2.01. If you miss Them

7.5K 498 386
                                    

Berkali-kali aku bermimpi. Dan, semua mimpi itu serupa. Jungkook datang menemuiku dan berkata, “Aku akan kembali, terserah bagaimana pun caranya.”

-

-

_

Seokjin melamarku.

Banyak hal yang harus aku pertimbangkan.

Aku tidak dapat menerimanya dengan mudah. Banyak hal yang harus aku pertimbangkan. Tetapi tetap saja, pada akhirnya, aku berada di opsi yang dia inginkan.

Kami menikah.

Setelah itu,

Memiliki seorang anak.

Lebih tepatnya, memliki seorang putra.

Entahlah, harus aku beri nama apa kisahnya setelah semua berakhir seperti ini.

Jila ditanya soal perasaan. Jelas, aku mencintai Seokjin. Aku mencintainya, itulah sebabnya aku menerima lamarannya waktu itu.

Butuh waktu lama untuk Seokjin mengubah segalanya. Dia berusaha keras untuk memikatku. Menyita atensiku, bahkan dia mati-matian menahan cemburu disaat aku sesekali membahas Jungkook, atau— semacam memikirkannya.

Pemilik akun Yeobsem itu, jelas-jelas marah jika aku bilang aku merindukan sosok Jungkook. Dia bilang, bahwa aku benar-benar harus pergi dari angan-angan itu.

Apakah layak seorang istri membicarakan lelaki lain di depan suaminya?”

Seringkali begitu.

Seringkali. Sangat sering. Sesering aku yang membahas soal Jungkook.

Jeonggu. Putraku.

Dia juga beberapa kali bertanya, “Ibu! Jungkook ithu, thiapa?”

Aku selalu menjawabnya dengan senyuman kecut. Tidak ada yang perlu aku jawab. Aku tidak mungkin bilang bahwa, Jungkook adalah cinta pertama ibu, yang bahkan tidak pernah bisa ibu lupakan, meski dia adalah psikopat sakit jiwa di dunia.

Kurasa, aku gila jika mengatakan hal itu di depan Jeonggu.

Pagi itu, aku sedang menyiram bunga. Jeonggu yang sedang bermain dan berbicara sendiri di depan pintu, juga tidak begitu rewel seperti biasanya. Jadi aku dapat bekerja dan mengawasinya secara bersamaan dengan mudah.

“Ibu! Ibu! Ada olang!” Jeonggu berseru riang. Suaranya yang cukup cempreng itu membuat aku menoleh cepat ke arahnya.

Dia menunjuk-nunjuk kepintu pagar, aku menyerngit, “Ayo pergi, ribut sekali Jeonggu ibu. Ayo masuk kedalam,”

“Ibu! Ibu! Ndak mau, belnya bunyi telus ibu! Thadhi ada olang! Ibu lihat dulu!” dia menangis, memaksaku untuk tetap mengecek pagar.

Aku menghela nafas gusar, dan kembali mendaratkan pantatnya dikursi pribadinya seperti tadi, “Baiklah baiklah, sebentar ya. Jeonggu jangan nakal.”

Tangisannya berhenti dan menghadirkan senyum yang lebar. Sama saja dengan ayahnya, harus di turuti selalu.

Aku akhirnya berbalik, dan melangkahkan kaki menuju pintu pagar.

Peduli apa dengan pakaianku yang khas ibu-ibu ini. Kaus tipis berwarna kuning, dan celana hitam kelonggaran, serta rambut yang aku sanggul asal asalan.

Astaga, bel itu berbunyi lagi. Lagi. Lagi.

“Baik! Sebentar.” kataku setengah teriak. Tamunya rewel sekali, seperti Jeonggu.

Tetapi, Jeonggu gemas.

“Ada ap—”

Membeku.

Aku tercekat.

Rasamya jantungku hendak berhenti berdetak saat ini juga.

Aku tidak bohong.

“Hai. Lama tidak bertemu.” lelaki itu meleparkan senyumannya.

Senyuman yang paling sering aku hayalkan.

Senyuman yang aku kira adalah tinggal angan.

Senyuman lelaki yang sudah tidak.mungkin lagi aku gapai.

Lelaki itu....

Jeon Jungkook?


....

Btw, ini lanjutannya masih panjang banget, hehe.

[Maaf, sebagian dari bab ini telah dihapus untuk kepentingan penerbitan]

Lopyu guys🙂🙈

Romantic Of Psychopath || JJK (Sudah Terbit. Tidak Tersedia di Toko Obat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang