11 - 롤리팝 (lolipop)

7.9K 639 38
                                    


Dia bangun juga, dan menatapku dengan tajam, “Aku ingin membunuh seseorang. Kau ikut?”

Dengan langkah santai dia berbalik dan berjalan menuju pintu keluar. Dengan sigap aku bergerak memutari meja makan dan berlari mengejar Jungkook.

Membunuh seseorang? Tunggu, ya ampun! Dia gila atau bagaimana? Dia mengatakan itu seolah-olah membunuh adalah hal yang sangat biasa. Aku ternganga dibuatnya.

Aku terseret sedikit saat menahan tangannya, “Membunuh siapa?” tanyaku khawatir. Aku bertanya hanya berupaya untuk mengulur waktu, siapa yang tahu, dia mungkin akan lupa dan tidak jadi membunuh?

Dia melepaskan pelan tanganku dari tangannya, dan berjalan lagi. Sebelum melanjutkan langkahnya, dia buka suara,

“Membunuh siapapun yang bisa saja aku bunuh.”

Aku menganga seraya terkekeh. Menepuk jidat juga tidak lupa, ya ampun sejak kapan aku bertemu manusia psikopat gila begini.

Aku masih berdiri di tempat aku berdiri, dan dari pintu dia berbalik, menunggu aku melihatnya. Saat mataku bertemu dengannya, dia menggerakkan kepalanya, menyuruhku untuk mengikutinya.

Aku mau tidak mau, ikut saja. Mungkin jika ada aku, dia akan terpengaruh dengan ucapanku, dan berakhir pulang kerumah tanpa memakan korban. Mungkin saja.

Aku berjalan setengah berlari, mengikuti langkahnya sampai ke garasi mobil.

Jadi, aku sebenarnya tadi pulang kerumahnya, rumah yang waktu itu menjadi tempat pembunuhan Yemi dan tempat aku ketahuan. Malas jika aku mengingatnya lagi, aku jadi mual. Rumah ini sebenarnya tidak begitu buruk. Tapi karena penghuninya adalah Jungkook, jadi, rumah ini seperti ada saja negatifnya. Aku jadi kurang suka. Kalau Hyuna— aku tidak pernah melihatnya dirumah. Walaupun aku tahu bahwa Hyuna adalah adik Jungkook, tapi dia tidak pernah terlihat dirumah ini.

Aku mengikutinya sampai garasi, tapi dia tidak mengeluarkan mobil, aku hanya memperhatikan gerak gerik Jungkook yang tidak jelas— dia mengambil pisau, tali, bangku, apalagi? Tidak jelas, serius.

“Kau sedang melakukan apa?” aku seperti anak kecil yang baru berumur empat tahun, dan memperhatikan ayahnya yang sedang menyiapkan alat pancing untuk memancing.

Dia menoleh, dan memperlihatkan wajah— tampannya. Aku tidak bohonh soal visulanya yang keterlaluan. Wajah kami—. Bagaimana tidak, aku mengikutinya, dan otomatis, wajahku terlalu dekat dengan pundak dan bahunya. Jadi, saat dia menoleh kearahku, hidung kami nyaris bertemu. Nyaris tidak ada jarak.

Tatapannya cukup mengitimindasi dan memintaku untuk bicara. Tapi aku langsung gelalapan dan mundur. “Aku hanya bertanya..”

Aku menunduk, dan sesekali mendongak agar dapat melihat bagaimana ekspresi Jungkook selanjutnya. Dia masih melihatku dengan tajam, walaupun pada akhirny dia kembali pada aktifitasnya.

Dia langsung berjalan menuju keluar garasi, aku mengikuti langkah kakinya, dia akan kemana aku tidak tahu.

“Kau ikut atau tidak?” ucapnya seraya membalikkan badan.

Aku tidak ingin ikut, tapi aku ingin menyelematkan setidaknya satu nyawa hari ini. Kumohon!

“Ikut..” ucapku pelan.

Dia lalu berbalik lagi dan berjalan santai. Dari belakang saja, dia cukup tampan astaga— hei! Yurin! Ayolah, dia itu psikopat! Jangan pernah memujinya lagi! Tampan? Apa itu?! Binatang macam apa?!

Aku berusaha menyamakan langkahku, dan mendongak ke atasnya, “Kau tidak naik mobil?” tanyaku sambil mengarahkan pandanganku kegarasi.

“Di dekat sini, ada taman kanak-kanak, untuk apa naik mobil, berjalan kaki sedikit juga sampai.” katanya biasa saja. Tidak berekspresi, tapi—

Romantic Of Psychopath || JJK (Sudah Terbit. Tidak Tersedia di Toko Obat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang