20 - 똥 (Shit!)

6K 501 83
                                    

"Kau harus bertahan untuk beberapa hari lagi Rin,"

-

-

Seberapa frustasinya aku, saat berjalan di koridor sekolah. Beberapa orang melemparkan tatapan sinis, mengumpat, dan sebagian lainnya memberikanku tatapan prihatin. Yasudah. Baiklah. Tidak aku pedulikan.

Belum lagi, disaat aku keluar kamar untuk mandi dan sarapan tadi sebelum berangkat sekolah. Aku bahkan tidak mau melihat wajah ayah, ibu, ataupun Yoora. Ibu menyapaku dengan senyuman lebar, lalu dilanjutkan dengan Yoora yang menghampiriku dengan ucapan selamat pagi. Tapi aku hanya membalas mereka dengan senyum kikuk. Senyum yang aku paksakan.
Ayah. Ayah tidak bicara, dan sama sekali tidak memperdulikan keberadaanku.

Aku mencoba bertahan sampai Hera datang menjemputku. Hanya memainkan ponsel seraya suara mobil jemputanku datang. Suasana canggung dirumah masih terlintas dibenakku. Aku masih membayangkannya.

Tapi— keadaan disekolah jauh lebih mengerikan. Ada perkumpulan murid yang sedang bisik-bisik beberapa di depan, pojok, atau di pinggir koridor. Dan aku sudah sangat tahu, apa yang sedang mereka bicarakan.

“Tidakkah Jungkook memang terlihat aneh?”

“Lebih baik, tidak percaya kepada seseorang terlalu berlebihan. Kau lihat Jungkook? Ah— penggemarnya pasti sangat terkejut.”

Untung saja, aku tidak menjadi salah-satu dari penggemar Jungkook. Apalagi— pacarnya.

“Hei. Jangan di dengarkan.” Hera menepuk pundakku pelan. Dia menggeleng dan mengintruksiku agar twrus berjalan ke depan.

Hal-hal yang hendak aku lakukan di sekolah, sebenarnya tidak ada. Guru tidak akan ada yang mengajar, aku yakin itu. Media pasti akan terus-terusan menghubungi sekolah, dan seluruh kontak wali kelas di sekolah Deluna.

Deluna sudah tercemar.

Sekolah ini benar-benar sudah rusak namanya.

Atau setidaknya— “Deluna High School berada pada posisi terbawah. Dengan jumlah pendaftaran murid baru paling sedikit di tahun 2020.” Mungkin begitu gambaran nasib Deluna sebentar lagi.

Entahlah. Hanya saja, aku tidak peduli dengan Deluna ini. Semuanya terasa tidak penting untuk aku pikirkan.

Yang menghantuiku sekarang hanya Jungkook. Rasanya, aku seperti ingin langsung bertemu dengannya. Ingin sekali. Terakhir kali— ya, dua hari yang lalu. Saat aku tidak keluar kamar seharian, dan hari ini, saat aku ke sekolah.

“Seseorang mengatakan bahwa Jungkook juga narkoba. Benarkah?” Hera memutar tubuhnya mengarah padaku.

Aku diam sejenak. “Tidak. Maksudku, aku tidak tahu. Yang aku tahu, dia hanya merokok.” aku buka suara lagi.

Tentu saja setelah itu, aku hanya bercerita dengan Hera di pojok kelas. Dia menceritakan hari-harinya tanpaku, dan juga sebaliknya. Aku bilang padanya, bahwa Jungkook mengajakku jalan-jalan keliling kota, dan mengajakku pergi makan sup kepiting di warung makan sepupunya. Aku bahagia, saat-saat itu. Tapi— aku bahagia, bersamaan dengannya yang dengan bodohnya menyerahkan diri kepada polisi.

Hanya satu hal yang tidak mungkin aku ceritakan pada Hera, adalah tentang aku dan Jungkook— kalian semua tahu itu apa.

Seseorang datang menemuiku. Dia berdiri di ambang pintu terlebih dahulu, seperti mencari seseorang— dan berakhir menatapku dengan tatapan, seperti sudah menemukan orang yang dia cari.

Romantic Of Psychopath || JJK (Sudah Terbit. Tidak Tersedia di Toko Obat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang