08 - 연극 (Theatrical)

8.5K 698 68
                                    

Jeon Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Jungkook.

“Aku membunuh Yemi,” kataku sambil meletakkan jaket abu-abu dikepala kursi kayu.

“Apa?!” Suara Hyuna terdengar lantang dan kebingungan. Dia sampai menghentikan aktivitas menulisnya.

“Aku membuat wajahmu jauh lebih cantik sekarang. Wajahnya hancur,” aku tentu saja santai dengan apa yang aku katakan.

Namun, aku rasa Hyuna kesal. Dia bangun dari kursi belajarnya dan menghampiriku dengan tatapan mengitimindasi. “Aku tahu kau sedang bergurau.”

Aku menaikkan alisku dan memutar bola mataku malas. “Tentu saja aku serius.”

Dia diam sejenak, dan akhirnya mengeluarkan kekehan, “Oh ya ampun! Psikopat macam apa kau?! Bodoh sekali!” Dia menghela nafasnya kasar. Merengek dengan seluruh ejekannya tentang perbuatanku.

“Kau bilang kau menyayangiku.” Hyuna melirih pelan. “Tapi kau membuat aku berada di posisi yang tidak aman.”

Hyuna memegang kepalanya frustrasi, “Aku adalah satu-satunya murid yang akan di curigai, jika semua tahu bahwa Yemi mati!”

“Kau tidak perlu khawatir.” Aku ambil kepalanya dan mencium dahinya dalam-dalam,

“Jadah seperti Ibu. Aku ingin menyayangimu, seperti aku menyayangi Ibu kita.”
-

-

-

Shin Yurin.

Terserah saja ya. Apa? Memotong jariku? Yang benar saja manusia psikopat berengsek kurang ajar itu. Dia kira aku takut?

Iya sebenarnya.

Aku membaca pesannya lalu benar-benar menutup ponselku dan beranjak tidur. Aku tahu, di sini hanya ada aku. Dan sunyi. Jadi bisa tidak? Kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu dihapuskan sejenak dipikiranku? Saat dia menendang kepala Yemi, meninju wajah Yemi berkali-kali, meski aku tidak tahu apalagi kekerasan yang sudah dia perbuat hingga Yemi tidak bernyawa lagi. Tapi yang pasti itu pertama kali bagiku menyaksikan sesuatu yang kasar dan sekeji itu.

Aku membenarkan posisi tidurku sedikit menyamping kekanan, memeluk guling, dan menarik selimut hingga menutup tubuhku sampai leher. Menutup mata rapat-rapat dan mencoba melupakan sejenak saja. “Ayolah! Ayo mengantuk!”

Terbuka sedikit mataku saat terdengar ketukan pintu sekitar tiga kali dari luar, “Yurin, apa kau sudah tidur?” Dan itu adalah suara Yoora. Dia masih mengkhawatirkan aku rupanya.

Saat suara kenop pintu terbuka, aku langsung menutup mataku dengan sedikit terkejut, karena aku kira Yoora tidak akan masuk ke kamar, dan aku kira juga aku sudah mengunci pintu tadi. Astaga.

Aku mengatur hembusan napas layaknya orang sedang tidur, dan menutup mata sewajarnya orang yang sudah di dunia mimpi.

Suara langkah kaki Yoora semakin terdengar dekat. Sesuatu dengan gerakan yang lembut mengusap rambutku, dan aku yakin itu adalah tangannya. Dia seperti menggerakkan tangannya ke atas lalu kebawah dan berulang kali.

Romantic Of Psychopath || JJK (Sudah Terbit. Tidak Tersedia di Toko Obat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang