Saat menikah, sebesar apapun tanggung jawabmu terhadap sebuah pekerjaan tidak akan ada artinya lagi kalau belahan jiwamu lebih membutuhkan kehadiranmu disisinya.
Uang bukan segalanya. Sekalipun itu sebuah pepatan satir, tapi itu memang benar adanya untuk saat ini. Bagi Mino, pekerjaan dan uang bukanlah sesuatu yang harus ia fikirkan saat ini. Bukan nya Mino ingin mengabaikan tugasnya sebagai seorang suami.
Ada perempuannya yang lebih membutuhkan dirinya. Irene nya, belahan jiwa nya lebih membutuhkan Mino disisinya dibandingkan tangan dokter Park atau obat-obatan medis. Itu yang Mino pahami.
Seberat apapun penyakit yang diderita oleh seseorang support dari orang terdekat akan menjadi penyembuh yang luar biasa bagi si penderita.
Sudah satu minggu Mino menemani Irene dirumah sakit. Semua pekerjaan ia serahkan pada Jinu, Mino tidak bisa membagi konsentrasi nya untuk dua hal yang sama-sama membutuhkan konsentrasi lebih. Tapi ia sadar dimana prioritas yang harus ia tempatkan.
"Mino-ssi ..."
Mino yang baru saja menutup pintu kamar Irene dirawat mendongak dan tersenyum kearah dokter Park yang sudah berada dihadapannya.
"Selamat..."
"Maksudnya?"
Dokter Park mengangsurkan satu tangannya kearah Mino dan mengulas senyuman terbaiknya begitu pria Song itu menyambut uluran tangannya.
"Kurasa dengan kehadiranmu tingkat paniknya menurun secara drastis. Aku tahu support dari orang terdekatlah yang menjadi penyembuh paling mujarab" Sahutnya yang kemudian menepuk pundak Mino dan kemudian berlalu meninggalkan pria Song yang kini menarik nafasnya. Mino yang mendengar kabar baik tersebut sontak melebarkan senyuman terbaiknya. Beban seperti lepas dari pundaknya tapi sebuah pesan masuk kemudian membuat Mino mau tidak mau kembali menarik nafasnya.
🌼
Kim Jinu menarik nafasnya dengan berat. Ia bahkan menggeser gelas kopi nya yang masih panas begitu mendengar langkah Mino yang masuk. Pria Song itu kemudian langsung duduk didepan Jinu dengan pandangan sedikit penasaran.
"Irene gimana No?" Tanya Jinu mencoba menetralisir keadaan. Mino yang mendengarnya menganggukan kepalanya dan menyeringai.
"Baik Hyung ... Udah mulai pulih"
"Sorry aku ga bisa jenguk"
"Its okay, Irene tau ko Hyung pasti sibuk ngurusin semuanya. Sorry hyung, udah bikin repot" Sahut Mino lagi. Kim Jinu menarik nafasnya dan menyeringai.
"No ... Beberapa klien membatalkan kontrak" Ucap Jinu pelan, mencoba memberikan informasi sesantai ia bisa tapi wajah Mino yang kaku kemudian malah semakin membuat Jinu merasa bersalah.
"Aku udah coba lobi beberapa tapi mereka bersikeras batalin karena, mereka tau galeri kita mulai sepi" Keluh Jinu akhirnya. Song Mino yang mendengarnya hanya menarik nafasnya.
"Sorry hyung ... Aku terlalu sibuk sama Irene sampai lupa sama galeri ini" Sesalnya dengan nafas yang terdengar berat ditelinga Kim Jinu yang kini juga menatapnya.
"Aku sama sekali ga nyalahin Irene, itu emang tanggung jawab kamu No. Aku cuma ngasih tau kondisi galeri ini"
"Ya .... Aku tau"
"No, apa ga sebaiknya kamu minta tolong sama Papa---"
"Engga"
Jinu mendecak ditempatnya. Sudah bisa menduga jawaban yang akan keluar dari bibir rekan kerja nya itu. Mino yang keras kepala tetap akan menjadi Mino yang keras kepala. Seharusnya ia tahu hal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARU [ Mino x Irene ] FIN
FanfictionBagi Mino menikah itu bagian akhir perjalanan cinta nya, tapi bagi Irene justru perjalanan ini baru saja dimulai. Nyatanya menikah tidak cukup hanya dengan cinta. story of Mino and Irene HARU December, 2019 ©ziewaldorf