Gue lagi-lagi terbangun dengan keadaan penuh keringat. Kali ini semuanya lebih jelas. Gimana cara dia bunuh Kirana, jeritan dari Kirana juga semakin terdengar. Sampai kapan gue harus tersiksa sendiri kaya gini?
Gue menatap pantulan diri gue di depan cermin. Kantong mata gue semakin item. Udah mirip kaya panda kali ya. Gue melihat sekitar. Kirana nggak ada di sini. Seketika gue kembali merasa bersalah atas ucapan gue tadi malem. Apa terlalu ketara kalau emang gue nggak bisa ngelawan takdir? Ah bisa gila gue kalo mikirin ini terus.
"Udah Ta, jangan terlalu dipikir. Ayo jalanin hidup kaya biasanya."
Nggak lama, gue udah siap buat berangkat ke kampus. Tapi sebelum gue bener-bener pergi dari kamar kos, gue nulis sesuatu di note. Berharap Kirana membacanya, meski kemungkinan besar dia nggak bakal dateng untuk hari ini.
To : Kirana
From : Semesta,Gue pergi ke kampus dulu. Kalo lo laper, coba cek di kulkas. Di situ ada onigiri kesuakaan lo. Cepet balik, gue kesepian di sini.
***
"Lesu banget tuh muka."Mugkin karena keasyikan ngelamun, gue sampai nggak sadar kalau ada Dimas yang udah duduk disamping gue. Fyi, Dimas ini ketua kelas gue. Gue baru sadar dari lamunan setelah dia menepuk pundak gue.
"Anjir ni anak, ngelamun mulu. Takut gue lama-lama."
"Kenapa, Dim? Tumben lo nyamperin gue."
"Tugas lo mana?"
"Hah? Tugas apaan?"
Dimas menghela napas panjang seakan udah capek sama jawaban gue. Emang ada tugas? Kok gue lupa?
"Pake lupa segala nih anak."
'Beneran ini, tugas apaan?"
"Tugas dari pak Trisno, lo belum ngerjain nih pasti?"
Tugas dari pak Trisno? Oh tugas itu. Untung aja udah selesai. Tugas dari jaman kapan ditagihnya kapan.
"Udah ye, nih ambil nih."
Dimas mengambil tugas gue dengan kasar. Dilihatnya dari awal sampe akhir. Tenang Dim, mana ada yang cacat.
"Lo akhir-akhir ini kenapa sih, Ta?"
"Kenapa apanya?"
"Lo kenapa lebih sering ngelamun?"
Gue langsung diem seketika. Bahkan gue nggak berani natep mata lawan bicara gue. Mana mungkin gue bilang ke Dimas kalau gue ada masalah sama hantu. Bisa-bisa dikata gila.
"Biasa, tentang cewek."
"Risa lagi?"
Sorry Ris, lo gue jadiin alesan. Ya meski emang lo juga salah satu penyebab gue kaya gini.
"Lo nggak mau nyerah gitu merjuangin cinta yang nggak dibales dari setahun yang lalu?"
Gue tersenyum miris mendengar pernyataan yang dilontarkan Dimas. Udah lama juga gue naruh perasaan ke Risa. Tapi hasil yang gue dapet nggak sesuai sama ekspektasi.
"Lama juga ya gue suka sama Risa."
"Ayolah, bro. Diluar sana cewek masih banyak."
Gue nggak menggubris Dimas. Gue memilih untuk segera meninggalkannya sendiri. Tapi penglihatan gue menangkap gerak-gerik yang aneh. Seakan-akan gue sedang diintai seseorang.
"Kenapa, Ta."
"Gapapa, gue duluan Dim."
"Lah anjir, gue ditinggal."
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 40 days, kang minhee
Fanfiction[ bahasa ] ( P R O D U C E X 1 0 1 - S E R I E S ) Terkadang Semesta mengajak bermain-main dengannya hingga lupa ada takdir yang sudah memasang garis waktunya. © rosethctic, 2019