka orang itu sudah melakukan dua kesalahan fatal, kesalahan pertama tentu karena membuat kedua orangtuanya meninggal sementara kesalahan kedua adalah tetap membiarkan Lila hidup.

          Lila menghela napas dalam, sepertinya keputusannya untuk datang ketempat ini menikmati sunset sendirian adalah keputusan yang sangat salah. Keheningan yang ia hadapai malah memunculkan kembali ingatan buruk akan masa lalunya. Langit mulai semakin menggelap, bersamaan dengan moodnya yang semakin hancur. Ia bangkit dari duduknya dan bersiap untuk kembali ke resort. Ia mulai berjalan menuruni jalan setapak dengan penerangan yang berasal dari ponselnya. Jalanan yang ia lalu sedikit lembab, sehingga ia harus sangat berhati-hati dalam melangkah. Sebenarnya langit belum begitu gelap, namun rimbunya pohon-pohon di hutan menutupi cahaya dari sang surya yang hampir tenggelam seutuhnya, membuat suasana di dalam hutan terasa lebih gelap dari yang seharusnya.

          Penerangan yang sangat minim membuat penglihatan Lila tidak dapat bekerja dengan baik. Kakinya tersandung akar pohon yang menjalar di atas tanah, membuatnya terjatuh dan terperosok masuk ke dalam lubang. Lila meringis menahan denyut yang menyakitkan di pergelangan kakinya. Lila mencoba melepas sepatu yang ia kenakan, seketika ia menjerit merasakan sakit yang luar biasa bersamaan dengan sepatu yang terlepas dari kakinya. Ia terkesiap menatap kondisi kakinya, bukan hanya mata kakinya yang membengkak,  jempol kaki Lila terlihat bengkok dan membentuk sudut aneh. Mendapati pemandangan tersebut seketika tubuhnya gemetar, kepalanya terasa begitu pening dan matanya berkunang-kunang. Ia memejamkan matanya, mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal, menarik dan menghembuskan nafas secara perlahan mencoba untuk tetap tenang, hingga selang beberapa saat pening di kepalanya perlahan memudar dan penglihatannya yang sempat menggelap berangsur-angsur membaik.

La Douler Exquise (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang