CHAPTER 28

101 12 0
                                    

          Waktu terasa berjalan begitu lama, jam dinding seakan berhenti berdetak. Lila tidak tahu sudah berapa lama ia duduk termangu. Tatapannya kosong dan ekspresi wajahnya hampa. Ia tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berada.
Brian berjalan menghampirinya membawakan plastik berisi botol air minum dan beberapa perlengkapan lainnya. Brian mengeluarkan botol minum tersebut dan menyodorkannya pada Lila. Gadis itu hanya menerima botol minum tersebut dan meletakkan di kursi sebelahnya, tidak berniat meminumnya.

          "Minumlah Lila, meskipun hanya sedikit," ujar Brian.

          Lila memandang Brian dan hanya menggeleng sambil tersenyum hambar membuat Brian menghela napas. Brian mengambil tempat duduk di sebelah Lila, memilih untuk tidak memandang gadis itu dan menatap lurus kedepan.

          "Aku sudah menghubungi kedua orang tua Steve. Mereka sedang dalam perjalanan kemari," ujar Steve. Lila hanya diam dan tidak menyahut.

          "Berapa lama kau akan seperti ini? Apa kau tidak berniat untuk setidaknya membersihkan dirimu?" Tanya Brian.

          Lila hanya diam, menunduk dan memandang bercak-bercak darah di celana, baju dan tangannya. Ia bahkan tidak perlu bercermin untuk mengetahui jika wajahnya juga dihiasi noda darah yang berasal dari tubuh Steve. Berapa banyak darah yang keluar dari tubuh lelaki itu? Ia pasti kehilangan banyak sekali darah karena berusaha menyelamatkannya.
Menyadari bahwa semua noda darah itu adalah milik Steve membuat mata Lila kembali berkabut. Pria yang berusaha menyelamatkannya hingga rela mengorbankan diri saat ini sedang berada dalam keadaan antara hidup dan mati. Steve sampai pada kondisi seperti sekarang karena berusaha menyelamatkan dirinya. Bahkan setelah banyak sekali perkataan jahat yang Lila lontarkan pada Steve akhir-akhir ini, pria itu tetap datang untuk mengorbankan nyawanya.

          "Berhenti menyalahkan dirimu!" ujar Brian seakan dapat mendengar pikiran gadis itu.

          Brian menatap Lila, sorot matanya terlihat begitu sendu. Hatinya hancur menyadari berbagai fakta yang tersaji di hadapannya saat ini. Melihat sahabatnya saat ini sedang terbaring di ruang operasi, melihat ekspresi Lila yang hampa, dan mengetahui kenyataan bahwa dirinya tidak cukup baik bagi Lila. Dirinya tidak cukup layak untuk tetap bertahan di sisi Lila, disaat ada orang lain yang bahkan rela menukar nyawanya demi keselamatan gadis itu.

          "Itu keputusan Steve untuk menjagamu, itu bukan salahmu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri," ujar Brian. Lelaki itu mengusap punggung Lila, berharap dapat menyalurkan setidaknya sedikit ketenangan dan kehangatan pada gadis itu.

          Lila kembali menunduk, kali ini ia sudah tidak dapat membendung air matanya. Lila terisak, membuat Brian menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya, tidak peduli pada noda-noda darah yang mungkin juga akan menempel pada pakaiannya.

          "It's ok Lila, everythings will be fine. I promise," ucap Brian menenangkan Lila. Lila terisak di dada Brian, dan Brian mengusap lembut lengan Lila, membiarkan gadis itu menumpahkan tangisnya. Ia cukup bersyukur melihat Lila yang mau mengeluarkan emosinya daripada harus menahannya sendiri.

          Berada di dalam pelukan Brian membuat Lila merasa nyaman. Pelukan Brian selalu dapat membuat Lila merasa nyaman hingga ia dapat menjadi dirinya sendiri. Menanggalkan topengnya, seakan-akan ia adalah gadis paling kuat di dunia ini. Saat ini Lila menjadi seorang gadis biasa. Gadis yang menumpahkan semua kesedihan dan semua emosinya.

La Douler Exquise (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang