Niatnya, pengen update semalem.
Apa daya, suster infal ini ketiduran karena lelah urus 2 anak 😅
Hari ini pun demikian, karena mbak blom balik dari kampung 😏Tapi aku senang, karena banjir sudah surut dan keadaan semakin membaik.
Mudah2an, update ini cukup menghiburmu yah 💜🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Di sebuah gazebo, tepatnya berada di mansion besar yang sudah berumur puluhan tahun. Well, kata Mama sih begitu. Sebelum Mama lahir, mansion itu sudah berdiri dimana para kakek, yang kami panggil sebagai Kepala Suku, sepakat membangun sebuah tempat tinggal untuk berkumpul.
Dari yang hanya berkumpul ber-6 layaknya boyband atau boy group yang gagal atau setengah jadi, dan sama sekali nggak ada keren-kerennya (kata Mama lagi), sampai beranak cucu hingga sekarang, mansion besar itu sudah menjadi base camp untuk seluruh keluarga. Dan gazebo ini adalah tempat perkumpulan para cucu, salah satunya adalah gue.
Btw, nama gue Hyuna. What? Nama gue agak Korean? Lahir dari Appa yang adalah orang Korea, dan Mama yang Indonesia, udah bisa dibilang kalau gue adalah anak campuran yang berhasil. Kenapa begitu? Of course karena gue cantik, bodi oke, dan modis. Itu juga kata Mama. Kalau kata Appa, Opa Juno, dan Harabeoji? Mereka bilang sempurna. Jadi, dengan kata lain adalah gue sangat luar biasa sebagai manusia, dan layak untuk sombong.
Abaikan tentang kesempurnaan yang gue bilang, karena kalian akan menjadi lebih gerah. Pada intinya, gue adalah Kim Hyuna, cucu kesayangan dari Kim Hyuk-Shin dan Junolio Mananta, putri kebanggaan dari Kim Hyun. Mereka adalah orang-orang yang sangat gue kagumi. Juga karena dalam keluarga besar, anak perempuan itu bebas melakukan apa saja. Butuh apa pun, tinggal minta. Ingin apa pun, hanya tinggal menyebut, dan semuanya tersedia.
Btw, kenapa gue terdengar seperti sangat fasih berbahasa Indonesia? Jawabannya sederhana. Karena jika gue berbicara dalam Bahasa Korea, kalian nggak akan paham dan nggak akan mengerti. Juga, jangan membuat pusing bagi yang sedang mengetik cerita ini, karena memang juga nggak mengerti.
Singkat cerita, gue yang lahir dari dua orang yang berbeda negara, membuat gue sering bolak balik antara Jakarta dan Seoul. Demi menjaga hubungan antar keluarga, karena para kakek adalah bucin dari para cucu. Hingga usia gue yang ke-10, gue memutuskan untuk menetap di Jakarta, dan tinggal bersama Opa Juno, dan Oma Claire. Semua karena satu alasan.
Seperti cerita klise pada umumnya, selalu ada alasan utama dari setiap tindakan yang dilakukan. And, yes! Gue lebih memililh untuk tinggal di Jakarta, karena naksir dengan cowok paling kampret sedunia. Namanya Tristan.
Tristan adalah cucu tertua di kalangan para cucu. Hanya selisih 10 bulan saja dengan gue. Mempunyai sodara kembar, yang untungnya adalah cewek, dimana gue nggak perlu pusing dalam memilih kakak atau adik karena kembar. Adik kembarnya bernama Milea, sahabat gue. Yang pasti, dia bukan pacar Dilan, karena belum pernah pacaran, juga ogah dengan nama Dilan yang katanya kurang macho dan nggak banget. Alhasil, Milea meminta semua orang memanggilnya dengan Mia saja. Catat, yah! MIA.
Kembali lagi pada Tristan, yang sedang duduk di sebrang gue. Tatapannya begitu tajam saat memegang handphone-nya, sehingga membuat gue iri dengan gadget yang sedang dipegangnya. Ingin disentuh kayak layarnya, dipegang kuat, dan ditatap kayak gitu. Oh dear, itulah alasan kenapa gue bilang dia kampret. Karena cowok itu sama sekali nggak tertarik dengan cewek hebat kayak gue! Ugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Untie The Knot
Romance"Mama selalu ingetin kalau jadi cewek itu kudu konsisten. Terutama soal cowok. Kalau uda yakin suka, yah ngegas aja," kata Hyuna. "Daddy selalu berpesan untuk perluas pergaulan supaya menambah pengetahuan akan dunia. Jangan dilingkup yang itu-itu aj...