🔟➕8⃣

5.3K 606 123
                                        

Selama perjalanan ke ruang osis, entah kenapa hawanya sangat canggung daripada biasanya. Mungkin karena Thorn dan Solar menceritakan kejadian yang mereka alami tadi.

"Jadi, orang yang namanya Kaizo itu, lo kunci di ruang laboratorium biologi?" Tanya Taufan lalu melanjutkan senandung kecil agar keadaan tidak canggung lagi.

"Iya, dia cukup gila tadi". Jawab Solar sambil membayangkan beberapa kejadian tadi.

"Gila itu... artinya tidak waras, ya, Solar?" Thorn, yang sepertinya kepolosannya sudah kembali lagi.

Solar sedikit tertegun dan ia menghela nafas lega. Karena Thorn tidak marah - marah seperti tadi.

"Iyalah".

"Aku baru tahu, hehe".

'Untung aja imut'. Batin Solar ketika melihat Thorn kembali imut lagi.

"Gua mah kalo jadi kalian, enggak mau kenalan sama orang yang kayak begitu. Takut ikutan gila". Taufan dengan kata aneh - anehnya.

Thorn dan Solar menatap aneh Taufan.

'Siapa yang mau kenalan?' Batin mereka berdua lalu membiarkan Taufan dengan celotehan aneh lainnya.

Sepertinya ada seseorang yang diam saja sedari tadi.

"Ice, lo diem aja, sih. Ngomong, dong". Ucap Taufan sambil menyikut lengan Ice.

Ice tidak menanggapi sama sekali. Karena ia merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Ia kedinginan padahal ia memakai jaket yang cukup tebal. Nafasnya juga terasa tercekat. Dan bekas lukanya seperti berdenyut - denyut.

"Ice? Lo enggak apa - apa?" Taufan mulai khawatir karena Ice tidak menjawab omongannya.

"Gua nanya beneran nih? Nafas lo kayaknya berat banget? Atau lo lagi males ngomong?" Sekarang Taufan sangat khawatir dan mulai cerewet.

Namun usaha Taufan tetap tidak ditanggapi, Ice masih diam. Mungkin ia butuh waktu sendiri.

Tak lama kemudian mereka berempat sudah sampai di ruang osis. Tapi ada sedikit kekacauan disana. Semua teman - teman mereka berjalan kesana - kemari terlihat sangat gelisah.

Seharusnya mereka semua masih tertidur. Hari ini masih jam 3 pagi masih terlalu pagi untuk bangun.

Taufan yang melihat Gempa kalang kabut langsung menghampirinya.

Dan Taufan terkejut melihat Gempa menangis.

"Ada apa, Gem? Ada zombie? Kan bisa diserang Hali. Oh, ya, mana Hali?" Taufan bertanya secara beruntun membuat Gempa semakin pusing.

"Dia bareng Blaze. Mereka berdua... Kondisinya memburuk. Taufan... Gua...takut. Gua... kira Hali... kondisinya... cuman mimpi buruk, ta-tapi... dia...". Gempa berucap sambil terisak - isak.

"Sudah, Gem. Jangan nangis. Bukankah kita harus ikut merawat Hali?" Perkataan Gempa dipotong oleh Taufan. Taufan hanya ingin temannya itu berhenti menangis.

'Bruukk'

"Ice! Oi! Lo kenapa?!" Panik Solar.

Solar melihat Ice terjatuh, saat diperiksa kondisi tubuhnya sangat berkeringat.

Jangan - jangan...

"Kurasa keadaan mereka sama seperti Halilintar dan Blaze". Ujar Yaya yang baru saja datang menyambut kedatangan Taufan, Ice, Thorn dan Solar.

"Solar... Kau bisa menyembuhkan mereka, kan?" Thorn berharap jika Solar masih mempunyai vaksinnya.

"Hanya sedikit.... Ini mungkin tidak cukup untuk menyelamatkan ketiganya".

RUN [Boboiboy] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang