10

16.9K 1.7K 16
                                    

Kim Taehyung menolak berbicara dengan Jeon Jeongguk. Tingkahnya sedikit berbeda dan terkadang menjauh saat mereka bertemu. 2 hari berlalu tapi bayangan Jeon Jeongguk mencium dekat masih melayang-layang dibenak Taehyung.

Bahkan setelah 2 hari kejadian berlangsung. Dia tidak pernah mencium pipi Jeongguk lagi saat diantarkan sekolah. Lebih tepatnya terus mengingatkan diri sendiri agar tidak kelepasan.

Jeongguk kesal, merasa ada yang aneh ketika Taehyung menjauh dan menolak bicara seperti biasa.

Ingin marah tapi masih waras untuk tidak melakukan hal gila. Dia tidak punya hak, tidak juga mempunyai alasan logis untuk marah. Tentu saja, Jeongguk sadar dia salah. Ingin meminta maaf pun terlalu mustahil.

Harga dirinya yang tinggi selalu menghalangi niat hati pria arogan tersebut. Sungguh gengsi memohon maaf pada bocah yang jelas-jelas jauh lebih muda daripada Jeongguk.

Lalu hari ke-tiga datang.

Kim Taehyung masih tetap pada pendirian teguh untuk merajuk, menunggu pria itu sendiri meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Bahkan saat memasang dasi pun Taehyung terus menunduk, enggan menatap wajah barang sedikit.

Jeongguk gerah sebab rasa kesal yang menimbun sudah tidak bisa ditahan lebih lama. Ia cengkeraman kuat bahu tipis Taehyung guna mendorong dan menahannya diantara lemari kayu.

Wajah Taehyung berubah masam, sontak mendongakkan kepala pongah diselingi sorot menantang berani. Sialan, masih tidak mengucapkan maaf malah mendorong dan menambah kejengkelan Taehyung.

“Mau sampai kapan kamu akan merajuk padaku?”

“Siapa yang merajuk? Aku hanya tidak ingin bicara padamu!” elak Taehyung tegas, nyalinya sedikit ciut begitu netra tajam Jeongguk kian dingin juga menusuk.

“A-awas, aku mau naik bus saja hari ini. Tidak usah mengantarku lagi!”

“Begitu?” berdesis sinis, ia raih dagu yang lebih muda dan mendekatkan wajah hingga tersisa jarak satu jengkal. Taehyung menahan napas ngeri, menguatkan pegangan pada dasi yang ada di kerah kemeja Jeongguk beserta keringat dingin membasahi punggung.

“M-menjauh sedikit, dong! Ini terlalu dekat!” nyalaknya sebal, tidak sadar bahwa telinga sendiri sudah merah karena malu.

Sudut bibir Jeongguk terangkat melukiskan seringai tipis yang mampu membuat Kim Taehyung terdiam beberapa saat.

Jantung murahan dia kembali berulah, berdeham canggung sekilas seraya menata kembali keberanian yang sempat hancur lebur oleh intimidasi dari pihak lawan.

“Hyung, 4 hari lagi aku pulang. Ayo berdamai, kamu minta maaf padaku setelah itu kita impas.”

“Minta maaf ?” mencibir pelan, Jeongguk usap rahang Taehyung dari atas hingga bawah. Merasa seperti seseorang berbisik dan merayu Jeongguk agar menyentuh tanpa maksud atau tujuan jelas.

Mata hazel Taehyung berkedip kaget, menggeliat tak tenang dan semakin menempel pada lemari. “Hei, jangan usap-usap wajahku begitu. Kalau ada yang lihat mereka bisa salah paham.”

“Kamu lupa? Hanya ada kita berdua disini.”

Apa-apaan nada bicaranya itu? Kenapa Jeongguk jadi aneh begini? Taehyung, dia 'kan jadi takut.

Takut terpesona maksudnya.

“Hyung, aku bisa terlambat.”

“Kalau begitu jangan berlagak merajuk padaku. Kamu benar-benar bocah merepotkan!”

“Aku tidak merajuk. Aku ini laki-laki, untuk apa aku merajuk padamu!”

Ada sorot geli di mata hitam Jeongguk, Taehyung melotot nyalang. Menarik dasi Jeongguk bermaksud merusaknya lagi, lupa kalau tarikan itu hanya akan membuat wajah mereka semakin dekat.

ARROGATE | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang