#DAY 40

952 111 58
                                    

gue membuka mata perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gue membuka mata perlahan. samar-samar gue ngelihat ada dua orang di sebelah gue. pas udah jelas, ternyata mereka wira sama hendra. pasti mereka berdua yang udah bawa gue ke sini. eh tapi bentar, hendra kenapa ada di sini?

"jangan banyak gerak dulu, ta."

gue nggak ngedengerin omongan wira. gue malah maksa buat duduk. mau nggak mau, mereka pun bantu. gue masih menatap mereka dengan bingung. sepertinya mereka paham kalau gue butuh penjelasan setelah kejadian itu.

"sebelumnya gue mau minta maaf sama lo, ta."

"ngapain minta maaf?"

"gue dateng telat buat nyelametin lo."

"si galuh gimana?"

"dia udah diurus sama anak buah gue"

"syukur deh. terus, kenapa ada hendra?"

oknum yang terpanggil namanya noleh ke gue. dia jabatin tangannya. gue bingung. asli dah ini kenapa orang-orang suka bener bikin mikir orang baru siuman dari pingsan. nggak tau apa rasanya nyawa diujung tanduk. ngeri juga kalau diinget-inget. untung aja temen sendiri.

"gue mau minta maaf buat kejadian beberapa hari yang lalu."

"ah elah, hen. santai kali, lagian gue juga udah lupa. risa gimana?"

"dia juga ikut galuh."

"terus hubungan lo?"

wira ngejitak kepala gue. sumpah kalau nanti gue udah baikan, bakalan gue bales si wira. nggak aturan banget udah tau kalau temennya habis bertaruh nyawa malah digituin.

"anjir, sakit bego."

"salah sendiri. lo tuh ya keadaan sakit kayak gini masih sempet-sempetnya tanya hubungan orang."

kemudian hening. malah jadi awkward tiga orang jantan di satu ruangan. sampai satu nama muncul dipikiran gue. gue pun langsung buru-buru turun dari kasur. wira yang tau maksud gue, langsung ngehalang gue buat turun. mau ngelawan, tapi keadaan gue juga lagi nggak sekuat biasanya. kayaknya gue nggak bisa ketemu dia untuk terakhir kalinya.

"lo mau cari kirana?"

"iya, ini hari terakhir dia, wir."

"tapi keadaan lo masih lemes, ta."

"gue nggak peduli, gue mau ketemu dia."

gue emang kalau udah keras kepala sulit banget dikasih tau. gue nggak peduli kalau jalan gue pincang. gue nggak peduli kalau wajah gue pucet. gue nggak peduli kalau jalan gue sempoyongan. gue cuma mau satu. mau ketemu kirana. wira yang udah paham sama sifat gue cuma bisa ngehela napas panjang. mau dilarang kayak gimana, namanya semesta nggak bakalan bisa.

"dia sekarang lagi di rooftop rumah sakit."

tanpa babibu, gue langsung turun dari kasur. sedikit berlari karena takut waktu yang gue habisin sama kirana cuma sebentar. untung aja lift rumah sakit lagi sepi. jadi gue bisa cepet ke rooftop.

rooftop rumah sakit keliatan sepi. cuma ada selimut-selimut yang lagi dijemur. kayaknya emang tempat ini buat jemur kelengkapan kamar pasien.  gue coba muter buat nyari keberadaan kirana. tapi udah hampir lima belas menit, hasilnya nihil. gue pun memutuskan buat senderan di pager pembatas. gue udah putus asa.

"semesta."

mendengar suara yang begitu familiar, dengan semangat gue menoleh ke arahnya. di sana, kirana dengan baju yang lebih bersih dari biasanya , menampilkan senyuman terindahnya yang pernah gue lihat. bahkan wajahnya keliatan lebih bersinar. sampai-sampai gue nggak sadar kalau netesin air mata.

"hey, jangan nangis."

tanpa menghiraukan kirana, gue langsung memeluknya. cukup erat. bisa gue rasa, dia juga bales pelukan gue. sama, erat. erat banget. jujur, gue nggak tega buat ngelepas dia pergi. tapi gue juga nggak mau egois. lagian pasti dia lebih bahagia di sana daripada di sini yang bukan alam aslinya.

"makasih ya, ta. berkat kamu, dia udah mendapat balesan dari yang dia lakuin."

"sama-sama, na."

kirana ngelepas pelukannya. jari-jarinya dengan telaten menghapus jejak air mata gue. bahkan di saat yang kayak gini, dia masih bisa senyum. hati lo dibuat dari apa sih, na? kuat banget. gue aja sebagai cowok ngerasa lemah, wkwk.

"ta, aku boleh minta sesuatu nggak?"

"apa?"

kirana maju lebih dekat. dia memegang kedua pipi gue. dengan sedikit jinjit, dia memajukan wajahnya. perlahan tapi pasti, bibir kita saling bertemu. dan sekali lagi, gue netesin air mata. kirana udah bener-bener bikin perpisahan yang nggak bisa gue lupain. sayangnya, baru beberapa detik bayangan kirana udah hilang. tapi sebelum dia bener-bener ilang, gue denger dia ngucapin satu kalimat yang baru pertama kali gue denger. dan karena itu, gue bisa bernapas lega. semoga lo di sana lebih bahagia. selamat tinggal, kirana larasati.


"aku juga sayang kamu, semesta adhitama."










The End.
_______________________________

asikk udah selesai nih wkwkw. pertama aku cuma mau ngucapin makasih udah sempetin waktu baca work ini. maaf banget jarang update. ya tau lah ya pas itu lagi kena penyakit ide tiba-tiba berhenti di tengah jalan wkwkw. kotak saran terbuka lebar-lebar nih, siapa tau bisa bikin work selanjutnya lebih manteb. oh iya, nih lapak buat kalian tanya-tanya ke karakter yang ada di sini. anw stay safe and tetep #dirumahaja ya!!

-much loves
gamora madison.

______________________________

Semesta Adhitama

Kirana Larasati

Risa Diana

Ilham Wira Sakti

Galuh Wijaya

Hendra Pramana

Muhammad Ian Ramadhan

Author, hehe.

[✓] 40 days, kang minheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang