Kim Taehyung,
Remaja laki-laki yang baru saja menginjak usia 17 tahun. Hidupnya berjalan normal sejauh ini. Mempunyai banyak teman, kekasih cantik dan juga sekolah yang menyenangkan. Keluarganya pun harmonis sebab hidup berkecukupan dan ah, mungkin bisa dibilang lebih dari berkecukupan.
Tidak seperti kebanyakan drama-drama melankolis yang mana akan mengalami sesuatu seperti pengasingan tanpa kasih sayang. Ayah, ibu dan kakaknya justru memperlakukan Taehyung dengan sangat baik. Merawat dia sebagaimana anak bungsu yang selalu dimanja.
Hari ini tepat pada malam hari diawal musim dingin, keluarga mereka akan bertemu dengan salah satu kolega. Katanya sih perjodohan. Klise sekali hidup ini tapi beruntung. Bukan dia yang dijodohkan.
Lagipula, usianya baru menginjak 17 tahun.
“Hyerin-noona, kamu tidak apa-apa dijodohkan?“ Taehyung bertanya cemas, merasa agak tidak adil dengan kehidupan sang kakak. Meskipun Hyerin sudah menginjak usia 25 tahun tapi bukan berarti bisa dinikahkan begitu saja, 'kan?
Terkadang Taehyung tidak mengerti pikiran orang dewasa.
“Tidak apa-apa lagipula noona dengar dia tampan.” katanya jenaka sembari mengedipkan sebelah mata pada si adik. Taehyung mengernyit aneh, sedikit menggeser kursi duduknya agar menjadi lebih dekat.
“Bukannya menikah itu harus dengan orang yang kamu cintai? Memangnya noona mencintai orang itu?”
“Aku bisa mencintainya saat sudah menikah. Kamu tahu, terkadang cinta datang karena terbiasa.” Ujar Hyerin hangat sembari menepuk pucuk kepala Taehyung gemas. Ada kalanya bocah ini bisa menjadi pribadi yang sangat polos dan lugu.
Taehyung tidak lagi bertanya. Toh, selama Hyerin baik-baik saja. Maka dia tidak perlu menyanggah.
Sekitar 5 menit kemudian ada satu keluarga yang datang dari kejauhan. Terlihat berkelas dengan setelan mewah. Taehyung bergumam samar, walau dia juga memakai jas hitam yang terbilang mewah tapi Taehyung tidak pernah bisa merasa nyaman.
Dia lebih suka pakaian santai dan longgar. Nyaman.
“Selamat malam Hanjoon-ssi.” Seorang pria paruh baya menyapa ayahnya. Taehyung segera berdiri, membenarkan setelan jas lalu membungkuk sopan pada mereka.
“Annyeong hasimnikka.”
“Kamu Kim Taehyung?” Kali ini wanita paruh baya yang berbicara, terlihat ramah disertai senyum lembut keibuan. Taehyung balas mengukir kurva indah, tidak terlalu lebar atau tipis. Terlihat sempurna diparas tampannya.
Ibu Taehyung, Kim Jihyo merangkul bahu dia lekat. “Kamu benar, ini putra bungsuku.” ujarnya bangga selagi mengusap kepala Taehyung yang kini meringis dalam hati.
Ah, dia tidak suka diperlakukan seperti anak kecil.
Diam sejenak, iris hazel Taehyung bergulir dan tanpa sengaja menatap keempat anggota keluarga tersebut. Ada 2 pria muda, kira-kira yang mana calon suami kakaknya?
“Silahkan duduk.” Hanjoon mempersilahkan mereka dengan sopan, Taehyung berdengung heran. Mengintip ekspresi Hyerin diam-diam lewat sudut mata.
Heh, ada apa dengan wajah merona itu?
Bingung? Jelas.
Apa kakaknya sangat suka dengan perjodohan ini?
Taehyung mengikuti arah pandang sang kakak, lantas ber'oh ria saat sadar siapa yang sedang dipandangi sedari tadi. Taehyung tebak, dia anak kedua. Terlihat tampan meskipun tak setampan dirinya.
“Jadi, apa ini putrimu? Kim Hyerin? Dia sangat cantik.” Wanita paruh baya yang tadi menyapa Taehyung kembali berucap, kali ini pada kakak perempuan di samping. Terlihat saling menggenggam tangan seolah sudah lama mengenal.
Taehyung mulai bosan, dia benci acara formal.
“Junghyun-ah, Jeongguk-ah. Ayo, perkenalkan diri kalian.” Suara sang kepala keluarga mengalun tegas, Taehyung bergidik. Bisa ditebak bahwa orang tua ini adalah tipe orang yang otoriter sekaligus dingin.
“Annyeong, namaku Jeon Junghyun. Senang bertemu dengan kalian.” Taehyung berdecak kagum, ramah sekali sama seperti nyonya Jeon. Kali ini perhatiannya beralih pada anak kedua.
Ragu, Taehyung pikir dia menuruni sifat tuan Jeon.
“Jeon Jeongguk.”
Hanya itu? Ah, ternyata benar.
Dingin.
Bertemu pandang tiba-tiba, iris hazel dia tertangkap netra hitam legam Jeon Jeongguk dalam hitungan detik. Tubuh Taehyung kaku, berusaha mengukir senyum untuk menutupi tindakan tak sopan barusan.
Memperhatikan seseorang dengan begitu lekat memang tak baik.
Acara pertemuan alias perjodohan dua keluarga sudah berlangsung selama 2 jam. Kalau boleh jujur bokong Taehyung mulai pegal, ingin sekali pergi meninggalkan diskusi kaku.
Sudah diputuskan.
Kakaknya, Kim Hyerin akan menikah dengan Jeon Jeongguk. Hal yang tidak dia duga karena tadinya Taehyung kira, Jeon Junghyun sang calon pria tapi ternyata dia sudah mempunyai tunangan.
Merasa semakin jenuh dengan suasana formal yang ada, Taehyung memberanikan diri meminta ijin untuk keluar. Dia butuh udara segar, rasanya pengap sekali berada disini.
“Appa, aku izin ke toilet sebentar.” kata dia pelan, agak berbisik sebenarnya mengingat cukup tidak nyaman jika yang lain harus tahu. Hanjoon mengangguk memberikan ijin kepada putra bungsunya tersebut.
“Jangan pergi terlalu lama.”
“Baik.”
Sebisa mungkin dia tahan kedutan mengulas cengir bodoh. Berdeham samar dan segera beranjak dari sana menggunakan langkah kaki lebar. Dia memilih balkon restaurant guna menghirup udara malam dengan nafas segar. Mata Taehyung kembali mengedar mencari sesuatu yang dianggap menarik.
“Restaurant ini membosankan, apa tidak ada hal bagus?” bergumam jenuh sebelum membuang napas panjang. Memotret cakrawala langit malam.
Drtt!
Oh, siapa yang mengirim pesan singkat malam-malam begini?
'Park babi Jimin.'
[ Yak! Kim Taehyung, kamu ada dimana? Sebentar lagi acaranya akan dimulai, cepat datang kemari! ]
Aish, Taehyung lupa.
Bagaimana ini? Apa langsung pergi saja?
Tidak-tidak, bisa-bisa Hanjoon mengurung Taehyung di rumah selama 1 minggu penuh. Kalau meminta ijin? Paling-paling pemuda itu akan dipelototi sambil diceramahi.
apa lebih baik minta ijin saja, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARROGATE | KV ✓
FanficUmur keduanya terpaut jauh hampir 10 tahun jaraknya tapi bukankah orang bilang cinta tidak mengenal usia? Hanya saja ada satu masalah yang melanda, pria itu akan menikah dengan kakaknya sendiri. 241219/080120