Rintik air mulai turun. Akhirnya hujan juga setelah sekian lama gue ngerasain panas terik matahari. Tapi nggak enaknya, gue juga susah buat kemana-mana kalau hujan. Alhasil gue cuma rebahan aja di kamar, mumpung kerjaan gue udah selesai semua.
Gue yang lagi enak-enakan nge-scroll timeline twitter dikejutkan sama suara petir yang membuat listrik seluruh kos padam. Sialan, kuota juga lagi habis nggak jodoh emang. Kalau kaya gini gue mau ngapain coba.
"Se-semesta."
Gue mencari sumber suara itu. Ternyata dia -hantu itu yang memanggil gue. Dia bersembunyi di balik pintu lemari. Kayaknya dia ketakutan. Gue pun membuka pintu lemari, melihat dia yang duduk memeluk lututnya.
"Kenapa, hm?"
"Ta-takut."
"Sini keluar, jangan di dalem lemari yang ada nanti lo tambah takut."
Dia berjalan pelan sambil tetap menundukkan kepala. Kasian juga kalau liat dia ketakutan kaya gini. Apa jangan-jangan dia ada trauma sama petir? Kenapa gue jadi makin penasaran sama nih hantu.
"Semesta, nggak mau gantung boneka pengusir hujan?"
Bahkan dia masih percaya gituan padahal jaman udah canggih kaya gini. Dan kenyataannya dia juga pergi meninggalkan dunia akhir-akhir ini.
"Lo masih percaya gituan?"
Dia mengangguk.
"Kata temenku dulu kalau kita gantung boneka itu, hujannya pasti hilang."
"Masa?"
"Iya, apalagi kalau kita nyanyi lagu pengusir hujan."
"Kaya gimana emang lagunya?"
Dia menatapku lalu kembali menatap ke arah jendela. Tak selang lama, gue denger sesuatu. Dia beneran nyanyi lagu itu.
Hujan pergilah
datanglah lain hari
aku ingin bermain
hujan pergilah.
Lagu itu terasa familiar. Gimana enggak, lagu itu pernah ibu gue nyanyiin dulu pas gue masih kecil. Di saat gue ketakutan dia pasti nyanyiin itu biar gue tenang. Kenapa dia selalu buat gue jadi keinget ibu? Apa Tuhan emang sengaja?
"Semesta, kok ngelamun?"
"Eh maaf maaf, udah selesai nyanyinya?"
"Udah, tapi kok nggak pergi juga sih hujannya."
Gue berjalan mendekat ke arahnya lalu duduk di sampingnya. Mengikuti arah pandangannya.
"Gimana mau berhenti kalau suara lo tadi nggak ada bagus bagusnya."
"Semesta ih!"
Dia menatap gue jengkel. Sedangkan gue yang lihat ekspresinya malah ketawa puas. Untuk pertama kalinya gue bisa ketawa selepas ini sama dia yang notabene bukan sebangsa sama gue.
"Semesta."
"Kenapa lagi?"
"Ketawamu tadi manis, sering-sering kaya gitu ya!"
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 40 days, kang minhee
Hayran Kurgu[ bahasa ] ( P R O D U C E X 1 0 1 - S E R I E S ) Terkadang Semesta mengajak bermain-main dengannya hingga lupa ada takdir yang sudah memasang garis waktunya. © rosethctic, 2019