Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
baru selangkah dari kamar, gue udah deg-deg an aja. gimana enggak, hidup dan mati gue dipertaruhkan hari ini. gue cek semua barang, semua udah gue bawa. tinggal satu yang masih blur. keberanian gue.
"kok pucet, ta?"
gue kaget karena tiba-tiba kirana ada di depan gue. mau jujur tapi nanti kalau dia ikut keadaan makin parah. tapi gue juga gabisa nutupin ini dari dia. sial, gue bingung harus bilang apa ke kirana.
"a-anu.."
"anu apa? ambigu ih."
seketika satu ide muncul di otak gue. semoga dengan alesan ini kirana bisa percaya dan nggak ngikutin gue ke sana. lagian ini juga masih termasuk sebuah fakta. jadi nggak sepenuhnya bohong. 50:50 lah.
"gue mau ketemu sama risa. gue deg-deg an jadinya pucet, haha."
"oh, yaudah semoga kalian cepet baikan ya!"
"iya, gue pergi dulu, na."
gue segera memesan ojek online. di tengah perjalan gue udah share lokasi ke wira. dia sama anak buahnya udah siap sedia bantu gue. sekarang gue cuma bisa pasrah ngehadepinnya. semoga tuhan berpihak sama gue. doain guys, kalian nggak mau gue mati kan?
gue berdiri tepat di depan rumah bercat monokrom. daerah sekitarnya juga sepi. hal itu bikin bulu kuduk gue berdiri. kalau hantu yang dateng mah gapapa, kalau malah mamang begal yang dateng kan double penderitaan gue.
"semesta?"
risa menampakkan batang hidungnya. dia lantas tersenyum ke arah gue. cantik, tapi lama-kelamaan kalau dilihat senyuman risa tuh nakutin. bahkan senyumannya lebih serem daripada nyengiran hantu yang gue temui. emang bener ya, kalau manusia itu lebih nakutin daripada hantu.
"ayo masuk dulu."
gue berjalan ngekor. interior rumahnya nggak terlalu yang mewah banget. cuma sayangnya pencahayaan kurang. malah terkesan gelap banget. beneran psiko dia mah.
"ngapain ngajak gue ke rumah lo, ris?"
"apalagi kalau bukan selesaiin masalah."
"masalah apalagi? semua udah jelas, apa yang harus diselesaiin?"
risa tiba-tiba berhenti. otomatis pergerakan gue juga berhenti. dia membalikkan badan. gue kaget soalnya risa udah nangis duluan. tau banget kalau gue lemah lihat cewek nangis.
"ada satu yang belum, ta!"
"apa ris? apalagi?"
"lo tega sama gue."
gue? tega sama risa? kenapa? gue udah berusaha buat jauhin dia akhir-akhir ini. masalah gue sama hendra juga udah kelar beberapa hari yang lalu. terus, salah gue dimana?
"kenapa sih lo ngejauhin gue? gue masih anggep lo temen, ta!"
"iya, gue emang ngejauh dari lo. tapi itu semua juga biar hati gue nggak sakit. gue cuma mau hidup tenang."
"tenang lo bilang? tenang hidup sama hantu yang lo nggak bisa milikin?"
arah pembicaraan udah mulai berubah. risa udah mulai bawa-bawa kirana. menyadari ini, emosi gue tiba-tiba memuncak.
"lo asik sama dia. lo asik sama makhluk yang ditakdirin nggak bisa sama lo. kenapa sih? lo suka sama hantu murahan kayak dia?"
"risa stop!"
"apa? lo nggak suka dia gue bilang hantu murahan? emang kenyataannya gitu, ta!"
"iya gue emang lebih asik sama dia daripada sama lo atau sama temen gue yang lain. karena apa? dia nggak munafik. dia jujur apa adanya. sedangkan lo? lo banyak muka, ris. gue kecewa."
risa serasa kaget dengan apa yang keluar dari mulut gue. gue emang kalau lagi emosi, semua unek-unek bakalan keluar. nggak peduli gimana perasaan orang yang gue bentak. yang penting gue bisa lega.
disaat hening kayak gini, tiba-tiba seseorang memukul keras leher gue. karena keadaan gue emang lagi lemah, gue udah nggak bisa bales perbuatan dia. samar sama gue denger dia puas udah bikin gue kayak gini. nggak lama, pandangan gue berubah jadi item semua.