17

15.8K 1.5K 62
                                    

Tubuh Kim Taehyung ditarik sangat mudah, dia berontak berusaha melepaskan pegangan Jeongguk yang mengikat pergelangan tangan begitu kuat nan kokoh.

Sialan,

Jeongguk benar-benar tahu seluk beluk tempat maupun jalan sepi. Iris hazel Taehyung terus mengedar, melihat sekeliling aula dan lorong hotel yang sunyi. Pertunangan ini memang di lakukan di hotel. Sesuatu yang tidak dia duga karena sebelumnya Taehyung pikir pertunangan mereka akan diadakan di salah satu rumah dua keluarga.

Tunggu-tunggu-tunggu!

Kenapa mereka harus naik lift?

Keringat dingin bergulir dari dahi halus diam-diam, tak pernah lelah memberontak dan menatap nyalang sosok jangkung tersebut kala memaksa Taehyung masuk ke dalam lift secepat mungkin. “Hyung, kamu mau membawaku kemana? Astaga, aku mau kembali!”

Jeongguk tidak mendengar teriakan protes Taehyung, wajah dia dingin disertai tulang rahang keras. Jelas, Taehyung tahu pria ini tengah memasuki mode marah. Sesuatu yang sudah Taehyung ketahui setiap kali dia mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak Jeongguk sukai.

Pintu lift terbuka di lantai ke-21. Perasaan Taehyung semakin tak nyaman. Rona pucat perlahan mewarnai kulit madu selagi menekuk alis sedikit ketakutan.

“H-hyung, aku tidak bisa pergi terlalu lama.”

Ah, sialan.

Berhenti menarik tanganku!

Taehyung mengerang frustasi lantas melotot horor saat Jeongguk mendorong masuk ke dalam kamar yang ada di ujung lorong. Tubuh Kim Taehyung bergetar samar, terlebih setelah menyadari gerakan tangan Jeongguk yang tengah mengunci pintu.

Sial!

Dia harus pergi dari sini.

“Hyung, kamu gila? Apa kamu tidak bisa menahan amarahmu satu hari saja? Sekarang hari pertunanganmu!”

Seringai mengejek Jeongguk terulas sinis, melempar kunci yang ada di tangan entah kemana. Kepanikan menyeruak di dalam hati Taehyung seketika. Mata bulat dia bergulir sembarangan mencari benda kecil yang baru saja dilempar kelewat kejam.

Bagaimana dia bisa keluar kalau kuncinya saja tidak ada?

Bajingan sialan.

“Kamu menyukai gadis tadi?”

Apa? Gadis? Maksud dia  Mina?

“Tentu saja, dia kekasihku sudah seharusnya aku— wow, t-tenang, oke? Kamu terlihat menyeramkan.” teriak Taehyung ngeri seraya meneguk ludah gugup sesaat begitu menghindari serpihan vas yang baru saja dilempar ke arah dinding.

Membayangkan bagaimana jika kepala Kim Taehyung yang ada di posisi barusan.

Hih, amit-amit!

Ya Tuhan, berhenti menatapku dengan tatapan buas kamu bukan serigala.

“H-hyung, kita bisa bicara baik-baik 'kan? Tahan amarahmu dulu.” Mengambil langkah mundur hati-hati, ia mengutuk bagaimana Jeongguk terus melangkah maju guna menghapus jarak diantara mereka. Kim Taehyung melirik ke belakang sesekali takut jika nanti akan terjebak di dinding, lemari atau lain sebagainya lagi.

Terlebih, pria ini senang sekali membanting seperti guling.

“Hyung-ie.” Taehyung merengek, merelakan harga diri demi sebuah keselamatan. Jeongguk terkekeh geli beralih mendekati ranjang luas dan duduk dengan kaki lurus disana. Punggung dia bersandar pada kepala ranjang.

Membuka jas, dasi hingga beberapa kancing kemeja.

Taehyung meneguk ludah sedikit kasar, enggan menatap Jeongguk barang sedetik. Tidak ingin sampai bisikan setan mempengaruhi iman juga pikirannya kotor. Brengsek, dia pasti sengaja.

ARROGATE | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang