Cerita ini hanya fiktif
Untuk Karakter masih milik Masashi Kishimoto ya,,,
Selamat membaca ❤
.
.
.Seorang pujangga pernah berkata, cinta dan benci hanya berbatas oleh benang tipis. Ia memiliki wajah yang cantik tak ada yang kurang darinya, lahir dari keluarga terpandang, gadis itu dipuja. Memiliki seorang tunangan yang tampan serta kaya raya, gadis mana yang tak merasa sempurna. Tapi siapa sangka cinta begitu menyakitkan untuknya.
Gadis bersurai pirang pucat memandang nanar pada pasangan pengantin yang tengah berbahagia. Kelopak bunga bertaburan menambah indah hari ini untuk kedua pasangan yang mulai menempuh kehidupan baru.
Masih mengenakan pakaian rumah sakit, gadis itu nekat kabur setelah menjalani operasi yang merenggut rahimnya.Terkadang satu masalah muncul menggerogoti semua yang ia miliki. Gadis itu diputus secara sepihak oleh sang tunangan dan sungguh tak menyangka bahwa selama ini, tumor bersarang di rahim miliknya. Hidupnya hancur lebur.
"Kenapa?"
Air matanya menetes saat senyuman cerah terpancar dari raut wajah mempelai pria.
"Padahal aku sangat mencintaimu, Naruto" ucapnya putus asa.Rasa sakit teramat memenuhi rongga dadanya. Gadis yang terlahir sempurna, memiliki segalanya baik harta dan juga kecantikannya. Tapi pria itu mengabaikan semua. Ia lebih memilih meminang gadis sederhana yang tak akan pernah sebanding dengan dirinya.
Gadis itu meremat kuat tangannya, matanya terpancar sebuah dendam pada sosok gadis bersurai indigo yang kini menjadi pusat perhatian."Hinata, jika aku tak bahagia kau juga harus merasakan hal yang sama" katanya penuh penekanan. Ia hapus cepat linangan air mata di pipinya. Bola matanya menusuk tajam berharap jika kedua orang itu merasakan betapa sakit hatinya.
"Kau merebut cintaku" gumamnya lirih
"Tak ada hukum yang berkata bahwa aku tak boleh mencintai suami mu. Hingga kau merasakan posisi yang sama seperti diriku" tatapannya kian benci. Gadis itu bersumpah di dalam hatinya, Hinata telah mengambil paksa miliknya maka gadis itu haruslah merasakan hal yang sama. Dicampakkan.
Gadis dengan surai pirang itu berjalan tertatih sembari memegang perutnya yang masih terasa sakit. Dendam menggerogoti hatinya yang mulai menghitam. Gadis itu telah berubah, senyum licik tersungging dibibir mungilnya hadiah pernikahan untuk Naruto dan Hinata. Menghancurkan biduk rumah tangga mereka adalah tujuannya.
Gadis itu hanya tidak tau, Hinata memandang punggungnya yang berjalan menjauh. Alisnya menukik, ia sangat mengenal helai panjang rambut pirang itu. Gadis yang digadang akan menjadi calon mempelai Naruto kelak karena perjodohan. Hinata merasa bersalah memandanginya.
"Shion" gumam Hinata lirih.Seandainya saja keadaan dan waktu mampu mempertemukan mereka.
***
Hinata memandang sayu ke arah sang buah hati yang sedang tertawa lebar. Kebahagiaan sang anak nyatanya tak ia rasakan, Hinata merasa takut dan sedih dalam waktu yang sama. Lihat betapa bahagia Boruto yang bermain riang bersama ayahnya. Dada Hinata sesak memandang semua ini.
Sudah terhitung seminggu sejak Hinata dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawatnya, Sai. Hampir enam tahun lamanya, hari itu Hinata kembali dipertemukan oleh sahabatnya meski tak mendapati Ino di Osaka. Rasa rindunya terobati mendengar kabar mereka baik-baik saja dan bahagia bersama sang buah hati. Dan alasan itulah yang membuat Hinata kekeh terhadap pendiriannya untuk segera pulang sendiri ke rumahnya.
Risih, Hinata tak nyaman harus tinggal satu atap bersama pria tanpa ikatan apalagi pria itu adalah Naruto. Mencoba menjauhkan diri dari mantan suaminya, Hinata juga memberikan jarak untuk Boruto agar tak terlalu terbiasa dengan kehadiran ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
If Time Return
FanficTAHAP REVISI (The End) *Hurt Dia hadir dan kemudian pergi. Andai aku bisa mengulang kembali, andai aku bisa menjadi seseorang yang penting untuknya lagi. Semuanya hanya jika, jika aku tak pernah melukai hati dan cintanya. "Boruto, dia anakku kan?" "...