Namanya Kim Jinwoo.
Irene tahu dia sahabat Mino, rekan sekaligus partner suaminya dalam bekerja. Kim Jinwoo atau Jinu adalah pria paling ramah dan lembut serta berbibir manis yang pernah Irene temui. Selain Seunghoon dan Seungyoon, Jinu lebih bisa dekat secara personal dengan Irene. Bagi nya ada sisi dari Jinu yang bisa membuat para wanita nyaman. Irene mengakuinya, karena hanya dengan Jinu lah Irene bisa secara bebas tertawa dan mengobrol secara random.
Jinu -pria yang menyenangkan sekaligus hangat. Tipikal laki-laki gentleman yang akan selalu menempatkan wanita dalam skala prioritas utama.
Pada wanita suka menjadi prioritas dan center of attention dan pria ini, pria yang menjadi sisi malaikat saat bersanding dengan Mino bisa dengan mudah melakukannya.
Sore itu, dijalanan kota Seoul terasa sedikit lengang. Setelah seharian bergulat dengan kesibukan nya sebagai mahasiswa tingkat akhir Irene sedikit menghempaskan nafasnya dengan lega saat didepan gedung kampusnya sebuah SUV terparkir sempurna. Senyumnya mengembang, semangatnya kembali naik saat bisa mengenali mobil suaminya. Setelah berpamitan pada beberapa rekan nya perempuan itu melangkahkan kakinya berjalan lebih cepat, tidak ingin membuat Mino menunggu lebih lama.
Senyuman Irene mengembang begitu jarak diantara mereka semakin tipis. Tapi begitu kaca mobil diturunkan senyuman nya pudar.
"Hai Rene ..."
Irene menaikkan dagunya. Mencoba kembali menyambung senyumannya yang pudar.
"Oppa? Mino kemana?"
Jinu memamerkan deretan gigi putihnya dan mendorong pintu mobil memberi isyarat pada Irene untuk masuk.
"Ada pertemuan dengan klien penting ... Jadi dia minta aku yang jemput" Balas Jinu setelah Irene duduk disampingnya. Perempuan itu menunduk memasukan safety belt ketempatnya dan menoleh kearag Jinu yang terlihat sempurna dengan pakaian favoritnya. Kaos hitam panjang dengan kerah turtle neck dan kaca mata bulat nya.
"Oh ya ... Dia ga ngabarin aku? Siapa kliennya? Sepenting itu sampe dia minta Oppa buat jemput aku" Gumam Irene pelan, dengan kepala tertunduk dan mulai memeriksa ponselnya, mencari pesan terakhir suaminya yang tidak memberi kabar apapun.
"Yang namanya klien itu semua penting Rene ... Mereka kan calon pembeli, udah seharusnya dianggap penting kan?"
Irene terdiam mendengarnya, ia menarik nafasnya dengan berat dan menghempaskannya.
"Aku tahu, tapi kan dia bisa ngabarin aku? Jadi Oppa ga harus repot jemput"
"Gapapa Rene ... Daripada kamu naik bus? Nanti kalo kamu kenapa-napa, aku juga yang repot" Balas Jinu cepat, memotong rasa kekhawatiran Irene yang jelas-jelas bersembunyi dibalik rasa keingin tahuan nya. Sepanjang perjalanan keduanya terdiam tanpa suara. Baik Jinu maupun Irene tidak berusaha membuka percakapan. Jinu membiarkan Irene dengan lamunannya yang tidak tentu arah sementara Irene merasa diam adalah keputusan yang baik daripada ia terus memberondong Jinu dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus kecurigaan.
"Sampai ... " Sahut Jinu pelan. Irene mendongak dan menoleh kearah apartement Mino, perempuan itu buru-buru melepaskan safety belt nya dan menekan tombol unlock di sisi pintu.
"Terima kasih oppa ... Ah, nanti Oppa langsung ketemu Mino kan?" Tanya Irene begitu tubuhnya lepas dari belt. Jinu menganggukan kepalanya dan tersenyum.
"Kenapa? Nanti aku bilangin kalo udah selesai meetingnya langsung pulang, istrinya nungguin" Balas Jinu dengan senyuman khasnya. Irene menyeringai mendengarnya.
"Bilangin jangan malem-malem, jangan lupa makan, ah iya ... Jangan kebanyakan minum kopi" Sahutnya sebelum ia keluar dan menutup pintu mobil, meninggalkan Jinu yang melongo mendengarnya. Sepeninggal wanita itu Jinu mendecak ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARU [ Mino x Irene ] FIN
Fiksi PenggemarBagi Mino menikah itu bagian akhir perjalanan cinta nya, tapi bagi Irene justru perjalanan ini baru saja dimulai. Nyatanya menikah tidak cukup hanya dengan cinta. story of Mino and Irene HARU December, 2019 ©ziewaldorf