🔟➕7⃣

5.5K 690 37
                                        

Beberapa jam sebelumnya...

"Kau memperkenalkanku dengan sangat bagus, Dwiputra Solar Hamizan". Ucap Kaizo yang masih duduk santai di salah satu bangku.

Thorn menatap sinis Kaizo lalu berganti arah ke Solar. "Lalu apa hubungan kau dengannya?"

Yang ditatap semakin gugup untuk mengutarakan skenario yang telah terjadi.

"Eumm... Itu... A-aku bekerja sama dengannya...dalam membuat kekacauan...disini". Jawab Solar terbata - bata.

"Apa?! Lo bekerja sama oleh orang seperti ini?! Gua pikir selama ini..." Thorn tidak percaya jika sahabatnya akan menjadi seperti ini.

Kenapa Solar tidak pernah menceritakan hal ini? Kenapa Solar selalu merahasiakan tentang dirinya? Jika Thorn menganggap Solar sebagai sahabat, apa Solar juga beranggapan seperti itu?

"Thorn, ini semua ada alasannya". Solar memegang tangan Thorn. Ia ingin Thorn mempercayai dirinya kali ini.

"Alasan?! Berapa banyak alasan yang ingin kau sampaikan?!" Bentak Thorn. Solar tertegun, ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Thorn..." Lirih Solar. Tangan Thorn yang sedang dipegang Solar langsung ditepis secara kasar.

"Mending pergi aja dari sini".

Persahabatan mereka diambang kehancuran, tidak ada yang bisa memperbaikinya. Thorn sudah tidak peduli lagi, lebih baik ia pergi. Namun, saat ingin pergi pintu ruangan laboratorium biologi terkunci.

"Tadi drama yang cukup bagus. Solar dan...siapa namamu? Thorn. Drama kalian berdua cukup bagus". Ucap Kaizo sambil bangkit dari duduknya.

"Seharusnya kalian tahu bahwa aku masih disini memperhatikan kalian. Solar, aku masih mempunyai dendam padamu. Haruskah aku menyelesaikannya?" Kaizo sambil menatap Solar seperti target yang selama ini ia cari.

"Kau?! Kau mau apa, hah?!" Gertak Thorn. Ia berjalan dan menghampiri Kaizo. Tapi Solar menahannya agar tidak dekat - dekat dengannya.

"Kukira kau biasa saja tapi ternyata kau emosian, ya, Thorn". Ujar Kaizo sambil menyeringai.

"Dendam apa yang kau maksud?!" Thorn tidak menyerah untuk mengetahui jawabannya.

"Aku tidak ada waktu untuk bercerita, bocah. Minggir aku ingin membunuh sahabatmu itu". Kaizo mengeluarkan sebuah pistol dan mengarahkannya ke Solar.

Namun Thorn tidak diam, ia langsung melindungi sahabatnya tersebut. Solar merasa tidak enak karena Thorn sudah melindunginya beberapa kali.

"Tidak! Kau harus menjelaskan semuanya, setelah itu aku tidak akan ikut campur lagi!" Solar terkejut dengan perkataan Thorn.

Sahabatnya hanya melindunginya untuk keinginan sendiri. Tapi Solar memakluminya karena Thorn lebih kecewa dibandingkan dirinya.

"Keras kepala sekali. Baiklah, aku akan menceritakannya. Sebelum itu aku ingin bermain dengan kalian terlebih dahulu". Ujar Kaizo sambil melancarkan tembakan secara membabi - buta.

Secepatnya Thorn menarik Solar bersembunyi di bawah meja. "Kita harus melakukan apa, nih?" Tanya Thorn kebingungan.

"Mungkin membuat ia tak sadarkan diri". Solar mengutarakan pendapat namun Thorn geleng - geleng.

"Dia menyerang kita, Sol. Bahaya kalau kita mendekat". Thorn tidak setuju, suara pistol semakin kuat dari balik meja.

"Tenang saja. Aku bisa mengalihkan perhatiannya". Ucap Solar sambil mengeluarkan kedua pistolnya.

Mereka berdua pun keluar dari persembunyian bawah meja. Tapi hanya Solar yang menampakkan wajah dihadapan Kaizo.

"Dimana sahabatmu itu? Kalian bertengkar?" Solar merasa jengkel mendengarnya.

RUN [Boboiboy] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang