Gue membuka mata perlahan. Kepala gue masih pusing buat nerka ini di mana. Warna ruangan yang bernuansa biru, banyak barang-barang asing. Jelas ini bukan kamar gue.
Seseorang membuka pintu sambil membawa nampan berisi makanan. Ternyata dia yang bawa gue ke sini.
"Udah bangun lo, Ta. Gue kira masih keenakan tidur."
"Si anjir kalau ngomong kaga pernah bener. Thanks ya, Wir. Kalau gaada lo paling gue udah mati di sana hahaha."
"Santai kali. Nih makan dulu. Lo belum makan dari kemaren sore."
Gue mengambil alih nampan yang dibawa Wira. Ini dia masak sendiri apa gimana dah. Keliatan enak banget.
"Lo masak sendiri, Wir?"
"Yakali enggak. Gini-gini gue jago masak tau."
"Lo nggak ngasih racun ke sini kan?"
"Temen nggak berbudi cuma lo doang emang, Ta."
Gue ketawa mendengarnya. Saat lagi enak-enak makan, seketika sebuah pertanyaan muncul di otak gue.
"Btw, Wir. Gimana caranya lo bisa ada di kampus gue? Kali ini bukan ada urusan kan?"
"Cie kepo nih."
"Anjir gue nanya serius ini."
"Jangan serius-serius nanti baper yang ada."
Kalau gue lagi nggak selemah ini, udah gue lempar nampan ini ke muka Wira. Nyebelin banget jadi temen.
"Hahahaha tuh muka santai aja kali, tegang amat."
"Ya salah sendiri, gue nanya serius respon lo malah bercanda."
Wira berjalan menuju rak buku, mengambil sebuah novel. Lalu berjalan ke arah sofa dan membacanya sekilas. Sebelum pada akhirnya dia menatap ke arah gue.
"Kirana."
Kirana? Ada apa sama Kirana?"
"Kirana kenapa?"
"Dia yang beritahu gue."
"Gimana caranya? Lo kan nggak bisa lihat dia."
Wira menghela napas panjang lalu menyenderkan punggungnya di sofa. Melihat ke arah langit-langit.
"Mungkin karena gue keseringan sama lo kali ya jadi gue peka sama hal sejenis itu."
"Maksud lo?"
"Gue kemaren seperti dapet bisikan yang kalau nggak salah bunyinya tuh kayak gini;
Tolong. Semesta. Sakit.
Gitu."
Gue baru tau kalau Kirana bisa ngasih pesan gitu ke temen gue. Gue kira dia pemalu.
"Butuh waktu lama buat gue ngerti maksudnya apaan."
"Emang dasarannya lo lemot sih, Wir."
"Sialan lo."
Setelah urusan makan gue selesai, gue melihat ke sekeliling lagi. Wira sepertinya sadar akan gerak-gerik gue.
"Nyariin apa?"
"Bukan apa, tapi siapa."
"Kirana?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Gue mau aja gitu lihat dia. Ngeliat Kirana tuh serasa beban gue lolos begitu aja."
"Lo... nggak suka sama dia, kan?"
Gue diem seketika. Wira menghela napas panjang lagi untuk yang kesekian kalinya. Dia berjalan ke arah gue.
"Gue harap lo bisa tau efek kalau lo jatuh cinta sama dia, Ta."
Lalu setelahnya dia pergi ninggalin gue sendiri dengan pikiran yang masih belum terpecahkan.
"Apa bener gue suka sama Kirana?"
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 40 days, kang minhee
Fanfiction[ bahasa ] ( P R O D U C E X 1 0 1 - S E R I E S ) Terkadang Semesta mengajak bermain-main dengannya hingga lupa ada takdir yang sudah memasang garis waktunya. © rosethctic, 2019