Kebahagiaan kita

11.7K 537 26
                                    

Cerita ini hanya fiktif ya....
Untuk karakternya masih milik Masashi Kishimoto....
.
.
.

Semilir angin musim semi di kota Tokyo menerbangkan helaian rambut berwarna indigo. Mata peraknya menyapu keindahan kota. Senyum manis tak lepas dari bibirnya kala kembali menatap secarik kertas undangan bertuliskan namanya dan nama sang kekasih yang tinggal dua hari lagi resmi menjadi suaminya. Senyum indahnya makin melebar ketika matanya menangkap sosok sang sahabat berambut pink menghampirinya dengan napas terengah. Gadis itu tau, teman satu profesinya itu pasti terburu-buru datang kesini, mengingat jika sang gadis berambut pink itu terlambat hampir setengah jam.

"Maaf Hinata aku terlambat!"
"Masih ada pasien tadi" celetuk Sakura sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda maaf karena membuat sang gadis indigo menunggu lama.

Dengan gelengan halus dan senyuman manis, Hinata maklum dengan kesibukan sang sahabat yang juga berprofesi sebagai seorang dokter.
Sakura gadis berambut pink. Tak hanya cantik, gadis berambut sebahu itu juga memiliki otak cerdas serta tunangan yang begitu menyayanginya. Meskipun Hinata juga merupakan seorang dokter, dibandingkan dengan Sakura yang memilih menjadi dokter spesialis jantung, Hinata lebih nyaman menjadi dokter anak. Impiannya pun juga didukung oleh kekasihnya, ahh mengingatnya membuat pipi Hinata bersemu merah.

"Ini" ujar Hinata sembari menyerahkan undangan pernikahannya dengan Naruto.
Tatapan Sakura berubah ceria seketika. Jika saja dirinya tak sedang di tempat umum, Sakura akan berlonjak gembira untuk kabar bahagia sang sahabat.

"Selamat Hinata. Aku yakin kau pasti akan bahagia"

Hinata tersenyum dan mengaminkannya dalam hati.
Doa terbaik dari sahabatnya Sakura.
Ya, semoga rumah tangganya berjalan lancar nanti. Hinata kembali mengingat bagaimana ayah Naruto yang kurang menyetujui hubungannya dengan sang putra. Perbedaan kasta yang begitu jauh. Hinata hanyalah anak dari kalangan sederhana yang hidup berdua bersama ayahnya, mampu bersekolah dan mendapatkan gelar sarjana kedokteran berkat beasiswa dari pemerintah. Meski ibu Naruto, Kushina sungguh baik terhadapnya, ia hanya berharap jika nanti orang yang akan menjadi ayah mertuanya akan berubah sikap padanya.

"Kau juga harus segera menyusul ya" ucap Hinata sambil menggenggam lembut tangan Sakura.

Wajah Sakura berubah masam.

"Kau tau kan Sasuke masih harus menyelesaikan S2 nya belum lagi mengurus perusahaannya"

Hinata terkikik geli bagaimana Sakura bercerita sambil cemberut. Jika biasanya wanita selalu cemburu pada wanita lain, Sakura selalu cemburu pada pekerjaan Sasuke yang menurutnya tak akan habis tujuh turunan. Namun yang Hinata tau, Sakura begitu cinta pada lelaki berwajah acuh itu. Sasuke juga merupakan sahabat kecil Naruto. Jika Sasuke adalah tipe lelaki yang selalu berwajah serius, Naruto merupakan perawakan dengan tingkah pecicilannya. Hingga kini, baik Hinata maupun Sakura juga tak mengerti bagaimana mungkin mereka berdua bisa bersahabat jika sifat saja sudah berbeda jauh.

Canda dan tawa terdengar dari kedua gadis sambil menikmati kopi hangatnya. Iya, sebelum Hinata resmi menjadi seorang istri dimana nanti waktunya akan habis untuk urusan rumah tangganya, untuk sekarang ia ingin bercerita sepuas mungkin dengan Sakura. Hingga tanpa terasa matahari telah menunjukkan tanda ingin tenggelam dan akan berganti malam hari.

****

Suara riuh tepuk tangan menghiasai suasana taman tempat dimana kedua pasangan telah meresmikan hubungannya. Iya, kini Hinata dan Naruto resmi menjadi sepasang suami-istri. Tawa dan doa tak lupa ucapan selamat tersemat untuk kedua pasangan. Pesta itu dirayakan dengan meriah, tak hanya sahabat berbagai petinggi negara juga ikut hadir dalam acara pernikahan mengingat Naruto dan Minato, ayah Naruto merupakan seorang pebisnis besar.

"Terimakasih, Hinata"

Kedua tangan pasangan itu saling bertautan, hingga Naruto mengecup sekilas dahi Hinata begitu mesra dihadapan para tamu.
Tepuk tangan itu kembali riuh, melihat kedua pengantin yang tak akan terpisah. Hinata berdoa untuk kebahagiaannya dan berjanji berbakti pada Naruto, suaminya.

***
PLAAKK!!!!!

Hinata memegang pipi kirinya yang memanas akibat tamparan Naruto. Mata peraknya mengeluarkan bulir air mata yang turun melewati pipinya. Bukan hanya pipinya, kini hatinya terasa remuk berkat cacian serta kelakuan kasar suaminya.

"Kau selingkuh kan?!!" Kata itu penuh penekanan. Lihat saja wajah garang serta tatapan mata tajamnya. Hinata hanya bisa menggelengkan kepala serta terus menangis.

Entah bisikan setan dari mana hingga Naruto harus menuduhnya berselingkuh. Hinata tak mungkin melakukan hal kotor seperti itu.

"Jangan menangis!" Kali ini pipi kanannya yang menjadi sasaran tamparan sang suami.

"Aku melihatnya. Kau selingkuh dengan Gaara kan?"

Hinata menangis sesenggukan badannya gemetar ketakutan. Sungguh manusia dihadapannya ini bukanlah suami yang selama ini ia kenal.

"Aku hanya membantumu Naruto. Aku hanya ingin bekerja itu saja, tak ada niat lain"

Hinata berusaha menjelaskan. Bagai manusia tuli, Naruto percaya dengan apa yang ia saksikan. Hinata keluar hotel dengan mesra bersama Gaara.

"Apa karena aku sudah bangkrut jadi kau berkelakuan seperti wanita jalang?"

Hati Hinata tertohok. Hinata hanya ingin sedikit membantu Naruto, tak lebih. Ia bahkan berani bersumpah. Hinata tak mengkhianati pernikahannya.

Hinata dan Gaara tak lebih dari teman kerja. Mengetahui jika perusahaan Naruto hampir pailit, Hinata berusaha kembali menjalani profesinya sebagai dokter anak. Hinata keluar dari apartemen Gaara karena dirinya yang habis terpeleset hingga menyebabkan bajunya kotor. Hinata tak ada niatan lain selain meminjam baju milik kakak perempuan Gaara.

Naruto yang kala itu termakan omongan setan, menarik kasar rambut Hinata dan membenturkan kepala Hinata membuat pelipis wanita itu berdarah.

"Hinata. Aku menceraikan mu"

Dunianya hancur. Pernikahan yang ia kira akan bertahan hingga Hinata menua ternyata berakhir dalam 3 tahun. Mulutnya tertutup rapat, bagi Hinata percuma ia bicara. Hati Naruto telah tertutup awan mendung, dan lihatlah ia bahkan pergi tanpa berpamitan atau sekedar memperdulikan lukanya.

***

Bersambung,,,,

Jangan lupa vote dan komen ya,,,
Biar penulis makin rajin update,,,
see you di next chapter

Luv ❣️

If Time ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang