CHAPTER 9

115 12 0
                                    

          Kata orang, ketika kita terjatuh akan selalu ada yang membantu kita untuk bangkit kembali, merekalah yang disebut sebagai teman. Namun, ada juga yang akan tertawa dan mengejek sampai puas hingga membuat kita malu sebelum akhirnya mengulurkan tangannya untuk membantu kita kembali berdiri dan merekalah yang kita sebut sebagai sahabat. Dalam keadaan yang sangat mendesak, seorang sahabat akan selalu ada untuk membantu dengan cara yang kelewat unik dan cenderung diluar nalar menuju ke cara yang menyebalkan.

          Mungkin hal ini yang sedang dirasakan oleh Brian. Ia memiliki sahabat kelewat unik, yang dengan senang hati bersedia membantunya menutupi kebohongan kecil dan pada akhirnya membawanya ke sebuah pulau terpencil. Tidak begitu buruk memang, mengingat kondisi yang mereka hadapi saat ini disebut sebagai liburan.

           Brian masih termenung, duduk disebuah bangku panjang yang menghadap ke pemandangan di bibir pantai. Menikmati angin yang berhembus kencang menerpa wajahnya sambil memandang debur ombak. Ia masih tidak dapat percaya dengan kenyataan bahwa Steve mampu membawa mereka sampai ke pulau terpencil ini. Kebohongan Steve mampu membawa mereka sampai sejauh ini.

          Mungkin ini yang disebut dengan rencana liburan dadakan dalam kondisi terdesak. Dan yang paling penting, ia tidak mengerti mengapa harus melangkah sejauh ini hanya demi menutupi kebohongan kecil yang sebenarnya sangat sepele. Memangnya kenapa kalau Lila tahu dirinya dan Steve bergulat seperti anak kecil? Apa yang Ia takutkan? Sejak kapan ia peduli pada pandangan dan penilaian orang lain terhadap dirinya?

          Lamunannya seketika buyar saat merasakan lengannya sedang ditusuk-tusuk oleh sesuatu. Ia menoleh ke sumber masalah tersebut. Lila terlihat sedang berdiri sambil memegang ranting yang sejak tadi ia gunakan untuk membuat tulisan dan gambar di bibir pantai, dan sekarang ranting tersebut ia gunakan untuk menusuk-nusuk pelan lengan Brian. Brian menghembuskan napas kasar. Bagus sekali, satu lagi makhluk unik yang berhasil membuyarkan lamunanya dengan cara yang aneh.

          “Sedang apa kau disini?” tanya Lila retorik masih sambil menusuk-nusuk pelan lengan Brian menggunakan ranting.

          “Sedang menikmati pemandangan indah tentunya,” jawab Brian sambil menunjuk dengan cara memajukan dagunya kearah sekelompok wanita muda yang menggenakan bikini. Beberapa wanita yang memang ketahuan sedang mencuri-curi pandang ke arah Brian memberikan senyum menggoda mereka.

          Seketika tusukan di lengannya terasa lebih dalam dan menyakitkan. Brian meringis menahan sakit, tanpa sadar bergeser dari posisinya untuk menghindari tusukan ranting Lila, dan mengelus lengannya yang terasa sakit “Hey, bagaimana kalau sampai bolong?”

          “Bagus, aku bahkan berharap itu putus,” sahut Lila dengan wajah galaknya membuat Brian menelan salivanya. Wanita di hadapannya terlihat begitu menakutkan ketika sedang marah.

          Namun ada sebersit perasaan senang terselip di hati Brian “Kau cemburu?” tanya Brian langsung pada sasarannya.

          Yang ditanyapun kaget, tidak menyangka akan mendengar pertanyaan yang kelewat gamblang. Wajah Lila seketika memerah, dengan mata yang makin melebar. Mulutnya terbuka, namun seketika tertutup kembali, tidak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba Lila merasa kesal mendengar pertanyaan kelewat percaya diri dari Brian. Tangannya yang masih memegang erat  ranting terangkat tinggi bersiap mengayunkannya ke tubuh Brian.

          Brian tercengang melihat reaksi berlebihan dari Lila, buru-buru mengangkat kedua tangannya “Hey…hey… easy girl, I’m just kidding okay,” ucap Brian panik. Gadis ini psycopath atau apa sih? Batin Brian.

Lila terdiam untuk beberapa saat, ekspresi mukanya perlahan melembut dan akhirnya menurunkan tangannya sambil mendengus kesal menatap Brian.

La Douler Exquise (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang