#DAY 21

477 102 7
                                    

Manggung hari ini berjalan lancar seperti hari-biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manggung hari ini berjalan lancar seperti hari-biasa. Makin banyak pengunjung yang dateng. Makin banyak pula gue masuk di instastory mereka. Tapi kenapa gue ngerasa biasa aja? Kenapa nggak ada perasaan seneng gara-gara udah dikenal banyak orang?

"Semesta."

"Eh bang Ian, kenapa?"

Bang Ian mendudukkan dirinya di kursi depan gue. Dia diam. Kedua tangannya menopang dagu. Lalu matanya yang memperhatikan keadan gue dari atas sampai bawah. Sampai pada akhirnya ia menghembuskan napas panjang lalu bersender pada kursi.

"Lo beda, Ta."

"Beda gimana, bang?"

"Lo bukan Semesta yang gue kenal. Biasanya setiap habis manggung, mata lo seakan bilang hari ini gue udah nunjukin yang terbaik."

Bang Ian diem sejenak, lalu melanjutkannya lagi.

"Tapi sekarang, gue ngerasa semua itu hilang. Jangan gara-gara Kirana, lo jadi kaya gini."

Gue mengusap wajah kasar. Frustasi dengan apa yang gue rasain. Alih-alih menjawab bang Ian, gue lebih memutuskan buat pergi. Sorry bang, gue lagi mau sendiri dulu.


***


Nggak tau kenapa, kaki gue mengarah ke suatu toko. Toko kecil di pinggir jalan, nggak banyak yang tau. Gue aja tau gara-gara Kirana. Sial, gue jadi keinget Kirana lagi kan. Lo di mana sih sekarang? Tolong, jangan dengan mudahnya menghilang kaya gini, Na.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu, nak?"

Gue bingung mau jawab apa. Ya emang gue cuma asal masuk ke toko ini. Tanpa ada maksud tertentu. Tapi ada satu barang yang menarik perhatian gue. Sebuah snowball dengan hiasan merry go around. Kombinasi sempurna untuk mengingat Kirana.

"Saya ambil ini."

Ibu pemilik toko itu tersenyum saat mengambil snowball dari tangan gue. Lalu dengan segera ia membungkusnya. Ada satu cerita dari ibu pemilik toko ini yang membuat gue speechless.

"Kau tau nak, snowball ini membuatku ingat pada gadis kecilku yang sekarang sudah pergi."

"Kenapa begitu, bu? Apa dia juga suka dengan snowball ini?"

Ibu itu menggeleng. Raut wajahnya seakan menyembunyikan rasa rindu yang amat luar biasa. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

"Bukan masalah snowballnya, tapi karena merry go around ini. Dulu dia suka banget naik ini setiap saya ajak ke taman bermain."

Gue speechless mendengar ceritanya. Gimana enggak, cerita ibu ini persis sama yang diceritain Kirana. Kalau kalian inget, pasti kalian juga kaget.

"Kalau boleh tau, anak ibu ke mana?"

"Dia sudah meninggal, nak."

Semakin membuat gue berpikir kalau yang dimaksud ibu adalah Kirana. Tapi masa Kirana nggak pernah bilang ke gue kalau dia ibunya? Ah gue lupa, Kirana aja lupa sama namanya sendiri.

"Dia anak yang baik. Tapi takdir berkata lain, dia malah meninggal dengan mengenaskan."

"Maaf menyela, tapi apa saya boleh tau nama anak ibu siapa?"

"Namanya Kirana, Kirana Larasati."






To be Continued...

[✓] 40 days, kang minheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang