🔟➕🔟➕2⃣

5.3K 625 203
                                        

"Bertahanlah, Taufan!" Seru Gempa sambil menyelaraskan lariannya dengan Halilintar.

"Kita harus kemana?" Tanya Fang yang sempat memimpin jalan.

"Ke ruang musik saja disana dekat dengan tangga menuju atap". Seru Halilintar yang tergopoh - gopoh membawa Taufan.

Dengan tergesa - gesa mereka semua berlari menuju ke ruang musik. Untung saja ruang musik tidak terkunci karena biasanya ruangan itu selalu terkunci.

"Hah... Hah... Ki-kita selamat". Ucap Ice. Ia langsung rebahan di lantai.

Yang lain juga merasakan hal yang sama. Mereka lelah berlari setelah menyerang banyaknya zombie. Apalagi zombie tersebut jika dihitung, mungkin para zombie itu adalah siswa yang berada di lantai tiga.

"Bagaimana dengan keadaan Taufan?" Tanya Gempa khawatir dengan keadaan Taufan.

"Biar gua periksa". Solar pun beranjak dari tempatnya dan memeriksa denyut nadi Taufan.

Dan Solar terkejut ketika melihat semua luka dalam dan besar yang terdapat di tubuh Taufan. Mustahil jika Taufan akan selamat.

"Kondisinya sangat melemah. Sebenarnya gua bisa aja memberikannya vaksin tapi lukanya terlalu banyak dan juga dalam". Jelas Solar.

Gempa hanya bisa tertegun mendengar penjelasan dari Solar. Sedangkan Halilintar menghampiri Solar dengan ekspresi marahnya.

"Maksudnya?! Lo enggak bisa nyelametin Taufan?! Kenapa enggak bisa, hah?! Kemarin lo nyelametin nyawa gua, Blaze, Ice! Sekarang lo bilang enggak bisa?! Jangan bercanda!" Gertak Halilintar. Ia tidak mau mempercayai semua perkataan Solar.

Tiba - tiba saja Taufan terbangun dari pingsannya. Halilintar dan Gempa secepatnya mendekati Taufan.

"Ha..hali, Gem, maaf. Ma..maaf k..ka..lo selama i..ni gua le..mah. Dan ma..af j..ju..ga se..selama ini ja..hil..in kalian". Taufan mengucapkannya dengan perlahan. Rasa sakit dari luka yang ia alami masih terasa.

"Hiks...Taufan". Gempa sudah mulai menangis. Ia tidak bisa menahan rasa tangisnya jika Taufan pergi secepat ini.

"Gua ha..rus p..per..gi da..darisini". Taufan berusaha mengangkat tubuhnya. Namun tenaganya tidak cukup kuat.

Kenapa Taufan keluar? Karena dia tidak ingin menjadi zombie di depan teman - temannya.

"Biar kita yang bantu, ya". Gempa membantu Taufan berdiri. Taufan dipapah oleh Halilintar dan Gempa.

Sebelum Taufan keluar dari ruangan, Thorn dan Blaze menghampiri dirinya. Dan memeluknya secara bergantian.

"Bang Upan, maafin Thorn, ya. Karena Thorn enggak temenin ke kamar mandinya". Setelah berkata seperti itu Thorn langsung menangis. Ia menutupi wajah dengan kedua tangannya.

"Gua juga. Maaf ya, Bang. Kalo gua tau bakal kayak begini-" Perkataan Blaze terpotong. Ia juga merasa menyesal.

"Takdir. I..ni takdir". Ucap Taufan dengan singkat.

Entah kenapa suasananya menjadi menyedihkan. Hampir dari mereka semua menangis.

Siapa yang tidak menangis jika kehilangan orang yang humoris dan selalu membawa suasana menyenangkan?

Tidak ada yang mau berbicara dan mengucapkan perpisahan. Lidah mereka terlalu kelu untuk mengucapkannya.

"Taufan, maaf". Halilintar juga  ikut menangis tanpa menimbulkan suara. Hanya air matanya saja yang jatuh begitu saja.

Ini kejadian langka bagi Taufan. Ia ingin menertawakan Halilintar yang sedang menangis tapi keadaan saat ini berbeda. Taufan jadi ingin menangis juga ketika melihat kedua teman baik yang sedang memapahnya menangis.

RUN [Boboiboy] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang