🔟➕5⃣

5.7K 643 129
                                        

BRAK!

"ASSALAMUALAIKUM, UKHTI!"

Datang tak diantar, pulang tak dijemput. Pintu ruang osis terbuka dengan hebatnya dengan oknum bernama Taufan. Setelah melakukan itu semua, Taufan hanya tersenyum tidak jelas ke arah mereka.

"MANA- AWW! SAKIITT!" Jerit Taufan. Seperti jeritan lumba - lumba yang melahirkan anaknya.

Ternyata jeritan itu disebabkan oleh Halilintar memelintir tangan Taufan. Yah... Kejadian ini selalu ada di setiap cerita 'kan?

"Hali! Give up! Give up! Give up! Give up! Give up!" Taufan sudah mengangkat bendera putih untuk menyerah.

Tapi Halilintar tidak akan berhenti sampai suara Taufan yang memekik itu menghilang dari pendengarannya.

"Gua enggak akan berhenti. Titik." Halilintar mengatakan itu dengan mutlak.

Tamatlah riwayat Taufan.

Sedangkan yang lain bertegur sapa dengan ramah. Berbeda sekali dengan Halilintar dan Taufan. Sesudah bertegur sapa, Blaze dan Ice diseret untuk diobati.

Sesudah diobati, Blaze dan Ice sedikit berbincang. Namun, Ice terlihat lebih lesu daripada biasanya. Membuat Blaze cemas melihat kondisi Ice untuk saat ini.

"Kali ini jangan berbohong padaku. Kau tidak baik - baik saja 'kan?" Blaze mengucapkannya dengan serius.

Ice mengangguk pelan.

"Hah... Akhirnya jujur juga. Lain kali kalo lo mau bohong jangan di depan gua".

"Maaf, Blaze".

"Enggak usah pake maaf segala. Ngomong - ngomong luka ini bakal sembuh atau enggak, ya?"

"Menurut lo, Blaze?"

"Mungkin iya, mungkin juga tidak".

Setelahnya, Blaze bergabung dengan Taufan dan Thorn. Mungkin ingin membicarakan hal yang menyenangkan. Pandangan Ice teralihkan oleh seseorang yang ingin menghampirinya.

"Bang Ice, pucat banget mukanya. Sakit, ya?" Glacier, lalu duduk di samping Ice. Tapi Ice tidak merespon.

"Bang, mau tau satu rahasia enggak?" Lanjut Glacier. Ice sedikit tersentak mendengar perkataannya.

"Rahasia?". Ulang Ice. Glacier mengangguk lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Ice.

"Iya, rahasia. Rahasia itu adalah..."

"Kalian lagi ngapain nih? Serius banget". Ucapan Glacier terpotong. Kedatangan Supra secara tiba - tiba membuat Glacier memberhentikan omongannya.

"Hanya mengobrol tentang luka yang di bahu Abang Ice". Ujar Glacier sambil tersenyum.

"Glacier, mau ikut gua ke toilet enggak? Kebelet nih". Supra berbisik. Glacier hanya terkekeh kecil.

"Baiklah, gua anterin".

Sebelum Glacier mengikuti langkah Supra. Ia berbalik dan mendekati telinga Ice.

"Jam dua, depan ruang osis".

Ice hanya terdiam seribu bahasa. Dan hanya menatap kepergian Glacier dan Supra. Sebenarnya, apa rahasia yang tidak bisa disebutkan oleh Glacier?

Tanpa mereka sadari sepasang mata memerhatikan mereka. Lalu menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.

"Mulut ember".

•• •• •• •• ••

17.00 PM

RUN [Boboiboy] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang