Udah beberapa kali gue coba menghubungi Wira, tapi selalu aja nggak bisa. Kenapa kalau gue lagi butuh, dia susah banget dihubungin. Tiba-tiba seseorang menepuk pundak gue. Untung aja jantung gue nggak copot gara-gara kaget.
"Kok kayak bingung gitu, Ta. Kenapa?"
Sial. Kenapa yang muncul malah Risa. Dan kenapa ada Galuh juga di belakangnya. Tatapannya udah nggak enak aja anjir ke gue.
"Ini temen gue nggak bales panggilan, padahal lagi butuh."
"Paling dia lagi sibuk, tenang aja kali."
"Oh iya juga, ngomong-ngomong kalian habis darimana? Kok bisa bareng?"
Risa menatap lama ke arah Galuh. Seperti mengisyaratkan sesuatu. Aneh. Mana mungkin mereka sekadar bertemu, apalagi Galuh juga masih SMA. Mana mungkin dia berkeliaran di area kampus.
"Tadi dia mau minta anter ke mall, katanya mau beli sepatu. Gue suruh aja ke sini dulu."
"Oh gitu."
Galuh natap gue tajam. Serasa singa mau nerkam mangsanya. Gila, Cuma ditatap gitu doang bisa bikin merinding. The power of killer ya gini.
"Yaudah kita cabut dulu, Ta."
Samar tapi gue yakin Galuh yang bilang sebelum dia ninggalin gue.
"Semoga rencana lo berhasil."
Kali ini gue beneran harus ketemu Wira. Galuh udah tau rencana gue. Pasti dia bakal nargetin gue buat jadi korban selanjutnya. Kalau cuma gue, gapapa. Kalau malah orang terdekat gue, gimana?
"Wira, lo di mana?"
"Gue habis balik dari kantor, kenapa?"
"Gue perlu bicara serius sama lo, bisa ke kafe bang Ian?"
"Oke, gue ke sana sekarang."
***
Untung aja keadaan kafe bang Ian nggak serame biasanya. Gue bisa jadi lebih leluasa buat ngobrolin ini sama Wira. Semoga aja bang Ian juga nggak ikut-ikut. Gue bener-bener butuh waktu berdua doang sama Wira.
"Udah nunggu lama, Ta?"
"Gue juga baru sampai kok, tenang aja."
Wira ngambil tempat duduk di depan gue. Cuma butuh waktu sebentar buat dia pesen minum. Setelahnya, kita balik ke topik awal.
"Lo mau ngomongin apa? Kayaknya penting banget sampai-sampai misscall gue ada kali 10-an."
"Tentang Galuh."
"Kenapa? Lo ada petunjuk lain?"
"Bukan petunjuk, tapi gue seperti diancem."
"diancem gimana?"
"Gue yakin seratus persen, Galuh udah tau semua rencana kita."
"Sial."
"Gue takut dia jadiin gue korban selanjutnya. Ah salah, maksud gue, gue takut kalau orang yang deket sama gue jadi korban selanjutnya."
"Maksud lo si Risa?"
"Mana mungkin si Risa. Bisa aja bu Ayu."
"Terus gimana?"
"Lo bisa kan suruh anak buah lo buat jaga-jaga di sekitar rumah bu Ayu sampai kasus ini selesai?"
"Bisa. Terus antisipasi kita selanjutnya gimana?"
"Gue ada rencana baru."
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 40 days, kang minhee
Fanfiction[ bahasa ] ( P R O D U C E X 1 0 1 - S E R I E S ) Terkadang Semesta mengajak bermain-main dengannya hingga lupa ada takdir yang sudah memasang garis waktunya. © rosethctic, 2019