CHAPTER 2 - Plan for this weekend

395 34 0
                                    

          Lila jadi sering mengunjungi cafe tersebut, entah untuk membuat janji temu dengan klien, mentraktir timnya disana merayakan keberhasilan proyek yang mereka kerjakan atau hanya sekedar duduk menikmati suasana di dalam cafe. Brian sendiri terlihat sangat senang dengan setiap kunjungan Lila, tidak hanya karena cafenya menjadi ramai pengunjung, namun ia juga senang dengan kehadiran gadis tersebut di sekitarnya. Ia senang mengamati Lila, gadis itu berbeda dengan kebanyakan wanita yang ia temui. Lila adalah seorang wanita mandiri dan sangat fokus dengan apa yang ia kerjakan.

          Hubungan mereka menjadi semakin dekat. Setiap kali pertemuan dengan klien berakhir, Lila biasanya akan tetap tinggal di cafe untuk beberapa saat mencatat hal-hal penting atau hanya sekedar duduk bengong sambil melihat ke luar jendela. Dan seperti biasa Brian akan selalu datang menghampiri meja gadis itu sambil membawa secangkir teh chamomile hangat.

          Seperti saat ini, Lila masih belum beranjak dari meja cafe. Sudah hampir satu jam ia duduk di tempat itu sambil jarinya sibuk mengetik laptop. Terlalu fokus dengan layar laptop hingga mengabaikan sosok yang sedari tadi duduk di hadapannya.

          “Bagaimana proyeknya kali ini? Apa kau berhasil mendapatkannya lagi?” tanya Brian.

         “Yup,” jawab Lila singkat sambil masih mengetikkan sesuatu di laptopnya.

          “Wah selamat kalau begitu,” Brian memberikan ucapan selamat dengan sangat tulus.

          “Makasih,” jawab Lila lagi tanpa sedikitpun melirik ke arah Brian.
Brian yang sedaritadi hanya mendapatkan jawaban-jawaban singkat dari Lila akhirnya merasa sedikit terabaikan. Ia mengerti jika gadis di hadapannya ini sedang sangat sibuk dan serius menyelesaikan pekerjaanya. Namun tetap saja ia merasa sedikit jengkel. Akhirnya sifat usilnya perlahan mulai keluar, ia mulai melancarkan aksinya untuk mengganggu Lila.

          “Apa aku harus menjadi laptopmu agar bisa selalu kau perhatikan?” lirih Brian dengan sebelah tangan yang memangku wajahnya dan menampilkan ekspresi wajah murung yang dilebih-lebihkan.
Lila tersenyum samar, jarinya masih sibuk mengetik. Gadis itu terlalu fokus dengan pekerjaanya namun masih dapat mendengar dengan jelas perkataan Brian yang ditujukan untuk menyindir halus dirinya.

          “Apa kau bisa menghasilkan uang jika terus menerus kuperhatikan?” tanya Lila balik sambil terus mengetik.

          “Menghasilkan uang?” Brian malah bertanya balik, tidak mengerti dengan pertanyaan gadis itu.

          “Yup, aku terus menerus memperhatikan layar laptopku karena itu bisa menghasilkan uang untukku. Bukankah kau ingin menjadi laptopku? Lalu apakah aku bisa mendapatkan uang jika terus menerus memperhatikanmu?” tanya Lila lagi tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

          Brian melongo mendengar pertanyaan gadis tersebut, namun berakhir dengan sebuah kekehan dan gelengan pelan. Lila berbeda dengan beberapa gadis yang ia temui. Gadis lain tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk duduk berhadapan dengan seorang Edward Brian. Mereka pasti lebih memilih berlama-lama menatap wajah tampan Brian. Hal yang sering membuat Brian merasa risih dan terganggu. Mungkin karena itu ia merasa nyaman berada di dekat Lila. Tipe wanita yang tidak terpengaruh hanya karena melihat kesempurnaan fisiknya. Lila adalah seorang wanita yang memilih fokus dengan apa yang dapat ia kerjakan, ketimbang membuang waktu untuk menggaet pria tampan.

          “Hey Brian,” Lila tiba-tiba memanggil tanpa melihat ke arah Brian dan masih fokus dengan pekerjaannya.

          “Yup.” Jawaban singkat dari Brian.

La Douler Exquise (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang