Beberapa tahun sebelum Mino bertemu dengan perempuan yang resmi menjadi pasangan sah nya. Irene nya. Hati Mino lebih dahulu sudah terisi nama seorang perempuan yang benar-benar sanggup membuat dunia seorang Song Mino jungkir balik.
Jung Krsytal. Atau Soojung--itu nama yang biasa Mino panggil.
Perempuan berwajah dingin dan cantik dalam waktu yang bersamaan. Berkarakter dan cerdas dalam waktu yang sama. Soojung dan segala kesempurnaan yang melekat dalam dirinya adalah perempuan idaman. Dihati Mino.
Itu dulu.
Karena sekarang predikat itu luntur begitu saja ketika Mino memutuskan untuk menikahi perempuan ini, Bae Irene. Dimatanya Jung Soojung atau Krystal hanya perempuan biasa. Cantik sih tapi jauh lebih cantik istrinya kalau bisa dibandingkan.
Dan Mino sama sekali tidak berharap akan adanya pertemuan-pertemuan dengan perempuan itu walaupun sifatnya kebetulan semata.
Pelukan hangat membuyarkan lamunan Mino dipagi hari, ia menoleh kearah Irene yang sudah bersiap hendak turun.
"Ko ngelamun? Hayo, pagi-pagi kamu mikirin siapa?" Tanya Irene dengan dagu yang santai menempel pada ujung bahu nya. Mino menyeringai lalu menoleh pelan kearah Irene, membiarkan kedua hidung mereka bertemu. Sejenak ia diam dengan posisinya, menikmati tiap gesekan kulit hidung yang membuatnya selalu bergetar tidak karuan. Mino menggeser kepalanya mengecup pelan bibir lembut istrinya sekilas dan melepaskannya.
"Ga usah cemburu, aku ga mikirin siapa-siapa" Balas Mino. Sepenuhnya berbohong. Ia memang sedang memikirkan masa lalu nya yang tiba-tiba saja datang seperti hujan dikala musim kemarau. Membuat basah dan kacau. Irene merengutkan bibirnya, seolah tidak percaya dengan jawaban barusan tapi ia memilih menaikkan satu alisnya.
"Aku ga cemburu"
"Oh ya?" Tanya Mino sedikit menyindir. Irene menyeringai mendengarnya.
"Ngapain cemburu, orang kamu lagi ga mikirin perempuan lain kan?" Jawab Irene yang justru membalikan pertanyaan. Mino mematung sejenak dan buru-buru mengulas senyumnya. Perempuan cantik itu perlahan beringsut dari duduknya dan menekan tombol open. Bersiap untuk menyelesaikan tugas nya sebagai mahasiswa tingkat akhir.
"Semangat belajar nya sayang nya Mino... Istrinya Song Mino" Gumam Mino dengan senyuman halus dari ujung bibir. Irene yang baru saja hendak keluar kembali menoleh dan mengulas tawa bahagia nya.
Song Mino tertegun melihat istrinya itu tertawa terbahak-bahak. Apa yang sudah ia lakukan? Memikirkan Jung Soojung sepagi ini sementara istri cantiknya kini ada dihadapannya tengah bersenda gurau dan tertawa penuh kebahagiaan dengan hanya mendengar ucapan gombalnya.
"Jangan pulang malem-malem ya pak suami, kalo emang sibuk ga usah nyuruh Jinu-oppa buat jemput. Aku bisa bareng Seulgi nantinya"
"Iya ...."
"Mau dimasakin apa?" Tanya Irene lagi, sebelum ia turun dari mobil. Mino mengedikkan bahunya pelan.
"Nanti kita makan diluar, dinner" Balas Mino yang disambut sebuah senyuman manis dari bibir Irene. Keduanya saling melempar senyuman terbaik sampai Irene berjalan masuk kedalam kampus besarnya. Meninggalkan Mino yang kemudian menghela nafasnya dengan berat, seolah melepaskan pikiran laknat yang baru saja mampir dikepalanya.
****
Seoul dan senja nya yang selalu indah. Walaupun menjadi salah satu kota tersibuk di dunia tempat ini tetap menjadi tempat yang mempesona dikala senja menyapa. Temaramnya cahaya langit membentuk barisan lazuardi keemasan seolah menjadi perhiasan bagi cakrawala.
Song Mino menarik nafasnya kuat-kuat. Menaruh palet cat lukisnya dan kemudian bergegas bangun membersihkan diri.
Galeri nya sedikit sepi dikala senja dan akan dikunjungi oleh beberapa orang begitu malam menyapa. Dan biasanya pengunjung yang hadir akan datang bersama pasangannya. Sekedar melihat-lihat atau membeli beberapa koleksi lukisan yang dipajang. Sekalipun tidak banyak tapi untuk ukuran pemula galeri ini lumayan banyak peminat.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARU [ Mino x Irene ] FIN
FanfictionBagi Mino menikah itu bagian akhir perjalanan cinta nya, tapi bagi Irene justru perjalanan ini baru saja dimulai. Nyatanya menikah tidak cukup hanya dengan cinta. story of Mino and Irene HARU December, 2019 ©ziewaldorf