🔟➕🔟➕5⃣

5.2K 676 314
                                        

"So..lar...hiks... Ja...jangan...pergi..."






































"Thorn! Bangun Thorn!" Suara yang familiar terdengar dari indra pendengaran Thorn.

"Hah?!" Akhirnya Thorn bangun dengan wajah yang berkeringat dan bekas air mata yang tertera di mukanya.

"Lo kenapa sih? Teriakin nama gua terus, sampai nangis begitu, mimpi buruk ya?" Tanya Solar memandangi Thorn yang menangis dalam tidurnya.

"Sol..lar..., kamu masih hidup?" Thorn masih tidak percaya jika Solar ada di hadapannya.

Bukankah ia sudah mati?

"Ya, masih lah!" Jawab Solar penuh ketegasan.

"Terus lukamu gimana?" Thorn masih khawatir.

"Sudah di perban. Kata Yaya, Gua hampir kehilangan darah tadi. Makanya lo pingsan terus-"

Merasa tidak mau kehilangan sahabatnya, Thorn memeluk Solar erat. Luka tembak di perutnya juga masih terasa sakit. Solar sedikit meringis saat Thorn memeluknya.

Setelah lama berpikir, Solar mengerti bahwa Thorn mengalami mimpi buruk. Hingga ia menangis di pelukannya. Solar pun ikut membalas pelukannya secara perlahan.

"Tenang, Thorn. Gua masih hidup, kok". Ucap Solar menenangkan sahabatnya itu.

"Janji, ya?" Thorn menatap Solar lekat sembari menampilkan jari kelingkingnya.

"Iya, iya. Ini seperti anak kecil aja, tapi jika lo bahagia gua terima aja kok". Solar pun mengaitkan jari kelingkingnya.

Namun...

"Wah, wah, ada yang lagi mesraan nih~" Sahut Blaze yang muncul secara bersamaan dengan Ice.

"Gua bener 'kan? Kalo mereka saling menyayangi. Gua beri nilai 10 deh". Seru Ice sambil memandangi dua bocah yang tidak paham dengan dirinya.

"Nilai yang bagus!" Blaze menyutujui penilaian teman dinginnya itu.

"10 dari 100. Mereka berdua kurang romantis. Enggak kayak cerita yang sering gua baca". Jelas Ice.

"Oho~ ho~ benar juga, sih". Ucap Blaze sambil mengusap - ngusap dagunya.

Sudah paham situasi, Solar secepatnya menghentikan pembicaraan tidak jelas mereka.

"Oi! Kalian ngomong kayak gitu jangan di depan anak polos!" Bentak Solar.

"Emangnya kenapa, Solar-kun? Dia udah cukup umur, lho". Kebiasaan Blaze, susah banget kalo di bilangin.

"Dibilang tidak ya tidak! Ngeyel banget sih!" Solar sudah mulai kesal.

Makan kit kat aja, Sol.

Sedangkan Thorn masih belum paham. Lihat saja mata besarnya itu, di kerjap - kerjapkan seolah tidak tahu apa - apa.

"Blaze, Ice, maksud kalian berdua tadi apa ya?" Thorn pun bertanya dan Solar merasakan bahaya.

"Thorn, kita menjauh saja, yuk. Tidak baik mendekat dengan kedua orang aneh ini". Solar dan Thorn menjauh dari Blaze dan Ice. Itu adalah satu - satunya jalan terbaik, menurut Solar.

"Memangnya kita aneh, Ice?" Tanya Blaze, ia sedikit tersinggung oleh perkataan Solar.

"Kita? Lo aja kali!" Ice kembali menjadi sifat biasanya. Dingin.

Lalu meninggalkan Blaze sendirian. Saking dinginnya, Blaze membutuhkan sebuah jaket penghangat. Layaknya di kutub utara.

•• •• •• •• ••

RUN [Boboiboy] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang