07 - 메시지 (message)

8.9K 773 85
                                    

Aku masuk kerumah dengan wajah paling datar sepanjang masa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masuk kerumah dengan wajah paling datar sepanjang masa. Aku tidak ingin terlihat ketakutan di depan Yoora. Jadi aku berekspresi seakan-akan aku tidak kenapa-kenapa.

Dia bicara terlalu banyak, suaranya tidak ingin aku dengar, dia mengomeliku pasti karena aku pulang terlambat, dan— “Yurin kau bercanda? Kenapa lama sekali! Kau kemana saja? Ini hampir tengah malam, ya ampun jika ada ayah dan ibu kau bisa diberi huku— ”

“Diam! Kau bisa diam tidak?!” Aku menghentikan aktivitas menata belanjaan di kulkasku dan membanting kaleng susu. “Aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun sekarang!”

Aku membanting pintu kulkas dengan kasar dan berbalik berjalan kelain arah. Aku berniat masuk kekamar dan menyendiri setidaknya hingga besok pagi.

Yoora mendekat dan menghentikan langkahku. “Pipimu kenapa?” tanyanya sambil memegang dan memeriksa bagian pipiku.

“Aku tidak kenapa-kenapa,” ungkapku seraya  memindahkan tangan Yoora dengan dingin.

“Kau dipukul? Jawab aku Yurin! Kau kira aku akan membiarkanmu bersikap aneh seperti ini? Kenapa kau pulang terlambat? Kau di ganggu? Kau di le— ”

“Aku mohon diam....” ucapku lirih. “Aku lelah. Aku ingin tidur.” Aku berbalik dan kembali kepada niatku yang ingin menyendiri di kamar.

Setelah itu aku tidak mendengar apapun lagi dari Yoora. Dia benar-benar tidak bicara dan mengatakan hal lain.

Aku sudah ada di ruangan yang aku inginkan. Aku menatap jendela dan menghela napasku pelan, dan menangis.

Dadaku terasa sesak, mengingat kejadian tadi. Di saat Jungkook membunuh Yemi dengan brutal, di saat aku ketahuan berada di tempat kejadian, dan di saat aku harus memilih antara mati dan juga mati.

Aku menangis tanpa suara, mengeluarkan sekuruh kecamuk dada yang aku rasa. Air mataku berderai cukup deras. Aku yang hendak menghapus air mata itupun tidak berkuasa. Selalu saja, air mata keluar jauh lebih banyak dari pada usahaku menghentikan mereka.

“Kau harus kuat Yurin! Aku yakin kau tidak selemah itu!” Aku seakan bicara pada udara untuk sekedar menguatkan diri.

Aku menatap ruangan dengan gaya yang cukup cerah secerah hidupnya dulu sebelum kejadian malam ini terjadi, dengan tatapan kosong

“Kenapa harus aku?” Pada akhirnya aku hanya pasrah dan menidihkan tubuhku di kasur. Tidak seperti biasanya, aku selalu membuka ponsel sebelum tidur, namun kali ini aku bahkan tidak selera untuk menyentuh benda pipih itu sedikitpun.

Nomor Jungkook.

Nomorku.

Kami sudah bertukar nomor sebelum dia mengantarku pulang dengan paksa—

“Kau ingin pulang sekarang?” katanya seraya keluar dari taman.

Ucapannya terlihat seakan kami benar-benar sedang menjalin hubungan. Dia akhirnya menarik tanganku keluar juga dari taman.

Romantic Of Psychopath || JJK (Sudah Terbit. Tidak Tersedia di Toko Obat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang