Pernah tidak sih berfikir kalau cinta itu sebenarnya tidak nyata? Semua para kekasih bilang kalau apa yang mereka lakukan semuanya demi cinta, melakukan apapun atas dasar cinta, rela mati asalkan selalu bersama atas dasar sebuat nama kalimat bernama cinta.
Nyatanya itu salah. Cinta itu hanya kamuflase belaka, kata asing yang disematkan atas sebuah perasaan yang ingin memiliki sepenuhnya, seutuhnya dan selamanya. Hak kepemilikan yang dibalut sebuah kata asing.
Cinta.
Karena pada fakta kehidupan kata-kata yang dipuja para kekasih itu tidak sanggup membuat babak akhir menyedihkan terlewati. Katanya cinta tapi bisa saja meninggalkan, katanya cinta tapi bisa dengan mudah menyakiti dan katanya cinta tapi mendua bisa dengan ringan dijalankan.
Dan Mino mematahkan semuanya. Mematahkan analogi sampah itu dengan satu kalimat di pagi hari tepat setelah ia resmi menikahi sahabat perempuannya yang bernama.
"Selamat pagi. Hai istri" Gumamnya yang kemudian membalikan tubuhnya, mengulurkan satu tangannya mencoba meraih tubuh Irene, butuh beberapa detik bagi Mino untuk menyadari kalau ternyata tempat disampingnya sudah kosong.
"Rene..." Panggilnya pelan. Tidak ada suara apapun, dan Mino yakin tidak mendengar suara air dari dalam kamar mandi artinya perempuan itu sudah bangun sejak tadi.
"Kamu udah bangun?" Sapa sebuah suara nyaring dan lembut secara bersamaan. Mino mengusap kedua matanya dan mengerjap sementara Irene kini mengulas senyuman manisnya.
"Kamu sendiri? Bangun dari kapan?" Tanya Mino yang kini berusaha bangun, rambutnya yang biasa keren acak-acakan tidak karuan dan itu menjadi pemandangan pertama bagi Irene yang sukses membuatnya meringis.
"Rambutnya jelek ih"
Mino menyeringai dan meninggalkan sedikit smirk diujung bibirnya. "Ya kali bangun tidur langsung ganteng, pangeran juga kalo bangun ya gini"
"Hahaha, makanya tadi aku bangun duluan" Sahut Irene dengan riang, Mino mengerjapkan kedua matanya yang masih terlihat mengantuk, sesekali ia bahkan memejamkan nya untuk beberapa saat. Irene yang gemas kemudian mengulurkan kedua tangannya bermaksud menambah keestetikan rambut suaminya yang tidak karuan tapi gerakan singkat Mino mampu membuat keseimbangan tubuhnya menjadi goyah dan Irene terjatuh dengan perut bertumpu diatas perut Mino.
Tangannya dicekal oleh lengan kekar itu dan kini keduanya sudah saling beradu pandang yang membuat pipi Irene kembali merah.
"Cieee merah"
"Apa sih!"
Mino memandangnya lagi, rona merah saat Irene malu-malu itu selalu membuatnya bahagia. Hidungnya yang mancung tapi mungil itu kemudian akan mendengus dan bibir merahnya akan mencebil tanda tidak suka padahal Mino tahu Irene hanya berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Kenapa bangun duluan?"
Irene melebarkan kedua matanya melongo mendengar pertanyaan sepele itu keluar lagi dari mulut Mino.
"Gapapa, emang udah biasa bangun pagi"
"Oh ya?"
Irene mendengus berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Mino tapi sepertinya itu hanya akan menjadi perlawanan paling sia-sia karena kini tubuhnya bahkan sudah direngkuh dengan begitu mudahnya oleh Mino.
"Bangun dulu ih, cuci muka"
"Ga mau"
"Ih ngeselin, kamu lupa dua jam lagi kita berangkat loh"
Mino yang tengah memeluk erat istrinya perlahan membuka kedua matanya. Memberi sinyal pada otaknya untuk mencerna ucapan demi ucapan Irene barusan.
![](https://img.wattpad.com/cover/209009764-288-k703561.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HARU [ Mino x Irene ] FIN
ФанфикBagi Mino menikah itu bagian akhir perjalanan cinta nya, tapi bagi Irene justru perjalanan ini baru saja dimulai. Nyatanya menikah tidak cukup hanya dengan cinta. story of Mino and Irene HARU December, 2019 ©ziewaldorf